Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisa Biaya Penggunaan Seftriakson dan Siprofloksasin Pasien Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit X Kabupaten Jombang Tahun 2017 Anggi Restyana; Wika Admaja
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 16 No. 02 Desember 2019
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (820.322 KB) | DOI: 10.30595/pharmacy.v16i2.5847

Abstract

Jumlah penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Dalam penanganannya berbagai macam antibiotik digunakan sebagai terapi pengobatan termasuk siprofloksasin. Saat ini siprofloksasin merupakan antibiotik pilihan pertama dalam terapi ISK di Rumah Sakit X Kabupaten Jombang. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan biaya terapi penggunaan antibiotik seftriakson dan siprofloksasin pada pasien infeksi saluran kemih. Telah dilakukan penelitian cost effectiveness analysis menggunakan metode observasi analitik dengan rancangan secara cross-sectional, pengambilan data secara retrospektif dengan menelusur dokumen rekam medis pasien. Metode analisis menggunakan statistic uji-t tidak berpasangan. Penelitian dilakukan pada perspektif rumah sakit. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 164 pasien. Terdapat 64 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak 32 pasien mendapatkan siprofloksasin dan 32 pasien mendapatkan seftriakson. Total biaya langsung rata-rata pasien ISK yang mendapatkan seftriakson adalah Rp902.908,3 sedangkan pasien yang mendapatkan siprofloksasin adalah Rp959.918,91. Efektivitas diukur berdasarkan probabilitas lama rawat yang ditentukan. Pasien dengan seftriakson memiliki lama rawat 4,468 hari dengan probabilitas 0,875 dan siprofloksasin memiliki lama rawat 4,688 hari dengan probabilitas 0,781.  Berdasarkan efektivitas, nilai ACER seftriakson sebesar Rp1.031.895,28 dan nilai ACER siprofloksasin sebesar Rp1.229.089,51. Namun secara uji statistik tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada efektivitas dan biaya antara seftriakson dan siprofloksasin. Pada perhitungan nilai ICER pada penelitian ini didapatkan nilai sebesar Rp259.138,82. Artinya ada biaya tambahan sebesar Rp259.138,82 per outcome terapi.
EVALUASI WAKTU PEMBERIAN AMLODIPIN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS X KOTA KEDIRI Wika Admaja; Yogi Bhakti Marhenta; Krisogonus Ephrino Seran; Iyana Milati Azka Wijanarko
Jurnal Inovasi Farmasi Indonesia (JAFI) Vol 2, No 1 (2020): Vol. 2 No. 1 Desember 2020
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jafi.v2i1.1286

Abstract

Tekanan darah manusia berjalan mengikuti ritme sirkadian, yaitu tekanan darah  turun pada saat tidur dan meningkat pada pagi hari hal ini terjadi pada sebagian besar individu. Berbagai macam parameter kardiovaskular, termasuk detak jantung, tekanan darah, dan resistensi perifer, diketahui bervariasi sepanjang hari. Beberapa kejadian jantung dan otak telah lama dilaporkan tertinggi terjadi di pagi hari. Efektivitas calcium channel blockers (CCBs) menurut waktu pemberian masih belum jelas. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengeahui pengaruh penurunan tekanan darah pasien hipertensi pada pemberian amlodipin 5 mg di pagi hari dibandingkan malam hari.  Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis observasional secara prospektif berdasarkan data rekam medik pasien hipertensi tunggal dengan jumlah sampel 66 pasien (kelompok penggunaan amlodipin pagi 33 pasien dan amlodipin malam 33 pasien). Diperoleh hasil penurunan sistole sebesar -7,27 dan diastole -3,33 pada kelompok amlodipin yang diminum pagi hari. Penurunan sistole pada pemberian amlodipin malam hari sebesar -15,76 dan diastole sebesar -8,48. Hasil uji Mann Whitney diketahui nilai p = 0,036 (<0,05) pada tekanan sistole pagi dan malam, nilai  p = 0,044 (<0,05) pada tekanan diastole pagi dan malam. Diperoleh kesimpulan terdapat pengaruh pemberian amlodipine pagi dan malam pada tekanan sistole dan diastole . Pemberian amlodipine 5 mg pada malam hari lebih menurunkan tekanan darah sistole dan diastole dibandingkan pemberian pada pagi hari. 
ANALISA MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFAZOLIN DAN AMOXICILLIN PASIEN BEDAH SESAR DI RUMAH SAKIT X KAB. JOMBANG Wika Admaja; Yogi Bhakti Marhenta
Jurnal Inovasi Farmasi Indonesia (JAFI) Vol 2, No 2 (2021): Juli 2021
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jafi.v2i2.1372

Abstract

Biaya pelayanan kesehatan khususnya biaya obat telah meningkat tajam beberapa dekade terakhir dan kecenderungan ini tampaknya akan terus berlangsung. Hal ini antara lain disebabkan karena populasi pasien yang semakin banyak dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan obat dan adanya obat-obat baru yang lebih mahal. Angka kejadian kasus bedah sesar di negara maju maupun negara berkembang dari tahun ke tahun diketahui semakin meningkat. Di Rumah sakit X kab jombang dalam kurun waktu 1 tahun jumlahnya mencapai 900 lebih kasus bedah sesar yang di sebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu prosedur yang dilakukan pada saat bedah sesar adalah pemberian antibiotic profilaksis. Pemberian antibiotic profilaksis ini di harapkan dapat mencegah terjadinya infeksi luka pasca operasi. Berdasarkan guideline antibiotic profilaksis yang dapat diberika pada kasus bedah sesar adalah cefazoline dan amoxicillin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan biaya yang paling cost minimalis dari penggunaan antibiotik profilaksis cefazoline dan amoxicillin pada pasien dengan kasus bedah sesar. Penelitian cost minimalization analysis menggunakan metode observasi analitik dengan rancangan secara cross-sectional, pengambilan data secara retrospektif dengan menelusur dokumen rekam medis pasien. Metode analisis menggunakan statistic uji-t tidak berpasangan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan perspektif rumah sakit. Populasi keseluruhan dalam penelitian ini sebanyak 676 pasien. Terdapat 90 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sebanyak 54 pasien mendapatkan cefazolin dan 36 pasien mendapatkan amoxicillin. Total biaya langsung dibagi menjadi tiga jenis biaya yaitu biaya antibiotik, biaya terapi penunjang dang biaya perawatan. Dari ketiga jenis biaya tersebut di ketahui berbeda signifikan dengan perolehan nilai p > 0,05. Perhitungan Biaya pada cost minimalisasi diukur berdasarkan lama rawat pasien. Perhitungan cost minimalisastion diperoleh pasien dengan penggunaan antibiotik cefazolin lebih kecil dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan amoxicillin yaitu Rp.5.368.894,83 dan Rp.5.494.129. Berdasarkan hasil uji t menunjukan nilai 0,04 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna dari kedua biaya tersebut.
Cost-Effectiveness Analysis Of Ceftriaxon And Chloramphenicol In Pediatric Patients With Tyfoid Fever In Hospital X, Jombang Regency Anggi Restyana; Wika Admaja; Nunki Rosa Fitria
Journal for Quality in Public Health Vol. 6 No. 2 (2023): May
Publisher : Master of Public Health Program Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30994/jqph.v6i2.446

Abstract

Typhoid fever is a disease caused by infection by the bacterium Salmonella typhi which infects the human digestive tract. Typhoid fever is spread all over the world, it is estimated that the incidence is between 11-21 million cases per year with a death rate reaching 215,000 (Rampengan, 2016). The main treatment for typhoid fever is by administering antibiotics and also bed rest. The first antibiotic administered as therapy for typhoid fever was chloramphenicol. But along with technological developments which affect the drug development as well, many new antibiotics for typhoid fever have been discovered, such as ceftriaxone antibiotic (Rampengan, 2016). This study aims to find out a more cost-effective therapy for the treatment in pediatric patients with typhoid fever in Jombang Public Hospital. This study used a cross-sectional research design with retrospective data collection. The samples in this study were 31 pediatric patients with typhoid fever with 16 patients were administering ceftriaxone injection antibiotic therapy and 15 patients were administering chloramphenicol injection antibiotic therapy. Data were identified using the cost-effectiveness analysis of ACER and ICER calculations with the long-of-stay therapy outcome. The results showed that ceftriaxone had a lower ACER value of IDR 1,687,279.88 with an effectiveness of 100%, compared to the ACER of chloramphenicol which had value of IDR 2,336,405.29 with an effectiveness of 86.67%. From these results it was concluded that ceftriaxone is more cost-effective than chloramphenicol.