Putu Maria Ratih Anggraini
STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KONSEP CAKRA YADNYA TERHADAP PENGGUNAAN BUAH IMPORT DI BALI (Studi Kasus Perayaan Hari Raya Galungan) Putu Maria Ratih Anggraini
Jnanasidanta Vol 1, No 1 (2019): Teologi Hindu
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/jnana.v1i1.345

Abstract

The belief of the Hindu community towards God the Almighty is practiced through the Religious Ceremony with the actual practice of being Banten/Upakara which is something that is no longer a special thing for Hindus in Bali. In making the ceremony the Hindus began to use the means imported from abroad, this was due to the desire of the people to use better, more interesting, tasty fruit to eat. In the process of making this pillow, the people who performed the Chakra Yadnya Concept did not feel it was a concept of Hindus who contributed to the economy in the community (or in other words contributed to the economic turnover of the community). In the use of local fruits in Beryad, especially on Galungan holidays, more facilities are needed, more people will benefit, including imported fruit previously translated into Hindu language that has proven beneficial to the world that has used fruit from the outside world to Yadnya. Keyword : cakra yadnya, buah import
HUKUM ADAT KEKELUARGAAN DAN KEWARISAN DI BALI Putu Maria Ratih Anggraini; I Wayan Titra Gunawijaya
PARIKSA: Jurnal Hukum Agama Hindu Vol 2, No 1 (2018): PARIKSA - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/pariksa.v2i1.653

Abstract

Eksistensi Hukum Adat di Bali hingga kini masih sangat kuat. Salah satu hukum Adat yang masih kuat adalah kekeluargaan yang menganut sistem ke-Bapaan (Vaderrechtelijk). Dalam sistem ke-Bapaan, istri memasuki keluarga suaminya. Anak-anak akan terkait kepada keluarga ayah (suaminya) dan tidak ada hubungan lurus kepada keluarga ibunya. Tujuan perkawinan menurut hukum agama Hindu adalah untuk mendapatkan keturunan dan untuk menebus dosa-dosa orang tua dengan menurunkan seorang putra. Pada masyarakat kekerabatan adat Bali yang patrilinial, perkawinan bertujuan mempertahankan garis keturunan bapak, sehingga anak laki-laki tertua harus melaksanakan bentuk perkawinan ambil istri, dimana setelah terjadi perkawinan istri ikut masuk dalam kekerabatan suami dan melepaskan kedudukan adatnya dalam susunan kekerabatan bapaknya. Apabila keluarga patrilinial tidak mempunyai anak lelaki, maka anak perempuan dijadikan berkedudukan seperti anak laki-laki. Apabila tidak mempunyai anak sama sekali maka berlakulah adat pengangkatan anak. Apabila kita membicarakan tentang pengaduan dan peradilan menurut sistem hukum adat dibandingkan dengan sistem hukum barat yang kini kita gunakan, maka tidak banyak yang dapat dibicarakan. Namun tidak berarti bahwa hukum adat tidak mengenal sistem peradilan dalam menyelesaikan perselisihan diantara warga masyarakat hukum adat, yang pada umumnya bersifat perdata dan sampai sekarang masih berlaku.
KONTRIBUSI PURA BEJI SANGSIT PADA PRODI TEOLOGI HINDU STAHN MPU KUTURAN SINGARAJA Yunitha Asri Diantary Ni Made; putu maria ratih anggraini; I Wayan Titra Gunawijaya
Genta Hredaya: Media Informasi Ilmiah Jurusan Brahma Widya STAHN Mpu Kuturan Singaraja Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/gentahredaya.v6i2.2354

Abstract

Pendidikan agama Hindu pada setiap perguruan tinggi memerlukan berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusianya. Manusia menjadi faktor penting dalam kemajuan bangsa, melalui pendidikan diharapkan nilai-nilai kemanusiaan diwariskan, tidak hanya diwariskan namun juga mampu menginternalisasikan pada watak dan kepribadiannya, sehingga pendidikan itu menjadi penting untuk digapai setiap manusia. Hakikat pendidikan akan memberikan landasan yang kuat terhadap praktik pendidikan dalam upaya memanusiakan manusia. Upaya yang dilakukan manusia untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya dengan jalan menerapkan pengetahuan. Begitu pula dengan STAHN Mpu Kuturan Singaraja khususnya pada Program Studi Teologi Hindu yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam membentuk generasi muda hindu yang berkarater tri kaya parisudha, sehingga setiap pendidikan yang diberikan pada prodi Teologi Hindu mengimplementasikan nilai-nilai luhur tri kaya parisudha dengan melaksanakan pendidikan yang langsung menuju masyarakat desa di Pura Beji Sangsit, melalui struktur pura, setiap prosesi dan ritual yang diselenggarakan, serta berbagai pemujaan pada Pura Beji ini mampu memberikan kontribusi kepada mahasiswa di Prodi Teologi dalam mengamalkan ajaran agama Hindu.