Artikel ini merupakan bagian kedua dari artikel sebelumnya yang berjudul: Menelisik Isi Syair Nyanyian “Bhisa Ghia Dhika Bina”: Sebuah Telaah Kritis Menurut Perspektif Teologi Musik Liturgi (Bagian 1). Pada artikel kedua ini, penulis coba mengurai dimensi-dimensi biblis dan teologis dari lagu yang sama. Kajian ilmiah ini dikerjakan menurut pendekatan hermeneutik dengan menggunakan teknik analisa semantik menurut metodologi Greimas. Untuk mendukung kajian di atas, penulis melakukan penelitian kepustakaan dengan menggunakan sumber-sumber utama dan original.Untuk maksud itu, penulis memulai artikel ini dengan menganalisa dan menafsir teks nyanyian tersebut. Sehubungan dengan ini, teks dipresentasi dalam bentuk notasi balok untuk melihat secara lebih teliti makna syair dan alur melodi yang digunakan komponis dan hubungan yang erat antara keduanya. Hal ini penting terutama untuk menemukan isi dan konteks melalui mana lagu ini diciptakan. Selanjutnya analisa semantik sebagaimana yang disebutkan di atas berkaitan dengan analisis terhadap struktur teks untuk menyingkap makna terdalam dari setiap kalimat yang terdapat dalam setiap jenis teks. Bertolak dari hasil analisa struktur teks tersebut, penulis coba mengurai secara kritis dimensi-dimesi biblis, teologis, eklesiologis, celebratif (perayaan liturgis) yang terkandung dalam lagu tersebut menurut perspektif teologi musik.Kiranya telaah ilmiah ini menjadi salah satu sumbangan positif bagi umat beriman untuk semakin mengenal Dia yang misteri kehadiran-Nya dikenang dan dirayakan selalu dalam sebuah upacara ibadat liturgis. Karena Ia hadir dengan cara-Nya sendiri, maka umat beriman yang mengambil bagian di dalam perayaan tersebut mesti mengungkapkan rasa hormat dan syukurnya dengan secara aktif, sadar dan total, berdoa, bernyanyi, memuji, sujud menyembah dan memuliakan Dia yang dalam lagu ini disapa sebagai Raja Agung yang Maha Kudus dan Maha Kuasa yang kemuliaan dan kebesaran-Nya tampak di seluruh jagad dan atas semesta alam (Bhisa Gia Dhika Bina, Raja ria, ria gili ola, bewa sa ela meta).