Shufiyani Shufiyani
Poltekkes Kemenkes Banten

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

IDENTIFIKASI CEMARAN ESCHERICHIA COLI PADA DAGING AYAM DARI PASAR TRADISIONAL DAN SUPERMARKET DI KOTA TANGERANG TAHUN 2015 Nining Kurniati; Shufiyani Shufiyani
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 3 No 2 (2016): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.696 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v3i2.105

Abstract

Perkembangan perekonomian dewasa ini makin meningkat, sehingga permintaan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi juga makin meningkat. Daging ayam merupakan salah satu bahan makanan yang cukup popular di masyarakat, juga sebagai sumber protein hewani yang baik dan mempunyai banyak kelebihan. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Syukur Irwanto mengatakan, konsumsi nasional akan daging ayam tahun 2014 sebesar 8 kg per kapita per hari. Sementara produksi daging ayam dapat mencukupi hingga 15 kg per kapita per tahun. Kerusakan karkas selama pemotongan ayam mencapai 10-20%. Kerusakan terbesar (90%) disebabkan karena adanya memar-memar yang terjadi 1-13 jam sebelum pemotongan dan 38% terdapat pada bagian dada dan paha, sehingga bakteri lebih mudah mengkontaminasi daging ayam bagian dada dan paha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Angka Lempeng Total dengan mengambil 4 sampel ayam di 2 lokasi supermarket dan 2 lokasi pasar tradisional. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat cemaran pada 1 sampel daging ayam yang bersal dari pasar tradisional sedangkan sampel daging ayam di supermarket tidak tercemar bakteri E. coli dan sampel daging ayam di supermarket memenuhi persyaratan SNI untuk pemeriksaan Angka Lempeng Total bakteri E.coli. Sedangkan untuk sampel daging ayam dari pasar tradisional salah satunya tidak memenuhi syarat SNI Angka lempeng total bakteri E.coli. Setelah melakukan penelitian maka, beberapa rekomendasi saran yang dapat diajukan adalah Dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk pemeriksaan seluruh parameter terhadap daging ayam sesuai dengan SNI agar didapatkan kesimpulan apakah daging ayam tersebut layak dikonsumsi atau tidak. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan memeriksa air untuk pengolahan daging ayam.
UJI DAYA HAMBAT AIR PERASAN BUAH PARE (MOMORDICA CHARANTIA L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI S. aureus DAN E. coli SECARA IN VITRO Wawan Sofwan Zaini; Shufiyani Shufiyani
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 3 No 2 (2016): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.811 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v3i2.106

Abstract

Salah satu upaya untuk mengobati penyakit infeksi bakteri yaitu dengan penggunaan obat modern (antibiotik), namun disamping harganya relatif mahal juga bisa menimbulkan efek samping. Penggunaan tanaman obat sebagai obat herbal telah direkomendasikan oleh WHO, karena disamping mudah diperoleh juga efek samping ditimbulkannya relatif tidak ada. Secara empiris di masyarakat pemanfaatan buah pare untuk pengobatan penyakit seperti penyakit perut, diare, demam, dan lain sebagainya telah banyak digunakan dan dipercayai bisa menyembuhkan penyakit tersebut, namun pembuktian secara ilmiah di laboratorium belum banyak dilakukan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa buah pare mengandung senyawa flavonoid dan alkaloid yang mempunyai sifat antibakteri. Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri adalah dengan menghambat sintesis DNA, mengganggu fungsi membran sitoplasma dan menghambat transfer energi yang dibutuhkan untuk metabolisme bakteri. Sedangkan alkaloid akan mengganggu komponen penyusun peptidoglikan sel bakteri, sehingga dinding sel tidak terbentuk utuh dan menyebabkan kematian sel. Telah dilakukan penelitian tentang uji daya hambat air perasan buah pare (Momordica charantia L.) variasi konsentrasi (100%, 75%, 50%, 25%) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara in vitro dengan metode konsentrasi hambat minimum (KHM) dalam variasi waktu (0’, 30’, 60’, 90’) . Hasil penelitian menunjukkan air perasan buah pare dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus tetapi tidak mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan E.coli. Air perasan buah pare (Momordica charantia L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dengan konsentrasi minimum 25% dalam waktu kontak 30 menit.
PENGARUH PENGERINGAN PREPARAT BAKTERI TAHAN ASAM PADA INKUBATOR TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK Nining Kurniati; Shufiyani Shufiyani
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.773 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.143

Abstract

Target utama pengedalian penyakit tuberculosis paru (TB) adalah menemukan pasien TB menular (BTA positif) dan menyembuhkan penyakitnya. Dengan memprioritaskan pada penemuan pasien TB dengan BTA positif, maka laboratorium merupakan kunci utama dalam mendiagnosis pasien TB. Pemeriksaan mikroskopik sediaan dahak merupakan salah satu cara yang paling efisien untuk mengidentifikasi penderita TB. Penderita dengan sediaan positif, sepuluh kali lebih infeksius dibandingkan dengan penderita dengan sediaan negatif. (9)Berdasarkan hasil pemeriksaan data pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kultur maka didapatkan hasil penelitian sebagai berikut, 1)Tidak ada pengaruh pada pengeringan pada suhu kamar dan suhu inkubator. 2) Gambaran hasil preparat BTA pada pengeringan suhu 200 C (suhu kamar) dan suhu incubator (500 C, 600 C dan 700 C), untuk sampel positif 1 didapatkan hasil 100% hasil pemeriksaan mikroskopik positif 1, dan sampel positif 3 didapatkan hasil 100 % pemeriksaan mikrskop positif 3. 3)Gambaran stabilitas hasil preparat BTA pada pengeringan suhu 200 C (suhu kamar) dan suhu incubator (500 C, 600 C dan 700 C) selama 3 minggu 100% hasilnya sama menunjukan preparat tersebut stabil.
UJI DAYA HAMBAT ANTIBAKTERI KAPANG ENDOFIT DARI TANAMAN ALANG-ALANG (IMPERATA CYLINDRICA (L.) BEAUV.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI Makhabbah Jamilatun; Aminah Aminah; Shufiyani Shufiyani
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 7 No 2 (2020): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36743/medikes.v7i2.224

Abstract

Perhatian terhadap mikroba endofit telah meningkat karena mempunyai beberapa fungsi, antara lain dapat menghasilkan berbagai senyawa fungsional metabolit sekunder. Berdasarkan penelitian sebelumnya, dua kapang endofit berhasil diisolasi dari tanaman alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.). yaitu Fusarium sp. dan Mucor sp. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri kapang endofit dari tanaman alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian diawali dengan meremajakan dan fermentasi kapang endofit, kemudian pengujian aktivitas antibakteri dari fermentasi kapang endofit yang dilakukan dengan metode Kirby Bauer. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kapang endofit mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji. Kapang endofit Fusarium sp mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji S.aureus dan E.coli dengan diameter hambatan masing-masing sebesar 16.2 mm dan 16.8 mm. Sedangkan kapang endofit Mucor sp mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji S.aureus dan E. coli dengan diameter hambatan masing-masing sebesar 16.2 mm dan 15.2 mm pada isolat Mucor sp yang berasal dari tangkai, dan 21.3 mm dan 16.3 mm pada isolat Mucor sp yang berasal dari akar. Berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk maka aktivitas antibakteri kapang endofit tanaman alang-alang termasuk dalam kategori kuat, sehingga metabolit sekunder kapang endofit dari tanaman alang-alang berpotensi untuk dikembangkan serta dapat dijadikan sumber acuan dalam pencarian jenis antibiotik baru.