Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Etanol Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Yassie Shailla Gharnita; Shelly Lelyana; Vinna Kurniawati Sugiaman
SONDE (Sound of Dentistry) Vol. 4 No. 1 (2019): SONDE (Sound of Dentistry)
Publisher : Maranatha Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.022 KB) | DOI: 10.28932/sod.v4i1.1766

Abstract

Candida albicans merupakan jamur dimorfik oportunistik penyebab utama oral candidiasis. Salah satu obat oral candidiasis yang suing digunakan adalah nistatin namun memiliki banyak efek samping maka dibutuhkan pengobatan alternatif dengan memanfaatkan tanaman herbal seperti daun ketepeng cina (Cassia alata L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) ekstrak etanol daun ketepeng cina (Cassia alata L.) terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan menghitung jumlah yeast. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan membandingkankelompok uji yang mengandung ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata L.) dengan konsentrasi 200 mg/mL; 100 mg/mL; 50 mg/mL; 25 mg/mL; 12,5 mg/mL; 6,25 mg/mL dan 3,125 mg/mL yang ditanam dalam media PDA. Kontrol positif berupa nistanin, dan media PDB sedangkan kontrol negatif berupa media PDB, dan DMSO 10% terhadap Candida albicans yang sebelumnya telah diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dan dilakukan pengulangan sebanyak empat kali. Berdasarkan basil penelitian diketahui bahwa ekstrak etanol daun ketepeng cina (Cassia alata L.) mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans pada konsentrasi 200 mg/mL secara sig (p<0,05) namun tidak dapat membunuh Candida albicans. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ketepeng cina (Cassia alata L.) dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.
Peranan Sel Punca dalam Meregenerasi Jaringan Pulpa Gigi Vinna Kurniawati Sugiaman
SONDE (Sound of Dentistry) Vol. 4 No. 1 (2019): SONDE (Sound of Dentistry)
Publisher : Maranatha Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.293 KB) | DOI: 10.28932/sod.v4i1.1770

Abstract

Injury pada pulpa gigi dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada pulpa secara histopatologi, yang apabila terus berlanjut akan menyebabkan kerusakan pulpa menjadi irreversible sampai dengan kematian yang pada akhirnya perlu untuk dilakukan perawatan endodontik. Perawatan ini dapat mempertahankan gigi di rongga mulut dalam kondisi non vital, sehingga belakangan ini dikembangkan suatu teknologi baru yaitu teknologi tissue engineering dengan memanfaatkan sel punca, matriks, dan growth factor untuk meregenerasi jaringan yang mengalami kerusakan. Pada proses regenerasi, sel punca akan mengalami proliferasi dan diferensiasi menjadi berbagai macam sel yang terdapat pada jaringan pulpa, sehingga proses regenerasi jaringan pulpa yang mengalami kerusakan dapat terjadi dan pulpa dapat tetap dalam kondisi vital bertahan di rongga mulut.
Potensi Herbal Antibakteri Cuka Sari Apel terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar Rudy Djuanda; Varin Aulia Helmika; Fiona Christabella; Natallia Pranata; Vinna Kurniawati Sugiaman
SONDE (Sound of Dentistry) Vol. 4 No. 2 (2019): SONDE (Sound of Dentistry)
Publisher : Maranatha Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/sod.v4i2.2141

Abstract

Irigasi saluran akar merupakan tahapan penting dalam menunjang keberhasilan perawatan saluran akar. Mikroorganisme paling resisten dan sering ditemukan pada kasus setelah dilakukan perawatan saluran akar adalah Enterococcus faecalis, dengan prevalensi berkisar 24-77%. Chlorhexidine digluconate dengan konsentrasi 2% digunakan untuk larutan irigasi saluran akar yang efektif, namun tidak memiliki kemampuan untuk melarutkan jaringan nekrotik. Cuka sari apel memiliki kandungan asam organik yaitu asam asetat dapat yang dapat bertindak sebagai antimikroba yang dapat menyebabkan hilangnya integritas sel. Penelitian ini menguji pengaruh antibakteri, daya hambat, kadar hambat minimum, dan kadar bunuh minimum sediaan cuka sari apel terhadap bakteri Enterococcus faecalis dengan Chlorhexidine digluconate 2% sebagai kelompok kontrol terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu dasar pengembangan cuka sari apel sebagai bahan irigasi saluran akar dan dapat mengetahui aktivitas daya hambat optimum dari sediaan cuka sari apel terhadap bakteri Enterococcus faecalis secara in vitro.Desain penelitian ini bersifat eksperimental labotratorik secara in vitro menggunakan metode difusi cakram (Tes Kirby-Bauer) dengan pengamatan zonahambat. Data yang diukur adalah diameter zona hambat dari pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis dengan menggunakan jangka sorong dalam satuan milimeter (mm). Kadar bunuh bakteri pada penelitian ini diadaptasi dari metode yang dikembangkan oleh CLSI (Clinical Laboratory Standart Institute, 2014) dengan modifikasi.Diameter zona hambat cuka apel meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi, bahkan pada konsentrasi minimal 25% dapat membunuh bakteriEnterococcus faecalis Potensi antibakteri cuka apel setara dengan Chlorhexidine digluconate 2%.
PENGARUH OBAT KUMUR HERBAL DENGAN KANDUNGAN ZAT AKTIF FLAVONOID, SAPONIN, DAN TANIN TERHADAP HALITOSIS (STUDI LITERATUR) Eddea Marselyna A.D.; Riani Setiadhi; Vinna Kurniawati Sugiaman
Oceana Biomedicina Journal Vol 5 No 2 (2022): Oceana Biomedicina Journal
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/obj.v5i2.29

Abstract

Introduction: Herbal mouthwash has been developed for its antibacterial properties. Halitosis is bad breath that comes from the mouth. Volatile sulfur compounds (VSCs) are the result of oral bacterial activity production, by Porphyromonas gingivalis which is an gram-negative anaerobic bacteria causing halitosis. Flavonoids have the potential to be an antioxidant and have antibacterial, anti-inflammatory, anti-allergic and anti-thrombotic activities, while saponins and tannins are a group of active plant compounds that are phenolic, have a septic taste and antibacterial activity. The aim of this literature study was to improve knowledge about the effect of herbal mouthwashes with active substances of flavonoids, saponins and tannins on halitosis. Methods: Literature review using research results, articles and other literatures related to herbal mouthwash and medicinal plant content against halitosis. Results: Some researchers had shown that herbal mouthwashes with antibacterial content in the form of flavonoids, saponins and tannins could inhibit the growth of oral bacteria such as Streptococcus mutans, Porphyromonas gingivalis and Streptococcus sanguinis, which would inhibit plaque formation, reducing halitosis, overcoming gingivitis, increasing salivary pH and reducing salivary viscosity. Conclusion: Based on the search results of the search, it can be concluded that herbal mouthwash containing active substances of flavonoids, saponins and tannins has an effect in overcoming halitosis.
EFFECTIVENESS OF TAMARIND LEAF (Tamarindus indica L.) ETHANOL EXTRACT ANTIBACTERIAL AGAINST Porphyromonas gingivalis Yemima Putri Wijaya Baiin; Henry Y. Mandalas; Vinna Kurniawati Sugiaman
Dentino : Jurnal Kedokteran Gigi Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : FKG Unlam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dentino.v8i1.16089

Abstract

ABSTRACTBackground: One of the initial measures to prevent chronic periodontitis is the use of mouthwash. Chlorhexidine is an antibacterial agent that can be used as a mouthwash. Chlorhexidine has side effects so that a new method is needed to prevent periodontitis with fewer side effects, namely by using plants as a medicine, one of the plants containing active compounds with antibacterial effects. The ethanol extract of tamarind leaf is proven to contain active compounds of flavonoids, tannins, alkaloids, and saponins.  Purpose: The aim of the study was to analyze the antibacterial effect of ethanol extract of tamarind leaf (Tamarindus indica L.) leaf against Porphyromonas gingivalis bacteria. Material and methods: The research is an experimental laboratory type using the disc diffusion method (Kirby-Bauer), namely the paper disc diffusion method with the test material of ethanol extract of tamarind leaf (Tamarindus indica L.) in various concentrations, namely: 3.125%, 6.25%, 12.5 %, 25%, 50%, and 100%. Results: Based on the results of the research on the antibacterial effect of the ethanolic extract of tamarind leaf with concentrations of 3.125%, 6.25%, and 12.5% with an average diameter of 0.00 mm of inhibition zone. At concentrations of 25%, 50%, and 100%, they fall into the medium criteria group, because they have an average inhibition zone diameter of 5.21 mm, 7.45, and 9.16 mm, so that the concentration of 100% is closest to the average the mean diameter of the positive control group or chlorhexidine. Conclusion: It can be concluded that the ethanol extract of tamarind leaf (Tamarindus indica L.) has an antibacterial effect that can inhibit the growth of Porphyromonas gingivalis bacteria at a concentration of 100% with an average inhibition zone diameter of 9.16 mm. Keywords: Antibacterial,   Porphyromonas gingivalis, Tamarind leaf