Globalisasi mendorong pertumbuhan migrasi di berbagai wilayah, baik di dalam maupun antar negara. Di Kabupaten Garut jumlah perantau meningkat hampir 15% setiap tahunnya. Aktifitas migrasi tidak luput dari kebutuhan komunikasi antarbudaya pada wilayah yang terkena dampak migrasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan pemahaman serta menjelaskan lebih dalam komunikasi antar budaya yang dilakukan perantau ketika berkomunikasi dengan masyarakat lokal yang ada di Garut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivisme. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipan, wawancara mendalam, studi kepustakaan, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Peneliti meneliti enam informan sebagai sumber informasi dengan menggunakan pursposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi perantau dengan masyarakat lokal yang ada di Garut lebih dominan menggunakan pola percakapan dua arah dengan pengalaman belajar berkomunikasi sendiri ataupun diajarkan orang lain dan kesan positif yang dihadapi. Bentuk interaksi yang digunakan yaitu bentuk antarpribadi karena dianggap lebih efektif, lebih nyaman, dan terdapat toleransi di dalamnya, meskipun ada pula yang menggunakan bentuk interaksi kelompok karena dipengaruhi oleh faktor pengaruh kondisi dan situasi sekitar. Sedangkan, hambatan komunikasi yang dihadapi yaitu hambatan bahasa yang digunakan, faktor fisik dari perantau, hambatan penyampaian kalimat saat berkomunikasi, dan hambatan perbedaan sosial budaya.