Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

REPRESENTASI IDENTITAS “COMFORT WOMEN” DALAM FILM I CAN SPEAK Fauziatunnisa Fauziatunnisa; Swita Amallia Hapsari
Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 2, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : COMMUNICATION MAJOR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/ja.v2i2.2711

Abstract

AbstrakFilm Korea yang berjudul I Can Speak merupakan film yang diadaptasi dari kisah nyatatentang comfort women di Korea Selatan dan Jepang. Film ini menggunakan genre komedidan menjelaskan tentang seorang perempuan yang berjuang mencari keadilan atas kasuswanita penghibur atau comfort women selama lebih dari satu tahun. Penelitian ini fokus padarepresentasi identitas comfort women dalam film “I Can Speak”. Penelitian ini menggunakanpendekatan kualitatif dan dikaji melalui teknik analisa Semiotika dari Roland Barthes. Untukmendapatkan tujuan dari penelitian, maka digunakan teori Gender Struktural Fungsionaldan teori pendukung The Second Sex dalam kajian feminis untuk melengkapi analisa. Hasildari penelitian ini yakni menjelaskan bahwa perempuan dijadikan objek seksual oleh militerJepang yang dikenal sebagai comfort women. Film ini menyampaikan pesan bahwa perempuandipandang sebagai orang kedua atau tidak menjadi prioritas dari laki-laki yang dikenal dengan(liyan). Gagasan dari korban comfort women ini adalah sejarah yang terlupakan dalam filmI Can Speak menggambarkan dengan jelas bahwa para korban masih memperjuangkan hakmereka. Comfort women menjadi isu sensitif dan masih menjadi topik serius hingga saat ini.Kata kunci : Analisis semiotika, comfort women, gender structural fungsional, Representasi, film AsbstractThe Korean movies titled  I Can Speak is an adapted movie based on true story of comfort womenat South Korea and Japan. This movie featuring a comedy genre and describe a woman whofight for her justice a comfort women victim over the years. This study focus on representativeof comfort women identity in the movie titled “I can speak”. This type of research is a qualitativemethod using semiotic data with  Roland Barthes analysis technique. To achieve the purposeof the study, a functional structural gender theory and a feminism philosophy of the secondsex support and complete the analysis . The result of this study, describe that women had been used as a sexual object for Japanese military satisfaction which is later known as comfort women. This film deliver a message of women’s become the second sex or not priority thanmen’s identified as (liyan). The idea of comfort women victim is a forgotten history yet in themovie “I Can Speak” clearly illustrate that the victims still struggling to fight for their right.Comfort women is become the sensitive issue and being a serious topic until these day.Keywords: Comfort women, functional structural gender, representative film, semiotic analysis
PELATIHAN PRODUKSI KONTEN KOMUNIKASI KESEHATAN UNTUK MEDIA SOSIAL BAGI PEGAWAI PUSKESMAS SE KOTA SEMARANG Swita Amallia Hapsari; Mutia Rahmi Pratiwi; Choirul Ulil Albab; Naiza Rosalia; Hanif Pandu Suhito; Diah Lestari R
Aptekmas Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol 6 No 2 (2023): Aptekmas Volume 6 Nomor 2 2023
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36257/apts.v6i2.6838

Abstract

Puskesmas as a Regional Technical Implementation Unit (UPTD) which is under Dinas Kesehatan Kota Semarang was responsible for assisting public health in their rural area. There were 37 puskesmas in Semarang that also liable to share the information about public health in digital media such as Instagram. In order to improve the performance in digital media, puskesmas need to acknowledge the social media maintenance skill. By collaborating between Dinas Kesehatan Kota Semarang and Dian Nuswantoro University Communication Studies Program in the field of community service was carried out with teme of producing health communication content in social media. In this activity, we have to materials presented: content production in social media and reportase. Training activity was held on June 25, 2023 and was attended by 37 participant, they were social media managers at Puskesmas in Semarang. The methods in this activity is carried out three steps: Pre Activity, Activity, and Evaluation. Evaluation results were obtained from prepost test and discussion with participants. In the pretest, we have concluded that participants had good skills in understanding the Instagram features but did not knowing management and production of digital content. Participants understanding of reporting needs to be improved because 60% was reporting practices well. The results of this training post test showed that more than 90% of participant felt their understanding had increased about optimizing instagram media for increased content production and competence in public speaking for reporting on the implementation of puskesmas activity.
Pelatihan Pembuatan Video Storytelling Melaui Media Sosial Tiktok Terkait Produk Makanan Lokal Di Desa Wisata Karangrejo Nadia Itona Siregar; Rahmawati Zulfiningrum; Swita Amallia Hapsari
ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 6, No 3 (2023): September 2023
Publisher : LPPM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62411/ja.v6i3.1422

Abstract

Desa Wisata Karangrejo Kec.Borobudur, Magelang, Jawa tengah adalah salah satu desa yang mendapatkan sertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sejak Pandemi Covid-19 telah terjadi penurunan rata-rata kunjungan wisatawan ke objek wisata mencapai lebih dari 70%. Jika kondisi tidak membaik maka diproyeksikan potensi kerugian hingga Desember 2022 akan mencapai Rp. 500 miliar. Guna untuk membangkitkan kembali ekonomi kreatif di Desa Wisata Karangrejo maka diperlukannya peningkatan kemampuan SDM masyarakat khususnya dalam hal digital. Sehingga potensi wisata kuliner lokal di Desa Wisata Karangrejo seperti gula jawa, rambutan, manggis, kelapa, sayuran, Albasia, Jati, Jahe, dan Kunir dapat menarik pengunjung wisata melalui video storytelling. Oleh karena itu, diperlukan pengabdian kemitraan masyarakat untuk memberikan pelatihan aktivitas pengelolaan media konten digital dan pembuatan video storytelling untuk mengangkat kembali ekonomi kreatif dan menarik pengunjung. Metode pelaksanaan pengabdian dilakukan dengan memberikan pelatihan dalam bentuk ceramah, diskusi, dan praktek membuat contoh sederhana konten TikTok. Hasil dari pengabdian masyarakat ini yaitu pelaku wisata di Desa Wisata Karangrejo yaitu para pengelola homestay, pengelola desa wisata, dan pengelola Puthuk Setumbuk mampu memahami dan mengenali potensi produk makanan lokal yang akan dikembangkan, mampu mempraktekkan pembuatan video storytelling sederhana sehingga dapat menjadi dasar dalam pembuatan video storytelling terkait produk wisata.