Onieqie Ayu Dhea Manto
Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kejadian Bullying pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Banjarmasin Timur Onieqie Ayu Dhea Manto; Paul Joae Brett Nito; Dewi Wulandari
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 11, No 2 (2020): Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.756 KB) | DOI: 10.33859/dksm.v11i2.629

Abstract

Latar Belakang: Program SDGs pada tujuan ke 16.2, menjelaskan tentang mengakhiri kekerasan, eksploitasi, perdagangan dan segala bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak. Berdasarkan laporan Global Education Digest 2011 UNESCO, Kekerasan dan bullying di sekolah terjadi di seluruh dunia dan memengaruhi sebagian besar anak-anak dan remaja. Diperkirakan 246 juta anak dan remaja mengalami kekerasan di sekolah dan bullying dalam beberapa bentuk setiap tahun. Di Indonesia sejak tahun 2011 hingga 2016 ditemukan sekitar 253 kasus bullying, terdiri dari 122 anak yang menjadi korban dan 131 anak menjadi pelaku. Semua pihak bertangungjawab untuk mengatasi permasalahan ini, baik dari pihak keluarga, pemerintah dan pihak terkait. Salah satu pihak terkait adalah perawat. Perawat memiliki peranan yang dapat membantu mengatasi permasalahan ini. Peran perawat sebagai komunikator, edukator, advokat dan konselor diharapkan mampu melaksanakan peran yang penting dalam membantu penanganan korban kekerasan pada anak.Tujuan: Penelitian ini mengidentifikasi angka kejadian kasus bullying yang pernah dialami atau dilakukan oleh siswa sekolah menengah atas negeri wilayah Banjarmasin Timur.Metode: penelitian ini menggunakan metode kuantitaif deskriptif dengan pengambilan data melalui survei angket dan wawancaraHasil: Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian bullying (korban pelaku) berdasarkan jenis kelamin, usia , keluarga, teman sebaya, riwayat bullying, etnis dan pengalaman melihat perilaku bullying di media yang terjadi pada siswa sekolah menengah atas negeri wilayah Banjarmasin Timur rata – rata prevalensi kejadian diatas 50%.Simpulan: Bullying yang masih terjadi di kalangan anak perlu lebih ditingkatkan dalam memberikan dukungan terhadap korban agar tidak terjadi gangguan kesehatan baik fisik maupun psikologis.Kata Kunci : Bullying, perilaku, anak sekolah, korban, pelaku Background: SDGs program in goal 16.2, describes ending violence, exploitation, trafficking and all forms of violence and torture against children. Based on UNESCO's 2011 Global Education Digest report, Violence and bullying in schools occurs worldwide and affects a large proportion of children and adolescents. An estimated 246 million children and adolescents experience school violence and bullying of some kind each year. In Indonesia from 2011 to 2016, there were around 253 bullying cases, consisting of 122 children who were victims and 131 children who were perpetrators. All parties are responsible for overcoming this problem, both from the family, government and related parties. One of the related parties is a nurse. Nurses have a role to help overcome this problem. The role of nurses as communicators, educators, advocates and counselors is expected to be able to carry out an important role in helping the handling of victims of violence in children.Purpose: This study identifies the number of cases of bullying that have been experienced or committed by public high school students in the East Banjarmasin region.Methods: This study used a descriptive quantitative method with data collection through questionnaires and interviewsResults: The results showed the number of bullying incidence (victim perpetrator) based on gender, age, family, peers, history of bullying, ethnicity and experience of seeing bullying behavior in the media that occurred in public high school students in the East Banjarmasin region. incidence above 50%.Conclusion: Bullying that still occurs among children needs to be further increased in providing support to victims so that health problems, both physical and psychological, do not occur.Keywords: Bullying, behavior, school children, victims, perpetrators
Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan Comprehensive Sexuality Education (CSE) pada Mahasiswa Paul Joae Brett Nito; Cynthia Eka Fayuning Tjomiadi; Onieqie Ayu Dhea Manto
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 12, No 2 (2021): Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/dksm.v12i2.736

Abstract

Latar Belakang: Pendidikan Seksual merupakan bagian penting dalam mendukung program SDGs untuk menjamin kehidupan yang sehat serta menjamin kesetaraan gender. Pendidikan seksual menjadi salah satu upaya pencegahan peningkatan penyakit menular seksual (PMS), HIV AIDS, perilaku seksual, dan permasalahan terkait hak gender. Survei Data Demografi dan Kesehatan Indonesia (2017) menyebutkan 2% wanita usia 15-24 tahun dan 8% laki-laki usia 15-24 tahun melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan. CDC (2019) menyebutkan bahwa setengah dari penderita IMS baru adalah pasien usia 15-24 tahun. Hal ini tentu akan mempengaruhi kualitas hidup remaja dan generasi selanjutnya.Selama ini upaya peningkatan pengetahuan seksual melalui pemberian informasi telah dilakukan, namun belum optimal. Pendidikan yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin dapat menjadi salah satu strategi dalam peningkatan pengetahuan seksual.Tujuan: Menganalisis hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan Comprehensive Sexuality Education (CSE) pada Mahasiswa.Metode: Penelitian menggunakan metode survei analitik dengan desain survei cross sectional, pengumpulan data melalui survei kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 248 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, teknik non probability sampling. Analisis menggunakan uji chi square.Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan Comprehensive Sexuality Education (CSE) dengan nilai sig2 tailed sebesar 0,006 ( 0,05). Simpulan: Comprehensive Sexuality Education (CSE) melalui pendekatan usia dan jenis kelamin dapat menjadi salah satu strategi dalam upaya pencegahan permasalahan terkait seksual. Kata Kunci : Pendidikan seksual, CSE,  remajaRelationship of Gender and Comprehensive Sexuality Education (CSE)  Knowledge Levels for Students Background: Sexual education is an important part in supporting the SDGs program to ensure a healthy life and gender equality. Sexual education is one of the efforts to prevent an increase in sexually transmitted diseases (STDs), HIV AIDS, sexual behavior, and issues related to gender rights. The Indonesian Demographic and Health Data Survey (2017) stated that 2% of women aged 15-24 years and 8% of men aged 15-24 years had sexual relations before marriage. The CDC (2019) states that half of new STI sufferers are patients aged 15-24 years. This will certainly affect the quality of life of adolescents and the next generation. So far, efforts to increase sexual knowledge through the provision of information have been carried out, but have not been optimal. Education that is adjusted to age and gender can be one strategy in increasing sexual knowledge.Objective: To analyze the relationship between gender and the level of knowledge of Comprehensive Sexuality Education (CSE) in students.Methods: This study uses an analytical survey method with a cross-sectional survey design, data collection through a questionnaire survey. A total of 248 respondents, using purposive sampling, non-probability sampling technique. Analysis using chi square test.Results: The results of statistical tests showed that there was a significant relationship between gender and the level of knowledge of Comprehensive Sexuality Education (CSE), p value 0.006 (0.05). Conclusion: Comprehensive Sexuality Education (CSE) based age-gender can be a strategy in preventing sexual problems. Keywords: Sexual education, CSE, youth 
Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan Comprehensive Sexuality Education (CSE) pada Mahasiswa Paul Joae Brett Nito; Cynthia Eka Fayuning Tjomiadi; Onieqie Ayu Dhea Manto
DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Vol 12, No 2 (2021): Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Sari Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33859/dksm.v12i2.736

Abstract

Latar Belakang: Pendidikan Seksual merupakan bagian penting dalam mendukung program SDGs untuk menjamin kehidupan yang sehat serta menjamin kesetaraan gender. Pendidikan seksual menjadi salah satu upaya pencegahan peningkatan penyakit menular seksual (PMS), HIV AIDS, perilaku seksual, dan permasalahan terkait hak gender. Survei Data Demografi dan Kesehatan Indonesia (2017) menyebutkan 2% wanita usia 15-24 tahun dan 8% laki-laki usia 15-24 tahun melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan. CDC (2019) menyebutkan bahwa setengah dari penderita IMS baru adalah pasien usia 15-24 tahun. Hal ini tentu akan mempengaruhi kualitas hidup remaja dan generasi selanjutnya.Selama ini upaya peningkatan pengetahuan seksual melalui pemberian informasi telah dilakukan, namun belum optimal. Pendidikan yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin dapat menjadi salah satu strategi dalam peningkatan pengetahuan seksual.Tujuan: Menganalisis hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan Comprehensive Sexuality Education (CSE) pada Mahasiswa.Metode: Penelitian menggunakan metode survei analitik dengan desain survei cross sectional, pengumpulan data melalui survei kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 248 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, teknik non probability sampling. Analisis menggunakan uji chi square.Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan Comprehensive Sexuality Education (CSE) dengan nilai sig2 tailed sebesar 0,006 ( 0,05). Simpulan: Comprehensive Sexuality Education (CSE) melaui pendekatan usia dan jenis kelamin dapat menjadi salah satu strategi dalam upaya pencegahan permasalahan terkait seksual.Kata Kunci : Pendidikan seksual, CSE,  remaja Relationship of Gender and Comprehensive Sexuality Education (CSE)  Knowledge Levels for Students Background: Sexual education is an important part in supporting the SDGs program to ensure a healthy life and gender equality. Sexual education is one of the efforts to prevent an increase in sexually transmitted diseases (STDs), HIV AIDS, sexual behavior, and issues related to gender rights. The Indonesian Demographic and Health Data Survey (2017) stated that 2% of women aged 15-24 years and 8% of men aged 15-24 years had sexual relations before marriage. The CDC (2019) states that half of new STI sufferers are patients aged 15-24 years. This will certainly affect the quality of life of adolescents and the next generation. So far, efforts to increase sexual knowledge through the provision of information have been carried out, but have not been optimal. Education that is adjusted to age and gender can be one strategy in increasing sexual knowledge.Objective: To analyze the relationship between gender and the level of knowledge of Comprehensive Sexuality Education (CSE) in students.Methods: This study uses an analytical survey method with a cross-sectional survey design, data collection through a questionnaire survey. A total of 248 respondents, using purposive sampling, non-probability sampling technique. Analysis using chi square test.Results: The results of statistical tests showed that there was a significant relationship between gender and the level of knowledge of Comprehensive Sexuality Education (CSE), p value 0.006 (0.05).Conclusion: Comprehensive Sexuality Education (CSE) based age-gender can be a strategy in preventing sexual problems. Keywords: Sexual education, CSE, youth