Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Wacana Tutur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Fithratun Nisa
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 1 No 1 (2016): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.869 KB) | DOI: 10.33654/sti.v1i1.321

Abstract

Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Wacana Tutur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan wujud dan fungsi pelanggaran prinsip kesantunan dalam tuturan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah video dari acara talk show(Kick Andy, Mata Najwa, dan Satu Jam lebih dekat), tuturan Ahok dalam acara talk show, dan dokumen tertulis berupa transkip tuturan-tuturan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pengumpulan data tersebut diperoleh dengan menggunakan metode simak dan diikuti dengan teknik lanjutan: teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, wujud pelanggaran prinsip kesantunan pada penelitian ini terungkap daripelanggaran prinsip kesantunan Leech yang meliputi: (1) pelanggaran maksim kebijaksanaan, (2) pelanggaran maksim penerimaan, (3) pelanggaran maksim kemurahan, (4) pelanggaran maksim kerendahan hati, (5) pelanggraan maksim kesetujuan, dan (6) pelanggaran maksim kesimpatian. Kedua, fungsi tuturan dari pelanggaran prinsip kesantunan pada wacana tutur Ahok, yaitu: (1) fungsi pelanggaran prinsip kesantunan dalam tindak tutur direktif, meliputi: perintah, permintaan, larangan, pertanyaan, dan persyaratan, (b) fungsi pelanggaran prinsip kesantunan dalam tindak tutur ekspresif, meliputi: mengejek, marah, frustasi, dan mengecam, dan (c) fumgsi pelanggaran prinsip kesantunan dalam tindak tutur asertif, meliputi: memberi alasan, memberitahu, menegaskan, menyatakan, minkan, menceritakan, dan bersikeras.
Peran Sastra dalam Pengembangan Kepribadian Anak Lita Luthfiyanti; Fithratun Nisa
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 2 No 2 (2017): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.726 KB) | DOI: 10.33654/sti.v2i2.405

Abstract

Sastra memiliki peran sangat fundamental dalam pengembangan kepribadian anak. Hal ini disebabkan karya sastra pada dasarnya membicarakan berbagai nilai hidup dan kehidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukkan karakter manusia. Sastra dalam pendidikan anak berperan mengembangkan bahasa, mengembangkan kognitif, afektif, psikomotorik, mengembangkan kepribadian, dan mengembangkan pribadi sosial. Karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan nyata sebagai hasil renungan dari realita kehidupan yang dilihat. Sastra juga menawarkan berbagai bentuk kisah yang merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak. Sebagai karya sastra tentulah berusaha menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan, mempertahankan, serta menyebarluaskan (kepada anak-anak). Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dikemas dalam bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa agar isinya dapat diterima dan difahami oleh anak-anak dengan baik. Sasta anak harus dapat membantu perkembangan kepribadian anak. Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila disuguhi bahan bacaan yang sesuai pula. Artinya sastra anak yang memang layak dikonsumsi bagi anak-anak. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi anak harus mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya sederhana dan mudah dipahami tapi mampu mengembangkan kreasi, sudut pandang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak