Nova Heryandoko
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENCITRAAN STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG RAYLEIGH DI PULAU SULAWESI DAN NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN AMBIENT NOISE TOMOGRAPHY Muhamad Fadhilah; Abdul Haris; Bayu Pranata; Agustya Adi Martha; Nova Heryandoko; Supriyanto Rohadi
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 22, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1171.156 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v22i1.778

Abstract

Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan wilayah yang memiliki tatanan tektonik kompleks, sehingga penting untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan wilayah tersebut. Metode Ambient Noise Tomography (ANT) digunakan untuk memahami struktur tektonik tersebut dengan mencitrakan struktur kerak atas di bawah area penelitian ini. Pada penelitian ini, kami menggunakan data waveform komponen vertikal dari Januari 2020 hingga Mei 2021 dari 89 seismograf INATEWS- BMKG di Pulau Sulawesi dan NTT. Secara umum, tahap pertama dimulai dari pemrosesan data berfokus pada persiapan data tunggal dan korelasi silang untuk memperkiraan fungsi Green antara pasangan stasiun. Estimasi waktu tempuh kelompok gelombang Rayleigh untuk periode 2 s dan 12 s diperoleh dari waktu tunda hasil korelasi silang. Peta yang diperoleh menunjukkan variasi kecepatan gelombang Rayleigh di daerah penelitian berkisar antara 1,8 – 2,5 km/s. Teknik analisis frekuensi-waktu (Frequency-Time Analysis) digunakan untuk mendapatkan kurva dispersi untuk mengukur kecepatan kelompok antar stasiun. Kecepatan grup digunakan sebagai input dalam inversi tomografi. Proses tomografi dilakukan dengan menggunakan FMST v1.1 dimana pemodelan forward dan inverse dilakukan secara iteratif. Hasil pemodelan untuk periode 2 s menunjukkan bahwa Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara memiliki anomali kecepatan yang lebih rendah (1,8 km/s) dibandingkan wilayah lain (2,0 – 2,3 km/s). Pada periode 12 s anomali kecepatan rendah berada di wilayah Sulawesi Utara. Anomali kecepatan rendah ini berkorespondensi dengan gunung berapi dan dataran Inter-Volcano yang berumur Kuarter di Sulawesi. Sementara untuk wilayah NTT nilai kecepatan gelombang Rayleigh berkisar antara 1,8 – 2,4 km/s.
PENCITRAAN STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG RAYLEIGH DI PULAU SULAWESI DAN NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN AMBIENT NOISE TOMOGRAPHY Muhamad Fadhilah; Abdul Haris; Bayu Pranata; Agustya Adi Martha; Nova Heryandoko; Supriyanto Rohadi
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 22 No. 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v22i1.778

Abstract

Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan wilayah yang memiliki tatanan tektonik kompleks, sehingga penting untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan wilayah tersebut. Metode Ambient Noise Tomography (ANT) digunakan untuk memahami struktur tektonik tersebut dengan mencitrakan struktur kerak atas di bawah area penelitian ini. Pada penelitian ini, kami menggunakan data waveform komponen vertikal dari Januari 2020 hingga Mei 2021 dari 89 seismograf INATEWS- BMKG di Pulau Sulawesi dan NTT. Secara umum, tahap pertama dimulai dari pemrosesan data berfokus pada persiapan data tunggal dan korelasi silang untuk memperkiraan fungsi Green antara pasangan stasiun. Estimasi waktu tempuh kelompok gelombang Rayleigh untuk periode 2 s dan 12 s diperoleh dari waktu tunda hasil korelasi silang. Peta yang diperoleh menunjukkan variasi kecepatan gelombang Rayleigh di daerah penelitian berkisar antara 1,8 – 2,5 km/s. Teknik analisis frekuensi-waktu (Frequency-Time Analysis) digunakan untuk mendapatkan kurva dispersi untuk mengukur kecepatan kelompok antar stasiun. Kecepatan grup digunakan sebagai input dalam inversi tomografi. Proses tomografi dilakukan dengan menggunakan FMST v1.1 dimana pemodelan forward dan inverse dilakukan secara iteratif. Hasil pemodelan untuk periode 2 s menunjukkan bahwa Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara memiliki anomali kecepatan yang lebih rendah (1,8 km/s) dibandingkan wilayah lain (2,0 – 2,3 km/s). Pada periode 12 s anomali kecepatan rendah berada di wilayah Sulawesi Utara. Anomali kecepatan rendah ini berkorespondensi dengan gunung berapi dan dataran Inter-Volcano yang berumur Kuarter di Sulawesi. Sementara untuk wilayah NTT nilai kecepatan gelombang Rayleigh berkisar antara 1,8 – 2,4 km/s.
KATEGORISASI STASIUN SEISMIK DAN PENGARUHNYA DALAM PENENTUAN PARAMETER MAGNITUDO GEMPABUMI BMKG Muhammad Fahmi Nugraha; Afnimar Afnimar; M. Taufik Gunawan; M. Ramdhan; Iman Fatchurochman; Nova Heryandoko
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v24i1.886

Abstract

The responsibility to send information within five minutes causes the magnitude disseminated by BMKG only from limited seismic records. The result shows that the magnitude produced in the first five minutes can fluctuate and cause a difference in the final magnitude. In the SeisComP system at BMKG, the event magnitudes of each type of magnitude MLv, mb, mB, and Mwp, are the result of the station magnitude average using trimmed mean, so the largest or smallest station magnitudes will become outliers and are eliminated in event magnitude calculation. However, the drawback of the trimmed mean is seismic stations that always tend to be outliers have the potential to be still involved in determining the event magnitude in the early minutes so that it can disrupt the magnitude calculation. This study aims to reduce the fluctuations in determining the magnitude in the first five minutes by identifying seismic stations that are often eliminated by the trimmed mean method and classifying them. We validate them with the site quality of the station and create two main categories of seismic stations. The first category is primary stations to determine the location and magnitude of earthquakes. The second category is secondary stations used only at the earthquake site, then tested using SeisComP playback by replaying 256 earthquake events. The results show a correlation where good site quality will also produce a good magnitude value, indicated by 285 seismic stations, and can be categorized as primary stations. The remaining 126 seismic stations are categorized as secondary stations. The playback results show that the fluctuation of magnitude determination in the first five minutes using the primary station can be reduced, as indicated by the mean residual and the deviation to the final magnitude.