Angga Eka Karina
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ALIH KREATIVITAS PELAKU SENI KABUPATEN BIREUEN SEBAGAI PELUANG PENDAPATAN DI TENGAH WABAH COVID-19 (STUDI KASUS: NIZAR 41 PROJECT OFFICIAL) Angga Eka Karina; Abdul Rozak; Fani Dila Sari
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol 9, No 2 (2020): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v9i2.20994

Abstract

Salah satunya pelaku seni bernama Nizar 41 Project Official asal daerah Aceh adalah sebagai Drumer pada event-event grup Band Wedding dan lainnya, pendapatannya hanya dari acara yang disajikan secara live di panggung  publik, Proses ini terhenti akibat Pandemi Covid-19 dan pemberlakuan social distancing oleh pemerintah, Hal ini membuat Nizar kehilangan pendapatan utamanya, Sehingga Nizar beralih kreativitas menjadi konten kreator Youtube pada masa pandemi Covid-19, Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui bagaimana Alih Kreatifitas Pelaku Seni di Kabupaten Bireun sebagai peluang pendapatan di tengah wabah Covid-19. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode snowball sampling dalam memilih informan. Subyek Informan dalam penelitian ini adalah Nizar sebagai konten kreator Youtube 41 Project Official. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas empat alur kegiatan yaitu: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian ini adalah Profil Nizar sebagai seorang Drumer sebelum masa pandemi Covid-19 dan beralih kreativitas menjadi konten kreator Youtube, kreatifitas yang Nizar lakukan adalah membuat karya musik dalam bentuk lagu ciptaan bergenre pop serta lagu yang di arransemen ulang yang bertema religi.  Akun Youtube yang diberi nama “41 Project Official”  memiliki jumlah Subscribe 292 ribu dan jumlah rata-rata viewers pada karya videonya diatas 1 Juta viewers, Proses kreatif yang Nizar lakukan mulai dari membuat kerangka konsep karya, menentukan lagu, Proses perekaman musik, Proses perekaman klip video dan gambar, Mixing dan editing dan Video musik hasil akhir yang di upload pada Youtube.
Transkripsi Musikal Pertunjukan Rapai Pasee Di Aceh Utara Angga Eka Karina; Sri Rochana Widyastutieningrum; Herna Hirza
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol 11, No 1 (2022): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v11i1.34695

Abstract

Pertunjukan Rapai Pasee adalah musik perkusi yang menampilkan pertunjukan adu pola ritme oleh dua grup musik yang tampil bersamaan dalam satu panggung. Pola ritme yang dimainkan disebut dengan Lagu. Masing-masing Lagu memiliki susunan pola ritme yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini menarik untuk dideskripsikan dalam bentuk transkripsi musikal. Teori merujuk pada Nettl dan Seeger (Chase & Nettl, 1965), (Charles Seeger, 2012) mengatakan bahwa transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, mengalihkan bunyi menjadi simbol visual, atau kegiatan memvisualisasikan bunyi musik ke dalam bentuk notasi dengan cara menuliskannya ke atas kertas. Data penelitian didapatkan dengan mengamati kesenian Rapai Pasee yang dilakukan oleh Grup Putra Pasee dan Grup Raja Buah sebagai kelompok dengan persentase paling sering tampil dan juara pada kompetisi yang dilakukan di Aceh Utara. Data-data penelitian didapatkan melalui pengamatan, rekaman musik, diperkuat dengan wawancara dengan masyarakat yang terlibat dalam kesenian  Rapai Pasee. Hasil yang diperoleh menjelaskan bahwa transkrispi musikal secara deskriptif terdiri dari Lagu Sa, Lagu Dua, Lagu Lhee, Lagu Limoeng, Lagu Tujoh, Lagu Sikureung dan Lagu Duablah secara detail menurut apa yang ditangkap oleh indera pendengaran peneliti dengan maksud untuk menyampaikan ciri-ciri dan detail-detail komposisi musik Rapai Pasee.
PENGGUNAAN INSTRUMEN TRADISIONAL SERUNE KALLE DAN RAPA’I PADA LAGU PANGLIMA PRANG DALAM ALBUM NYAWOUNG Angga Eka Karina
Jurnal Pendidikan Almuslim Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Pendidikan Almuslim
Publisher : FKIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas tentang Penggunaan Instrumen Tradisonal Serune kalle dan Rapa’i pada Lagu Panglima Prang Di dalam Album Nyawoung, dan sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang Instrumen tradisional yang masyarakat sendiri belum tahu. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 20 orang diantaranya para seniman baik dari penari, pemusik, pengajar tari, dan tokoh masyarakat yang mengetahui tentang Bagaimana Penggunaan Intrumen tradisional Serune kalle dan Rapa’i  pada Lagu Panglima Prang Di dalam album Nyawoung. Penelitian ini dilaksanakan di sanggar Meuligo Timue jalan cut nyak dhien langsa kota Aceh Timur dan waktu penelitian dilakukan antara bulan september 2009 sampai dengan bulan januari 2010. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan, teknik analisis data penulis menggunakan teknik deskriptif analisis. Hasil Penelitian ini menjelaskan bahwa Pentingnya mengetahi kembali tentang Sejarah instrumen tradisional Serune kalle dan Rapa’i yang berpengaruh dari budaya luar, Bagdad, Arab, India, Cina dan lain –lain , terus berkembang menurut zamannya pada Kerajaan islam pertama di puerulak pada 840 M (225 H)  dan  mengetahui bentuk-bentuk dari instrumen Tradisional di Aceh, bentuk instrumen Serune kalle dan Rapa’i telah disesuaikan menurut zaman pada saaat itu yang berkembang di kerajaan islam puerulak, contohnya dari bentuk instrumen, warna instrumen, nada dari instrumen serta pola ritem dari instrumen Serune kalle dan Rapa’i Penggunaan instrumen tradisional Serune kalle dan Rapa’i pada lagu panglima prang mempunyai tempat tersendiri mulai dari intro sampai lagu. Mengetahui bagiamana stuktur lagu-lagu yang memiliki makna sejarah bagi rakyat Aceh sendiri. Pentingnya menjaga kebudayaan yang di miliki Rakyat Aceh  karena semua adalah warisan dari nenek moyang terdahulu, kebudaayaan yang di miliki rakyat Aceh tidak hanya di kenal di Aceh saja tetapi di luar Aceh serta di luar negeri juga.    Kata kunci: Serune kalle, rapa’i, panglima prang, nyawoung