This Author published in this journals
All Journal Teknika
Titiek Winanti
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Evaluasi Rumah Tipe 36 Yang Sudah Direnovasi Ditinjau Dari Kriteria Rumah Sehat (studi Kasus Di Perumahan Wisma Lidah Kulon Surabaya) Titiek Winanti, ; M. Ibrahim,
Teknika Vol 6, No 2 (2005)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah tipe kecil, yang luasnya <50 m2 pada dasarnya belum  mencukupi kebutuhan untuk melakukan kegiatan sebuah keluarga. Jumlah anggota keluarga di kota Surabaya berkisar antara 4-6 orang setiap rumah.  Rumah tipe 36 sangat diminati oleh masyarakat, karena harganya terjangkau, pada kenyataannya selalu dikembangkan  sendiri oleh penghuninya. Masalahnya apakah renovasi dilakukan dengan benar artinya apakah rumah yang direnovasi memenuhi kriteria rumah sehat?, apakah dalam renovasi melibatkan para ahli teknik?. Variabel sebagai kriteria rumah sehat dalam penelitian ini adalah: konstruksi atap, kondisi lantai, dinding, ventilasi, penerangan alami, sanitasi air kotor. Sebagai sampel dalam penelitian ini 10 rumah dari 68 rumah yang memenuhi kriteria sebagai populasi, yang ditetapkan secara acak.Hasil penelitian menyatakan bahwa perluasan luas lantai menjadi berkisar antara 44-86 m2, jumlah penghuni antara 3-6 setiap rumah. Renovasi dilakukan sendiri oleh pemiliknya dengan bantuan tukang bangunan. Hasil renovasi paling parah adalah ventilasi yang jelek, pemanfaatan penerangan alami hanya 58%, hal in akan mengganggu kesehatannya. Konstruksi yang lain: atap, lantai, dinding,   sanitasi air kotor, dan septictank bagus, tidak menimbulkan masalah. Dengan demikian disimpulkan bahwa renovasi belum memenuhi kriteria rumah sehat dan tidak melibatkan ahli teknik.Penenitian  menyarankan agar dalam merenovasi rumah menggunakan jasa ahli teknik supaya didapatkan rumah yang sehat. Agar para penghuni rumah yang direnovasi memeriksa kesehatannya minimal setahun sekali. The small type house, less than 50 m2, not enough space to fulfill the need all activity in a family. The number of a family in Surabaya regency average 4-6 person per house. Almost of the people interest with 36 type house, because it was an attainable price.  Actually, after occupant stay in this type for several times for about 2-4 years, this house usually was expanded.   Problems in this research, is in renovation process involved civil engineer?, is the result of renovation fulfill criteria as healthy house?The variables in this research were: roof construction,  moist ration  of floor, moist ration  of wall, wastewater sanitation, ventilation, and the wide of window  for through in  sunlight. As the sample   10 unit houses be elected by random sampling from 68 unit houses as the number of population. The result of the research show that the wide of the house average 44-86 square meters, the number person of every house average 3-6. Renovation process was done by themselves not involved civil engineer. The worst  condition was air ventilation, too small, the second the wide of for through in  sunlight,  too small to. The another variables were good.Finally the conclusion of this research were: the renovation houses not fulfill as healthy house, in renovation process not involved civil engineer.
Daya Tampung Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Benowo Untuk Sampah Masyarakat Kota Surabaya Titiek Winanti,
Teknika Vol 7, No 1 (2006)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jumlah sampah di setiap tempat akan bertambah terus seirama dengan pertambahan penduduk dan kemajuan peradabannya. Semula Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) Surabaya ada di Desa Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya Timur. Namun sejak Oktober tahun  2001 masyarakat setempat menolak kedatangan sampah sehingga dengan situasi agak tergesa Pemerintah Kota  Surabaya mencari dan segera menetapkan lahan seluas kurang lebih 26 hektar di Kecamatan Benowo, yang merupakan batas dengan Kabupaten Gresik, sebagai penggantinya. Pengelolaan sampah di TPA Benowo seterusnya diserahkan kepada Dinas Kebersihan kota Surabaya. Pertanyaannya sampai kapan sampah Kota Surabaya bisa ditampung di TPA Benowo? Selama ini data volume sampah yang masuk ke TPA masih simpang siur.  Dalam kajian ini dilakukan penghitungan volume sampah berdasarkan jumlah armada (truk) yang masuk, yang datanya tercatat di bagian administrasi TPA Benowo.Hasil kajian mengungkapkan bahwa TPA Benowo bisa menampung sampah kota Surabaya sampai tahun 2009 dengan tinggi tumpukan sampah sekitar 20 meter di atas jalan. Dengan demikian tahun 2010 harus sudah siap lahan baru sebagai penggantinya. Penimbunan sampah di TPA dilakukan dengan open dumping setiap tebal sampah 4 meter ditutup dengan campuran kapur dan tanah (cover soil) tebal 30 cm. The volume of garbage every where will increase corelatted with population increase and modernity. From the beginning open dumping land (TPA) of Surabaya city at Sukolilo. However on Oktober 2001 the local people parry all of garbage. So that in the short time Surabaya Government decided  that the new open dumping land at Benowo width thereabouts 26 hectars, where to border on Gresik regency.Surabaya Government holds the Head of  Cleaning responsible for garbage management . The question in this study,   how long time the Surabaya’s garbage was  cought by Benowo open dumping land? In this study, the volume of garbage was calculate by  the number of truck  was into the land.  Result of this study expressed that Benowo open dumping area could already catch all of Surabaya’s garbage until 2009, therefore Surabaya Government have to prepare another land for garbage open dumping land on 2010.
Kajian Tingkat Keasaman Air Hujan Di Kota Surabaya Titiek Winanti, ; Indiah Kustini,
Teknika Vol 9, No 2 (2008)
Publisher : Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air hujan adalah sumber air utama dalam hidup dan untuk kehidupan. Hujan terjadi karena terjadinya penguapan semua unsur H2O di atas permukaan bumi baik yang yang berbentuk air maupun bersarang dalam pepohonan, bangunan, melayang di trophosphere  dan stratosphere. Dalam proses membubungnya uap air ke angkasa  untuk kemudian berkondensasi terbuka kesempatan bergabungnya  polutan yang dikeluarkan oleh kegiatan manusia seperti transportasi, industri, domestic, kegiatan pantai, pertambangan, sampah, dan lain-lain. Kejadian seperti itulah yang membuat air hujan tidak prima lagi.Penelitian ini bertujuan mengkaji  pH (keasaman)   air hujan  kaitannya dengan kegiatan masyarakat kota Surabaya yang didominasi oleh transportasi, industri, kegiatan pantai, kepadatan penduduk yang banyak mengeluarkan, Sulfur,  CO dan CO2. Hipotesis yang diajukan di lokasi yang disebutkan tadi air hujannya akan lebih asam (pH < 5,6) dari pada lokasi yang sebaliknya.Pengambilan sample air hujan dilakukan dua kali yaitu saat hujan sedang deras-derasnya dan saat hujan akan berakhir. Variabel yang diukur adalah: warna, rasa, bau (sebagai indicator air bersih) dan pH.Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak semua hipotesis yang diajukan diterima, Sebagai contoh di daerah padat penduduk yang diduga air hujannya asam ternyata bagus. Di daerah yang jauh dari kegiatan masyarakat diduga air hujan  bersifat netral ternyata asam. Namun semuanya memenuhi syarat sebagai air bersih karena tak berasa, tak berbau dan tak berwarna.  Karena setelah polutan membubung ke angkasa terbawa arus angin masuk dalam sirkulasi regional. Hal ini semakin memperkuat pernyataan para peneliti terdahulu bahwa hujan asam itu terjadi di tempat yang jauh dari sumber penyebabnya. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk peta. Dapat digunakan bagi masyarakat yang ingin langsung memanfaatkannya atau meggolah air hujan untuk suatu kepentingan misalnya bahan baku kondensor pabrik, atau bahan baku industri minuman. Rain water is a main water resources to life. Rain was happen when evaporation process from surface water and plants. In this process inable polutant material fusion into evaporate, its influenced by people activity like industrial, transpotation, waste/garbage, tourism area.  Evaporate will increase until the condensation limit and than fall as the rain.  Because polutant intrusion to rainwater make the rainwater not fresh.The aim of this research to study of pH or acid concentrasion in rainwater related with people activities in Surabaya city. There activities potencial make impact polutant like sulfure, carbonmonoxide, carbondioxide and so on. This research construct hypotesis “ When the place contaminited by polutant the rainwater is acid”Rain water sample was taken  twice, first in the hard rain periode and the second in the end rain periode. Variables in this research are colour, taste, smell, and acid (pH). This researh found that the place with full actvities uncertain acid, but many place   found normal water (not colour, not taste, not smell, and not acid). This research found to strength previous researchers that acid rainwater happen so far from polutant resources. Rainwateracid condition in Surabaya show in map.