Nurhayati Ramli
Poltekkes Kemenkes Palembang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Gambaran Faktor Risiko Penyebaran Filariasis di Desa Muara Padang Kecamatan Muara Padang Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan 2012 Erwin Edyansyah; Nurhayati Ramli; Amilawati Saleh
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 11 (2012): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.826 KB)

Abstract

Filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan. Di Indonesia berdasarkan survei yang dilaksanakan pada tahun 2000-2004, terdapat lebih dari 8000 orang menderita klinis kronis filariasis. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran faktor risiko penyebaran filariasis di Desa Muara Padang, Kecamatan Muara Padang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan survei darah jari, pemeriksaan L3 pada nyamuk, melakukan wawancara dengan responden dan pemeriksaan periodisitas mikrofilaria.Hasil penelitian Survei Darah Jari 500 sampel tidak ditemukan positif mikrofilaria. Prevalensi filariasis 0%. Pemeriksaan dan pembedahan nyamuk dari 701 ekor nyamuk tidak ditemukan L3. Hasil variabel Tumbuhan air didapatkan hasil 22 (22%) responden yang negatif filariasis dengan lingkungan yang ada tumbuhan air dan dan 78 (78%) responden dengan lingkungan yang tidak ada tumbuhan air. Variabel pengetahuan 68 (68%) responden yang negatif filariasis dengan pengetahuan baik dan 32 (32%) responden dengan pengetahuan kurang baik.Variabel kebiasaan tidur dengan kelambu didapatkan hasil 74 (74%) responden yang negatif filariasis menggunakan kelambu pada saat tidur dan 26 (26%) responden tidak memakai kelambu pada saat tidur. Variabel penggunaan kawat kasa didapatkan hasil 54 (56%) responden yang negatif filariasis menggunakan kawat kasa dan 44 (44%) responden tidak menggunakan kawat kasa. Diharapkan kepada masyarakat Desa Muara Padang agar lebih meningkatkan dan mempertahankan sikap perilaku dalam usaha pencegahan penularan filariasis dan kebersihan lingkungan sehingga penularan filariasis di daerah tersebut tidak terjadi di masa yang akan datang.
Gambaran Keberadaan Jamur Kontaminan Pada Daging Ikan Giling Yang Dijual Di Pasar Tradisional Kota Palembang Tahun 2013 Erwin Edyansyah; Herry Hermansyah; Nurhayati Ramli
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 12 (2013): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.125 KB) | DOI: 10.36086/jpp.v1i12.131

Abstract

Ikan dapat digunakan sebagai bahan baku produk olahan makanan, namun sebelumnya ikan harus diolah dengan proses penggilingan.Dari daging ikan yang telah digiling tadi memungkinkan terkontaminasi jamur. Penelitian ini mencakup bidang mikologi. Yang bertujuan untuk mengetahui gambaran keberadaan jamur kontaminan pada daging ikan giling yang dijual di pasar tradisional di Kota Palembang Tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Jumlah sampel yang diperiksa sebanyak 26 sampel yang diambil secara accidental dari Pasar 7 Ulu, Cinde, Kuto, Kebon Semai, Sekip, Lemabang dan Pasar KM 5. Dari 26 sampel yang diteliti didapat 14 sampel daging ikan giling (51,9%) positif jamur kontaminan. Dari 4 sampel daging ikan giling jenis Sarden 2 sampel (50%) positif jamur kontaminan. Dari 11 sampel daging ikan giling jenis Tenggiri 6 sampel (54,5%) positif jamur kontaminan. Dari 2 sampel jenis Gabus 100% positif jamur kontaminan. Dari 7sampel daging ikan giling jenis Kakap 4 sampel (57,1%) positif jamur kontaminan. Sedangkan 2 sampel jenis ikan Parang–Parang semua negatif. Dari 21 sampel daging ikan giling dengan temperatur ”250C 11 sampel (52,4%) positif jamur kontaminan. Sedangkan dari 5 sampel daging ikan giling dengan temperatur >250C 3 sampel (60%) positif jamur kontaminan. Dari 23 sampel daging ikan giling yang kemasannya terbuka 14 sampel (60,9%) positif jamur kontaminan dan dari 3 sampel (100%) daging ikan giling yang kemasannya tertutup negatif jamur kontaminan. Dari 12 sampel daging ikan giling yang waktu penjualannya ” 1 jam, 7 sampel (58,3%) positif jamur kontaminan. Sedangkan 14 sampel daging ikan giling yang waktu penjualannya >1 jam, 7 sampel (50,0%) positif terkontaminasi jamur kontaminan. Disarankan bagi pedagang daging ikan giling hendaknya memperhatikan jenis ikan yang dijual, kebersihan alat-alat yang digunakan, proses pengolahan, tempat dan lamanya penyimpanan. Bagi konsumen, hendaknya memasak daging ikan giling sebelum secara sempurna dan memperhatikan kebersihan alat-alat masak.
Pengaruh Jenis Air Yang Digunakan Terhadap Kadar Klorin Pada Air Seduhan Kertas Pembungkus Teh Celup Nurhayati Ramli; Diah Navianti; Witi Karwiti
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 13 (2014): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.656 KB)

Abstract

Saat ini masyarakat lebih suka menyeduh teh celup karena praktis. Namun, tidak semua mengetahui dampak buruk dari klorin yang terdapat dalam kertas pembungkus teh celup tersebut. Penelitian ini bersifat pra eksperimental. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis air dan perlakuan suhu terhadap kadar klorin pada air seduhan teh celup. Sampel penelitian diambil dari semua jenis air (air PDAM, air sumur, air minum kemasan bermerk patent, dan isi ulang) yang digunakan oleh masyarakat di Jalan Sukabangun I Km. 6,5 Palembang untuk menyeduh teh celup. Dalam penelitian ini, teh celup direndam dalam jenis air yang berbeda selama 3 menit pada suhu yang berbeda yaitu suhu 660C dan 1000C. Kadar klorin dalam sampel diperiksa menggunakan spektrofotometer. Uji Anova dan uji T digunakan untuk menganalisa pengaruh jenis air dan suhu terhadap kadar klorin. Berdasarkan uji statistik menggunakan Anova, diketahui ada pengaruh jenis air yang digunakan terhadap kadar klorin dalam air seduhan teh celup (p=0,008). Adapun jenis air yang berhubungan signifikan adalah antara kadar klorin pada air seduhan teh celup yang dilarutkan dengan menggunakan air minum kemasan (bermerk paten) dan air PDAM (p = 0,048), serta antara air PDAM dan air minum kemasan (isi ulang), yaitu p = 0,028. Uji T menunjukkan bahwa setelah direndam selama 3 menit pada suhu 660C, kadar klorin pada air PDAM, air sumur, air minum kemasan bermerk patent, dan isi ulang adalah 0,9940 ppm, 0,8660 ppm, 0,780 ppm, dan 0,5420 ppm. Sedangkan setelah direndam pada suhu 1000C, rata-rata kadar klorinnya adalah 0,9660 ppm, 0,9740 ppm, 0,70020 ppm, dan 0,5820 ppm. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kedua perlakuan suhu terhadap kadar klorin pada air seduhan kertas pembungkus teh celup (p = 0,299). Walaupun secara statistik tidak ada pengaruh signifikan antara perlakuan suhu terhadap kadar klorin, tetap disarankan untuk menggunakan air bersuhu dispenser (66oC) dalam membuat seduhan teh celup, karena secara teori peristiwa osmosis yang terjadi bisa disebabkan oleh pengaruh suhu. Selain itu disarankan kepada masyarakat untuk menggunakan air minum dalam kemasan baik yang bermerk patent maupun isi ulang dalam membuat seduhan teh celup.
Gambaran Kadar Hemoglobin Pada Petani Pengguna Pestisida di Desa Tanah Merah Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur Nurhayati Ramli; Asrori Asrori; Jabno Riswanto
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 11 No 1 (2016): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.191 KB)

Abstract

Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan banyak dampak terutama dampak kesehatan bagi penggunanya. Zat kimia didalam pestisida yang masuk dalam darah dapat menghambat aktivitas superoksidase dismutase, menurunkan glutathione, meningkatnya produksi methemoglobin dan sulfhemoglobin yang dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pada petani pengguna pestisida di Desa Tanah Merah Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur Tahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Metode pemeriksaan hemoglobin yang digunakan adalah digital haemometer. Jumlah sampel yaitu 47 petani pengguna pestisida. Hasil penelitian didapat pada petani yang menggunakan pestisida kadar hemoglobin rata-rata adalah 12,28 gr/dL. Berdasarkan masa kerja, petani dengan kategori lama yang anemia sebanyak 30 orang (75%) dan dengan kategori baru sebanyak 5 orang (71,4%). Berdasarkan frekuensi penyemprotan, petani dengan frekuensi penyemprotan kurang baik yang anemia sebanyak 21 orang (72,4%) dan dengan frekuensi penyemprotan baik sebanyak 14 orang (77,8%). Berdasarkan lama penyemprotan, petani dengan kategori penyemprotan kurang baik yang anemia sebanyak 3 orang (75%) dan yang baik yang anemia sebanyak 32 orang (74,4%). Berdasarkan kelengkapan pelindung diri, petani dengan pemakaian pelindung diri kurang lengkap yang anemia sebanyak 32 orang (76,2%) dan pemakaian pelindung diri lengkap sebanyak 3 orang (60%). Berdasarkan status gizi, petani dengan status gizi normal yang anemia sebanyak 25 orang (73,5%), status gizi kurus yang anemia sebanyak 8 orang (80%) dan status gizi gemuk yang anemia sebanyak 2 orang (66,7%). Disarankan bagi petani untuk memakai pelindung diri yang lengkap saat kontak dengan pestisida baik waktu pencampuran, penyemprotan maupun pencucian peralatan untuk mengurangi resiko terpaparnya pestisida.