STEFANUS KRISTIANTO
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ALETHEIA

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

RESENSI BUKU : HOW GOD BECAME JESUS, THE REAL ORIGINS OF BELIEF IN JESUS' DIVINE NATURE STEFANUS KRISTIANTO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 6, No 1 (2018): MARET 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v6i1.72

Abstract

Dari judulnya, buku How God Became Jesus (selanjutnya HGBJ) ini jelas menunjukkan nuansa responssif terhadap buku Ehrman tersebut. Meski demikian kelima sarjana ini bukanlah apologis amatir, yang meresponsi Ehrman dengan data dan logika murahan. Mereka adalah para sarjana Perjanjian Baru yang mumpuni, yang–menurut saya–berhasil memberikan pandangan alternatif yang lebih baik dibanding apa yang Ehrman tawarkan. Kisah penerbitan buku ini memang cukup menarik. Para penulis buku ini pertama-tama meminta HarperOne memberi mereka draft tulisan Ehrman dan lantas menerbitkan respons mereka bersamaan dengan hari diterbitkannya HJBG(25 Maret 2014).
AUTENTISITAS EPITET "YIOY OEOY" DALAM MARKUS 1:1 STEFANUS KRISTIANTO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 6, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v6i2.77

Abstract

Abstrak: teks Markus 1:1 merupakan salah satu teks Perjanjian Baru yang sering diperdebatkan. Terkait ayat ini, para kritikus teks tidak sependapat mengenai autentisitas epitet σἱοῦ θεοῦ (“Anak Allah”). Meskipun penulis pernah berada dalam kubu yang menolak autentisitas epitet ini, dalam tulisan ini, penulis akan mencoba mengevaluasi ulang bukti eksternal dan internal untuk bacaan ini, dengan memperhatikan beberapa perkembangan terakhir dalam ranah Kritik Teks Perjanjian Baru. Berbeda dengan keyakinan penulis sebelumnya, penulis kini melihat bahwa ada alasan yang kuat untuk mempercayai autentisitas epitet ini.  Kata Kunci: Markus 1:1, Kritik Teks, Anak Allah, Pregenalogical Coherence, Kanon Kritik Teks
RESENSI BUKU : THE HERESY OF ORTHODOXY STEFANUS KRISTIANTO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 17, No 9 (2015): SEPTEMBER 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v3i2.44

Abstract

Bagi kalangan sarjana teologi, nama Walter Bauer tentunya bukan nama yang asing di telinga mereka. Salah satu karyanya, leksikon BAGD, merupakan kamus paling terkemuka dalam studi bahasa Yunani Alkitab. Namun, sebenarnya bukan itu saja pencapaian monumentalnya. Lebih kurang delapan puluh tahun yang lalu, ia menerbitkan sebuah karya penting dalam bahasa Jerman, bertajuk ―Rechtgläubigkeit und Ketzerei im Ältesten Christentum.‖1 Apa yang luar biasa dari karya ini ialah bahwa tesisnya kemudian menjadi pandangan mayoritas sarjana (liberal?) dalam studi kekristenan perdana.  Dalam karya tersebut, Bauer meneliti empat wilayah yang dianggapnya sebagai pusat pergerakan kekristenan abad kedua, yakni Asia Kecil, Mesir, Edessa dan Roma. Dia menunjukkan bahwa di daerahdaerah tersebut, bidat-bidat Kristen sebenarnya muncul lebih dahulu daripada kekristenan ortodoks. Dia lantas menyimpulkan bahwa hal itu merupakan penanda bahwa kekristenan awal pada dasarnya bersifat jamak secara doktrinal. Tiap-tiap kelompok menafsirkan pribadi, hidup dan karya Yesus menurut cara mereka masing-masing, dan meskipun saling berbeda – atau bahkan saling bertentangan –, semua jenis kekristenan tersebut merupakan kekristenan yang absah. Tidak ada satu kelompok pun yang berhak mengklaim bahwa alirannya yang paling benar.  
(SEBUAH UPAYA) MEMAHAMI MAZMUR KUTUKAN STEFANUS KRISTIANTO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 6, No 1 (2018): MARET 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v6i1.67

Abstract

Abstraksi: Kitab Mazmur merupakan salah satu kitab dalam Alkitab yang paling disukai orang Kristen. Akan tetapi, beberapa bagian dalam kitab ini–yang biasa disebut Mazmur Kutukan–telah menimbulkan problem etis bagi pembacanya, sebab mazmurmazmur ini nampak bertentangan dengan prinsip kasih yang diajarkan Yesus. Beberapa sarjana memang pernah mengemukakan beragam interpretasi untuk ―menjinakkan‖ mazmur-mazmur ini. Akan tetapi, usulan-usulan tersebut justru menimbulkan masalah lain. Dalam tulisan ini, penulis mencoba menawarkan penafsiran alternatif terhadap mazmur-mazmur kutukan, yakni memahami mazmur-mazmur tersebut dalam terang perjanjian Musa. Menutup tulisan ini, penulis akan memberikan dua aplikasi praktis dari interpretasi tersebut.  Kata-kataKunci:Kitab Mazmur, Mazmur Kutukan, Perjanjian Musa, Perjanjian Lama, Etika, Etis
RESENSI BUKU : MEMAHAMI PERJANJIAN LAMA, TIGA PERTANYAAN PENTING STEFANUS KRISTIANTO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 7, No 1 (2019): MARET 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v7i1.89

Abstract

Di dalam riset sederhana dan terbatas yang pernah penulis lakukan, penulis menemukan bahwa kebanyakan orang-orang Kristen ternyata mengenal Perjanjian Baru jauh lebih baik ketimbang Perjanjian Lama. Buktinya, mereka jauh lebih familiar dengan kitab dan nama-nama di dalam Perjanjian Baru daripada kitab-kitab dan nama-nama di Perjanjian Lama. Selain itu, mereka juga membutuhkan waktu sekian puluh detik lebih lama untuk menemukan kitab-kitab dalam Perjanjian Lama dibanding sewaktu mereka membuka tulisan-tulisan Perjanjian Baru (penulis melakukan riset ini sekitar tahun 2005-2006 BC, before cellphone, saat kebanyakan orang masih menggunakan Alkitab fisik. Hasilnya mungkin akan sedikit berbeda di masa AD, all digital, ini).
RESENSI BUKU : THE CHARISMATIC THEOLOGY OF ST. LUKE : TRAJECTORIES FROM THE OLD TESTAMENT TO LUKE-ACTS STEFANUS KRISTIANTO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 4, No 1 (2016): MARET 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v4i1.50

Abstract

Gerakan Pentakosta merupakan sebuah gerakan yang, menurut konsensus para ahli sejarah gereja, lahir pada tahun 1901. Ini berarti gerakan ini kini baru berusia sekitar 105 tahun; sebuah usia yang relatif muda bila dibandingkan dengan saudara-saudara tua mereka (Katolik, Lutheran, Refomed, Mennonite, dan Wesleyan). Meski demikian, gerakan ini, dan juga turunannya yaitu gerakan Karismatik, telah memberikan dampak yang sensasional bagi kekristenan hari ini. Kedua gerakan ini telah menjadi salah satu daya tarik utama kekristenan di kala banyak orang mulai jemu dengan kelesuan dan kekakuan gereja-gereja arus utama.
RESENSI BUKU : JESUS, CRITERIA, AND THE DEMISE OF AUTHENTICITY STEFANUS KRISTIANTO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 6, No 1 (2018): MARET 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v6i1.74

Abstract

Buku ini dibuka dengan pengantar dari Morna Hooker yang mengisahkan perdebatannya dengan Norman Perrin (dan Reginald H. Fuller) sekitar tahun 1970. Di sana, Hooker menyampaikan kritiknya mengenai pembedaan autentik dan tidak autentik (yang menurutnya merupakan warisan kritik bentuk), di samping juga mengritik fungsi kriteria autentisitas yang problematis. Berfokus pada detil-detil demikian, menurutnya, hanya akan membuat sarjana kehilangan gambaran menyeluruh tentang siapa Yesus.
"YESUS SEBAGAI PENGGENAP TEMPAT IBADAH" DALAM INJIL YOHANES STEFANUS KRISTIANTO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 4, No 1 (2016): MARET 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v4i1.51

Abstract

Abstrak: Salah satu karakteristik yang kerap muncul dalam Injil Yohanes ialah menampilkan Yesus sebagai penggenap ritual, figur, atau nubuatan dalam Perjanjian Lama. Bertolak dari dasar itu, tulisan ini akan mencoba berfokus pada bagaimana Injil Yohanes menampilkan Yesus sebagai penggenap tempat ibadah di dalam Perjanjian Lama. Untuk mencapai tujuan itu, penulis akan mulai dengan menunjukkan bahwa Perjanjian Lama merupakan latar belakang konseptual di balik Injil Yohanes. Setelah itu, penulis akan meneliti perkembangan konseptual tempat ibadah di dalam Perjanjian Lama untuk mengetahui aspek apa saja yang digenapi dan bagaimana Yesus menggenapinya. Pada akhirnya, penulis akan menarik beberapa implikasi praktis penggenapan tersebut bagi kehidupan Kristen kontemporer.  Kata Kunci: Yesus, Perjanjian Lama, Injil Yohanes, Penggenapan, Tempat Ibadah.
RESENSI BUKU : DEFENDING SUBSTITUTION, AN ESSAY ON ATONEMENT IN PAUL STEFANUS KRISTIANTO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 7, No 1 (2019): MARET 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v7i1.91

Abstract

Secara keseluruhan, buku ini terdiri atas lima bab, yakni tiga bab utama ditambah dengan bab pendahuluan dan kesimpulan. Di dalam bagian pendahuluan, Gathercole mulai dengan memaparkan pentingnya pembahasan mengenai teori penebusan pengganti. Selain soal kejelasan makna bagi gereja dan kesarjanaan, dia melihat aspek pastoral doktrin ini sebagai hal yang penting. Setelah itu, Gathercole mencoba merumuskan apa sebenarnya teori penebusan pengganti itu. Secara positif, ia menjelaskan bahwa doktrin ini mengajarkan bahwa Kristus mati menanggung dosa atau kesalahan atau hukuman umat Allah, sehingga mereka tidak perlu lagi mengalami hal tersebut (hal. 15-18). Secara negatif, ia memberikan beberapa kualifikasi yang membedakan doktrin ini khususnya dari konsep representasi, pendamaian (propitiation), dan pemuasan (satisfaction) (hal. 18-23). Di akhir bab pendahuluan ini (hal. 23-28), Gathercole meresponi secara singkat beberapa keberatan terhadap teori ini. Secara khusus, dia berfokus pada keberatan teologis (mis. bukankah doktrin ini doktrin yang imoral?), filosofis (bagaimana bisa dosa dialihkan?), dan logis (bila Kristus sudah menggantikan, mengapa orang percaya masih mengalami kematian?).
RESENSI BUKU : A NEW APPROACH TO TEXTUAL CRITICISM : AN INTRODUCTION TO THE COHERENCE-BASED GENEALOGICAL METHOD STEFANUS KRISTIANTO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 6, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v6i2.80

Abstract

Secara garis besar, buku ini terdiri atas enam bab utama. Bab pertama merupakan bagian pengantar yang menyentuh tiga aspek penting. Pertama, bab ini memberi pengenalan awal tentang apa itu CBGM. Secara ringkas, Wasserman dan Gurry mendefinisikan CBGM sebagai “a method that (1) uses a set of cumputer tools (2) based in a new way of relating manuscript texts that is (3) designed to help us understand the origin and history of the New Testament text.” (hal. 3). Jadi, seperti harapan Epp, metode ini mengkombinasikan penggunaan komputer dan pendekatan kuantitatif di beberapa bagian. Wasserman dan Gurry kemudian menggaris bawahi bahwa hal baru yang ditawarkan CBGM ialah bagaimana cara metode ini menghubungkan teks antar naskah. Pendekatan ini menggunakan prinsip dasar bahwa teks antar naskah bisa saling dihubungkan dengan menggunakan hubungan antar variannya. Kedua, bab ini juga menjelaskan secara singkat lima perubahan yang dibawa CBGM. Selain perubahan teks kritikal Yunani di beberapa tempat, CBGM juga menyebabkan munculnya ketidakpastian mengenai teks awal (initial text) di beberapa tempat. Bukan hanya itu, CBGM ternyata juga mendorong penolakan terhadap kategori tipe teks (atau kluster teks menurut Epp), meningkatnya apresiasi terhadap teks Byzantine, dan berubahnya tujuan utama Kritik Teks (meski sangat tipis). Bab ini kemudian ditutup dengan pembahasan aspek ketiga, yakni alasan mengapa buku ini ditulis. Sederhananya, buku ini ditulis untuk mereka yang optimis terhadap potensi CBGM (tetapi tidak mengerti bagaimana menggunakannya) dan juga mereka yang cenderung negatif terhadap CBGM. Buku ini diharapkan menjadi penolong kedua kelompk tersebut memahami CBGM lebih baik.