Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MAKNA TAGLINE ‘MENJADI YANG TERBAIK’ IKLAN TELKOMSEL VERSI PILOT PAPUA RIKO KABAK Juhari Tianotak; Nur Aini Shofiya Asy’ari
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi Vol 5, No 01 (2019): Accredited by Kemenristekdikti RI SK 36/E/KPT/2019
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (914.147 KB) | DOI: 10.30813/bricolage.v5i01.1742

Abstract

ABSTRACTCorporate identity is an effort to create a corporate identity that is fully implemented through corporate communication activities to customers that can be done in several ways, one of them is advertising. In creating an ad, a tagline is needed so that consumers easily remember the contents of the message and have the distinguishing power of the advertisements supported. Usually, the ad tagline is created to reflect a recognized company profile. Telkomsel carries the tagline of Being the Best through several advertisements it produces, one of the versions of the Papua Pilot, Rico Kabak. As a communication product, advertisements have certain messages that are conveyed through narration and visualization. This research tries to interpret the meaning of the tagline to be the best Telkomsel advertisement for the Papua Pilot Riko Kabak version. The interpretation of the meaning of advertising is obtained by analyzing the data previously collected through the process of documentation, observation, and literature. Meaning analysis is done by using Roland Barthes's semiotic analysis. The results of advertising carried out gather interpretations of meaning Being the best is a business association of a person in carrying out tasks based on sincerity, concern, struggle, responsibility, strength, alertness, sacrifice, and dedication or self-service. The results of this study are expected to contribute to the study of message content analysis using Roland Barthes's semiotic study.Keywords; Advertising, Telkomsel, Tagline, SemioticsABSTRAKCorporate identity yang merupakan usaha untuk menciptakan identitas diri perusahaan secara konsisten dilaksanakan melalui kegiatan komunikasi perusahaan terhadap konsumen yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan iklan. Dalam membuat sebuah iklan dibutuhkan sebuah tagline agar konsumen mudah mengingat isi pesan iklan dan mempunyai daya pembeda dari iklan-iklan pesaingnya. Biasanya, tagline iklan dibuat untuk mencerminkan profil perusahaan yang bersangkutan. Telkomsel mengusung tagline Menjadi Yang Terbaik melalui beberapa iklan yang diproduksinya, salah satunya versi Pilot Papua Riko Kabak. Sebagai produk komunikasi, iklan memiliki pesan-pesan tertentu yang disampaikan melalui narasi dan visualisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengintepretasikan makna tagline Menjadi Yang Terbaik Iklan Telkomsel versi Pilot Papua Riko Kabak. Intepretasi makna iklan didapatkan dengan menganalisa data-data yang sebelumnya dikumpulkan melalui proses dokumentasi, observasi dan studi pustaka. Analisa makna dilakukan dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Hasil analisa iklan yang dilakukan melahirkan intepretasi bahwa makna Menjadi Yang Terbaik adalah adalah sebuah kesatuan usaha seseorang dalam melaksanakan sebuah tugas yang didasari kesungguhan, kepedulian, perjuangan, tanggung jawab, keberanian, kesigapan, pengorbanan dan dedikasi atau pengabdian diri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap kajian analisis isi pesan terutama yang menggunakan kajian semiotika Roland Barthes.Kata Kunci; Iklan, Telkomsel, Tagline, Semiotics
Peran Kampanye Tematik Iklan A Mild Dalam Membentuk Brand Image Rokok A Mild Nur Aini Shofiya Asy’ari
Linimasa : Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 1 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2968.246 KB) | DOI: 10.23969/linimasa.v1i2.1081

Abstract

ABSTRAK Iklan dalam paradigma wacana merupakan model komunikasi yang mengkomunikasikan citra secara maksimum dalam waktu yang minimum dan diharapkan dapat mencapai sasaran dan memberikan keuntungan kepada produsen. Karena pengaruhnya yang sangat besar maka khusus untuk iklan rokok dibatasi ruang geraknya oleh undang-undang No.24 tahun 1997 tentang Penyiaran, Tata Krama serta Tata Cara Periklanan Bab II Poin C butir 7. Hal ini menjadi stimulus bagi produsen iklan rokok untuk lebih kreatif dalam menyampaikan pesan. Iklan rokok A Mild memilih untuk memproduksi iklan dengan mengangkat fenomena-fenomena yang sedang ramai dibicarakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara thematic campaign iklan A Mild (How Low You Can Go, Others can only follow, Bukan Basa-basi, Tanya Kenapa dan Go A head). Dengan brand image rokok A Mild. Untuk mengetahui pesan iklan A Mild penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Dari analisis isi pesan iklan diketahui bahwa iklan A Mild merupakan representasi fenomena social yang sedang terjadi di masyarakat. Iklan A Mild menggunakan kampanye tematik dalam pembuatan iklannya disesuaikan dengan fenomena sosial yang sedang terjadi. Thematic campaign How Low You Can Go dan Others can only follow ditandai dengan hadirnya iklan A Mild dengan kalimat-kalimat yang ditujukan pada para kompetitor produsen rokok low tar low nicotin (LTLN) yang mengikuti langkah A Mild, Thematic campaign Bukan Basa Basi dan Tanya Kenapa merupakan tema kampanye iklan yang bertujuan mengkritisi fenomena sosial yang sedang terjadi, Sementara thematic campaign Go Ahead adalah iklan dengan pesan pada khalayaknya untuk terus berani melangkah ke depan. Thematic campaign iklan A Mild secara keseluruhan ingin membentuk citra konsumen yang cerdas, trend setter, kritis dan berani. Dengan bahasa lain bahwa A Mild lewat iklannya ingin menyampaikan bahwa jika konsumen rokok merasa dirinya cerdas, trendsetter, up to date,berani, kritis maka konsumen tersebut pasti akan memilih A Mild sebagai rokok yang dikonsumsinya.