Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN LAMA PAPARAN TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BALITA Pingkan Fredelia Lontoh; Ahmad Suryawan; Sri Utami
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal Vol. 3 No. 1 (2019): Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal, January 2019
Publisher : UNIVERSITAS AIRLANGGA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/imhsj.v3i1.2019.77-84

Abstract

AbstrakLatar belakang: Televisi merupakan salah satu inovasi teknologi yang sering digunakan oleh setiap orang tidak terkecuali anak balita. Menghabiskan banyak waktu pada tayangan televisi membuat anak-anak kehilangan kesempatan untuk mengeksplor lingkungan dan bermain dengan teman-teman sebayanya sehingga berdampak pada kemampuan motorik anak. Tujuan: Mengetahui hubungan antara lama paparan televisi dengan perkembangan motorik halus anak usia 3-5 tahun. Metode: Penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional pada balita usia 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kenjeran Surabaya dengan menggunakan purposive sampling. Lama paparan televisi diukur menggunakan lembar pengumpul data sedangkan perkembangan motorik halus diukur menggunakan KPSP aspek motorik halus. Analisis data menggunakan chi square (p < 0,05). Hasil: sebanyak 108 balita yang ikut serta dalam penelitian. Anak yang menonton > 2 jam/ hari sebagian besar lulus perkembangan motorik halus. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan antara lama durasi paparan televisi dengan kemampuan motorik halus (p=0,042). Kesimpulan: menonton televisi yang tidak terkendali dapat membawa dampak buruk bagi perkembangan motorik halus, diperlukan peran orangtua dalam mengawasi dan membatasi paparan televisi pada anak. AbstractBackground: Television is one of the technological innovations that is often used by everyone is no exception for toddlers. Spending a lot of time on television shows makes children lose the opportunity to explore the environment and play with peers so as to impact the child's motor skills. Objectives: Know the relationship between prolonged television exposure with fine motor development of children aged 3-5 years. Method: Observational analytic research with cross sectional approach in toddlers aged 3-5 years in the working area of Kenjeran Surabaya by using purposive sampling. Prolonged television exposure was measured using a data collector sheet while smooth motorik developments were measured using KPSP fine motor aspects. Data analysis using Chi Square (P < 0.05). Results: As many as 108 toddlers participating in the study. Children watching > 2 hours/day mostly pass fine motor development. The chi-square test results indicate the relationship between the length of the duration of television exposure with fine motor capability (P = 0,042). Conclusion: An uncontrolled television watch can bring a bad impact to the smooth motorik developments, required parental role in supervising and restricting television exposure in children. 
PERSEPSI DAN KESIAPAN MAHASISWA PROFESI KESEHATAN TENTANG INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) DI UNIVERSITAS AIRLANGGA Fitriah Annisa; Sri Utami; Kartika Darma Handayani
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal Vol. 3 No. 3 (2019): Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal, July 2019
Publisher : UNIVERSITAS AIRLANGGA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/imhsj.v3i3.2019.187-195

Abstract

Abstrak Latar belakang: Kolaborasi tenaga kesehatan yang baik merupakan upaya paling efektif dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Hal ini menjadi dasar penerapan Interprofessional Education (IPE) dalam kurikulum yang akan diterapkan kepada mahasiswa profesi kesehatan. Universitas Airlangga (UNAIR) belum secara terintegrasi menerapkan IPE di 5 program studi kesehatan yang memiliki program profesi di dalamnya. Oleh karena itu data penelitian persepsi dan kesiapan mahasiswa profesi kesehatan tentang IPE di UNAIR berguna untuk pengembangan kurikulum IPE di UNAIR yang sesuai dengan kebutuhan lulusan. Tujuan: Mengetahui persepsi mahasiswa profesi kesehatan UNAIR mengenai IPE. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan cross sectional. Populasi terdiri dari mahasiswa profesi Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Fakultas Keperawatan di Universitas Airlangga. Sebanyak 91 orang menjadi sampel sesuai kriteria inklusi melalui Purposive Sampling. Variabel penelitian yaitu persepsi dan kesiapan mahasiswa profesi kesehatan tentang IPE di UNAIR yang diukur dengan kuisioner Interdisciplinary Education Perception Scale (IEPS) dan The Readiness for Interprofessional Learning Scale (RIPLS). Hasil: Persepsi sebagian besar (53%) mahasiswa profesi kesehatan terhadap IPE di UNAIR berkategori baik dan kesiapan mahasiswa profesi kesehatan berkategori sangat baik (60%) terhadap IPE di UNAIR. Analisa: Persentase persepsi kategori baik tertinggi (59%) yaitu pemahaman terhadap profesi lain dan kategori baik terendah (41%) yaitu kebutuhan untuk bekerja sama. Persentase kesiapan kategori sangat baik tertinggi (53%) yaitu identitas profesi, kategori sangat baik terendah (36%) yaitu teamwork dan kolaborasi. Kesimpulan: Persepsi dan kesiapan mahasiswa profesi kesehatan tentang IPE di UNAIR berkategori baik sehingga IPE dapat dikembangkan secara terintegrasi di UNAIR.AbstractBackground: Health professionals collaboration is an effective way to optimize health care. It is the basis for Interprofessional Education (IPE) curriculum to be applied to health students. Airlangga University has not implemented the IPE curriculum in 5 of its health study programs yet. Therefore, the research data on health students’ perception and readiness about IPE will support to develop the curriculum to be applied among the needs of prospective health professionals. Methods: This is a descriptive observational study with a quantitative approach and cross sectional design. The population is from students at professional programs. A total of 91 participants were taken as sample based on inclusion criteria using purposive sampling. The variables were perception and readiness of health students about IPE in Airlangga University which were evaluated by giving some questioners based on Interdisciplinary Education Perception Scale (IEPS) and The Readiness for Interprofessional Learning Scale (RIPLS). Results: The perception of most of health college students (53%) about IPE in Airlangga University were in good category and the readiness of almost all of the students (60%) about IPE in Airlangga University were in excellent category. Analysis: The highest good category of perception percentage (59%) was understanding other profession’s roles, the lowest good category of perception percentage (41%) was perceived need for cooperation. The highest excellent category of readiness (53%) was profession identity, the lowest excellent category of readiness percentage (36%) was teamwork and collaboration. Conclusion: Health college students’ perception and readiness about IPE in Airlangga University were averagely good so that the IPE curriculum can be developed integrated in Airlangga University.
HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKAN, SOSIAL EKONOMI DAN RIWAYAT BBLR TERHADAP STATUS GIZI BALITA Ferisca Maya Kurnia Wardhani; Sri Utami; Dwiyanti Puspitasari
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal Vol. 3 No. 4 (2019): Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal, October 2019
Publisher : UNIVERSITAS AIRLANGGA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/imhsj.v3i4.2019.349-358

Abstract

Abstrak Latar Belakang : Gizi kurang dan buruk pada balita dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan anak. Angka kejadian gizi buruk tertinggi terjadi di Puskesmas Simomulyo Surabaya sebanyak 35 balita pada tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan Pola Pemberian Makan, Sosial Ekonomi dan Riwayat BBLR dengan Status Gizi Balita. Metode: Penelitian cross sectional ini dilakukan di Kelurahan Simomulyo Baru Surabaya. Populasi dalam penelitian ini seluruh balita usia 12-59 bulan di Kelurahan Simomulyo Baru Kota Surabaya sebanyak 3036 balita. Sampel yang digunakan sebanyak 130 balita pada RW 5 dan RW 6 dengan teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Pengambilan data dengan kuesioner. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji Chi-Square. Hasil: Status Gizi Bermasalah sebagian besar terjadi pada balita dengan pola pemberian makan yang kurang yaitu 34 balita (97,1%). Pendidikan terakhir ibu balita status gizi bermasalah sebagian besar berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 47 orang (49,0%). Pekerjaan ibu balita status gizi bermasalah sebagian besar  tidak bekerja sebanyak 52 orang (49,5%). Balita status gizi bermasalah hampir setengahnya terjadi pada keluarga dengan pendapatan rendah yaitu sebanyak 41 keluarga (58,6%). Balita yang mengalami status gizi bermasalah sebagian besar terjadi pada balita dengan riwayat BBLR cukup bulan saat lahir yaitu sebanyak 23 balita  (88,5%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan hasil pemberian makan (p-value =0,001), pendidikan ibu (p-value=0,561),  pekerjaan ibu (p-value=0,320), pendapatan keluarga (p-value =0,005), dan riwayat BBLR (p-value =0,001) dengan α=0,05. Kesimpulan: Pola pemberian makan, pendapatan dan riwayat BBLR berhubungan dengan status gizi balita. Sedangkan pendidikan ibu dan pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan status gizi balita.Abstract Background: Underweight and malnutrition of children can result in disruption of physical growth and intelligence of children. The highest incidence of malnutrition occurred in Simomulyo Health Center Surabaya as many as 35 children in 2016. The aim of the research was determine the relationship between Feeding Patterns, Social Economy and LBW History with Nutritional Status Toddlers. Method : This cross-sectional study was conducted in Simomulyo Baru Village Surabaya. The population in this study were all toddlers aged 12-59 months in Simomulyo Baru Village, Surabaya, as many as 3036 toddlers. The sample used was 130 toddlers in RW 5 and RW 6 with the sampling technique using simple random sampling. Retrieving data with a questionnaire. Data were analyzed statistically using the Chi-Square test . Results : Troubled Nutritional Status mostly occurred in children under five with poor feeding patterns, namely 34 toddlers (97.1%). The last education of mothers of children under five with a problematic nutritional status was mostly highly educated as many as 47 people (49.0%). The work of mothers of children under five with problematic nutritional status mostly did not work as many as 52 people (49.5%). Toddlers with problematic nutritional status almost half occur in families with low income as many as 41 families (58.6%). Most toddlers who have problematic nutritional status occur in infants with a history of LBW enough months at birth as many as 23 children (88.5%). Based on the Chi-Square test results obtained feeding results ( p-value = 0.001), mother’s education (p-value = 0.561), mother’s work ( p-value = 0.320), family income ( p-value = 0.005), and history LBW ( p-value = 0.001 ) with α=0,05. Conclusion : The pattern of feeding, income and history of LBW is related to the nutritional status of children. While mother’s education and mother’s work is not related to the nutritional status of children.