Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MENELISIK ISI SYAIR NYANYIAN “BHISA GHIA DHIKA BINA”: SEBUAH TELAAH KRITIS MENURUT PERSPEKTIF TEOLOGI MUSIK LITURGI Fransiskus Yance Sengga
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 3, No 2 (2018): FUNDAMENTALISME AGAMA
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v3i2.75

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang arti dan kedudukan nyanyian Kudus dalam Perayaan Ekaristi. Kudus merupakan bagian dari nyanyian Ordinarium Missae. Dalam Perayaan Ekaristi, nyanyian ini memiliki kedudukan sangat penting dalam pengertian untuk menyatukan realitas liturgi surgawi (nyanyian para malaikat) dan liturgi insani (nyanyian Gereja- umat beriman). Kedua realitas ini sekaligus menjadi bagian integral dari elemen – elemen yang niscaya mesti ada dalam sebuah nyanyian Kudus. Sehubungan dengan ini, penulis coba menggunakan elemen – elemen ini untuk menelisik isi syair nyanyian inkulturatif bermotif Gawi-Lio, “Bhisa Gia Dhika Bina.” Untuk mendukung telaah kritis terhadap nyanyian tersebut, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan. Penulis meneliti sumber – sumber biblis, tulisan – tulisan dan dokumen – dokumen yang berkaitan dengan liturgi Gereja, buku-buku, dan artikel – artikel yang tersebar dalam pelbagai jurnal. Selanjutnya penulis membedah kedua elemen penting di atas dan akhirnya membuat telaah kritis untuk mendapatkan hasil sebagaimana dimaksud dalam judul artikel tersebut. Hasil yang diperoleh: Liturgi Gereja mengajarkan agar persekuan umat beriman yang telah dimeterai oleh Allah melalui Sakramen Pembaptisan dan kini merayakan ekaristi harus sungguh-sungguh memahami misteri yang sedang direnungkan dalam nyanyian ini. Pemahaman yang benar dan mendalam, akan memungkinkan terjadinya partisipasi umat secara aktif, sadar dan berbuah sebagaimana yang ditegaskan dalam esensi liturgi demi kemuliaan Allah dan pengudusan manusia. 
Mengurai Dimensi-Dimensi Biblis dan Teologis Lagu Bhisa Gia Dhika Bina: Sebuah Telaah Kritis Menurut Perspektif Teologi Musik Fransiskus Yance Sengga
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 4, No 2 (2019): PASTORAL KONTEKSTUAL
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v4i2.97

Abstract

Artikel ini merupakan bagian kedua dari artikel sebelumnya yang berjudul: Menelisik Isi Syair Nyanyian “Bhisa Ghia Dhika Bina”: Sebuah Telaah Kritis Menurut Perspektif Teologi Musik Liturgi (Bagian 1). Pada artikel kedua ini, penulis coba mengurai dimensi-dimensi biblis dan teologis dari lagu yang sama. Kajian ilmiah ini dikerjakan menurut pendekatan hermeneutik dengan menggunakan teknik analisa semantik menurut metodologi Greimas. Untuk mendukung kajian di atas, penulis melakukan penelitian kepustakaan dengan menggunakan sumber-sumber utama dan original.Untuk maksud itu, penulis memulai artikel ini dengan menganalisa dan menafsir teks nyanyian tersebut. Sehubungan dengan ini, teks dipresentasi dalam bentuk notasi balok untuk melihat secara lebih teliti makna syair dan alur melodi yang digunakan komponis dan hubungan yang erat antara keduanya. Hal ini penting terutama untuk menemukan isi dan konteks melalui mana lagu ini diciptakan. Selanjutnya analisa semantik sebagaimana yang disebutkan di atas berkaitan dengan analisis terhadap struktur teks untuk menyingkap makna terdalam dari setiap kalimat yang terdapat dalam setiap jenis teks. Bertolak dari hasil analisa struktur teks tersebut, penulis coba mengurai secara kritis dimensi-dimesi biblis, teologis, eklesiologis, celebratif (perayaan liturgis) yang terkandung dalam lagu tersebut menurut perspektif teologi musik.Kiranya telaah ilmiah ini menjadi salah satu sumbangan positif bagi umat beriman untuk semakin mengenal Dia yang misteri kehadiran-Nya dikenang dan dirayakan selalu dalam sebuah upacara ibadat liturgis. Karena Ia hadir dengan cara-Nya sendiri, maka umat beriman yang mengambil bagian di dalam perayaan tersebut mesti mengungkapkan rasa hormat dan syukurnya dengan secara aktif, sadar dan total, berdoa, bernyanyi, memuji, sujud menyembah dan memuliakan Dia yang dalam lagu ini disapa sebagai Raja Agung yang Maha Kudus dan Maha Kuasa yang kemuliaan dan kebesaran-Nya tampak di seluruh jagad dan atas semesta alam (Bhisa Gia Dhika Bina, Raja ria, ria gili ola, bewa sa ela meta).