Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

POTENSI DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PALAWIJA DI KABUPATEN SUMBAWA L. Sukardi
JURNAL AGRIMANSION Vol 1 No 2 (2001): Jurnal AGRIMANSION (AGRIBUSINESS MANAGEMENT & EXTENSION) MEI
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v1i2.64

Abstract

ABSTRAK Peningkatan produksi palawija menjadi salah satu prioritas di Kabupaten Sumbawa karena selain merupakan komoditas pangan utama, juga menjadi unggulan dan andalan untuk diekspor. Peluang peningkatan produksi dapat dilakukan baik melalui intensifikasi (peningkatan produktivitas pada daerah-daerah yang produktivitasnya masih di bawah rata-rata kabupaten) maupun ekstensifikasi (pemanfaatan lahan potensial yang belum tergarap). Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi peningkatan produksi melalui kegiatan intensifikasi berturut-turut sebagai berikut : kedelai 613,58 ton, jagung 1.078,31 ton, kacang hijau 325,77 ton, dan kacang tanah 123,10 ton. Sedangkan potensi peningkatan produksi melalui kegiatan ekstensifikasi (dihitung berdasarkan dua pendekatan), yaitu : (1) berdasarkan produktivitas aktual berturut-turut : kedelai 13.006,84 ton, jagung 19.225,20 ton, kacang hijau 5.719,16 ton, dan kacang tanah 1.271,07 ton dan (2) berdasarkan produktivitas rata-rata berturut-turut : kedelai 12.981,95 ton, jagung 19.442,21 ton, kacang hijau 5.738,15 ton, dan kacang tanah 1.300,76 ton. ABSTRACT Increasing the second crop production is one of the first priority program in Sumbawa District, because this second crop is not only the main food commodities, but also the prominent and superior export commodities. The opportunity to increase the production could be achieved both through intensification (increasing production in the area that the productivity is lower than average of the district productivity) and extensification (the use of unutilized potential land). The results of the study show that the potency of increasing of production through intensification are as follows : soybean is 613.58 tones, maize is 1,078.31 tones, mung-beans is 325.77 tones, and peanut is 123.10 tones. Meanwhile, the potency of increasing of production through extensification program (counted based on two approaches), namely : (1) based on actual production : soybean is 13,006.84 ton, maize is 19,225.20 ton, mungbean is 5,719.16 ton, and peanut is 1,271.07 ton; (2) based on average productivity that indicate : soybean is 12,981.95 tones, maize is 19,442.21 ton, mungbean is 5,738.15 tones, and peanut is 1,300.76 tones.
4. DAYA SAING BERBAGAI JENIS KOMODITI TERHADAP TEMBAKAU VIRGINIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR L. Sukardi
JURNAL AGRIMANSION Vol 3 No 1 (2002): JURNAL AGRIMANSION NOVEMBER 2002
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v3i1.87

Abstract

ABSTRAK Adanya anggapan masyarakat (petani) bahwa tembakau virginia memiliki keuntungan usahatani tertinggi mengakibatkan kurangnya motivasi mereka untuk mengusahakan tanaman lainnya. Karena itu kajian terhadap daya saing berbagai komoditi terhadap tembakau virginia perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sejauhmana daya saing berbagai jenis komoditi serta berapa tingkat produksi dan harga minimal (tingkat hasil dan harga kompetitif) masing-masing komoditi untuk dapat bersaing dengan tembakau virginia. Penelitian ini dilakukan pada 7 kecamatan, yaitu : Kec. Keruak, Selong, Sakra, Masbagik, Aikmel, Sukamulia, dan Pringgabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) berbagai jenis komoditi palawija seperti kedelai, jagung, kacang tanah, dan kacang hijau di Kabupaten Lombok Timur tidak memiliki daya saing (keuntungan kompetitif) terhadap tembakau virginia; (2) untuk dapat bersaing dengan tembakau virginia, maka produksi atau harga palawija saat ini harus dapat ditingkatkan, bahkan untuk Kecamatan sakra harus ditingkatkan lebih dari 200 %; dan (3) Hanya ada dua komoditi yang memiliki daya saing (keuntungan kompetitif) terhadap tembakau virginia, yaitu : (1) cabe di Kecamatan Selong, Masbagik, dan Sukamulia, dan (2) tembakau rajangan di Kecamatan Keruak, Selong, Sukamulia, dan Pringgabaya. ABSTRACT Since many people consider that Virginia tobacco gives the highest farm benefit, results in various kinds of other crops less attractive to be cultivated by farmers. The aims of the study are to analyse the competitiveness of other crops to Virginia tobacco; and how much should the minimum (competitive) production and price be decided in order the crops are able to compete with the virginia tobacco. This study was conducted in 7 subdistrict, namely Keruak, Selong, Sakra, Masbagik, Aikmel, Sukamulia, and Pringgabaya. The result of the study indicated that (1) the crops such as soybean, corn, peanut, and mungbean competitiveless to virginia tobacco; (2) in order to compete with Virginia tobacco, the present production or price of those crops should be increased. In Sakra Subdistrict, specially, the production or price should be increased more than 200 %; and (3) There are two commodities only that have comparative advantage to virginia tobacco, namely (1) pepper in Selong, Masbagik, and Sukamulia Subdistrict ; and (2) cut tobacco in Keruak, Selong, Sukamulia, and Pringgabaya Subdistricts.
3. TINGKAT STABILITAS HASIL PRODUKSI DAN KARAKTERISTIK SPASIAL PENGEMBANGAN JAGUNG DI KABUPATEN LOMBOK BARAT L. Sukardi
JURNAL AGRIMANSION Vol 4 No 1 (2003): JURNAL AGRIMANSION November 2003
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v4i1.105

Abstract

ABSTRAK Produktivitas jagung di Kabupaten Lombok Barat dalam kurun waktu 1982-2002 termasuk dalam katagori “stabilitas rendah” yang ditandai dengan koefisien keragaman (KK) sebesar 34,123%. Apabila koefisien keragaman hasil ini dapat diperkecil hingga 2,5%, maka rata-rata hasil produksi jagung yang dapat diselamatkan setiap tahunnya sebesar 0,487 ton/ha. Jadi dengan rata-rata luas panen sebesar 5.241 ha, total produksi yang dapat diselamatkan melalui peningkatan stabilitas hasil mencapai ± 2.553 ton (20,42% dari total produksi). Meskipun di beberapa daerah (kecamatan) jagung merupakan komoditi basis berdasarkan luas areal pengembangannya, namun karena nilai koefisien lokalisasi dan koefisien spesialisasi yang relatif kecil (kurang dari 0,5), maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Lombok Barat belum mengarah ke lokalisasi dan spesialisasi dalam pengembangan jagung. ABSTRACT Productivity of maize in West Lombok during 1982-2002 was classified as "low stability" with the variation coefficient equal to 34,123%. If the level of variation coefficient can be minimized up to 2,5%, mean of maize yield that can be saved every year equal to 0,487 ton / ha. Therefore, with an average harvest area equal to 5.241 ha, total maize production that could be secured by increasing yield stability reach about 2.553 ton (20,42% of total production). Although in some areas (sub-districts) maize represent the basis commodity base on cultivation area, but because of the localization coefficient and specialization coefficient are smaller (less than 0,5), it can be concluded that West Lombok district has not been considered as a localised and specialised as maize production development.