Hardianto Hardianto
Politeknik STTT Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENCANGKOKAN N-ISOPROPILAKRILAMIDA PADA NIRTENUN LYOCELL DENGAN BANTUAN IRADIASI PLASMA LUCUTAN KORONA BERTEKANAN ATMOSFIR Jakariya Nugraha; Mohamad Widodo; Hardianto Hardianto
Arena Tekstil Vol 37, No 1 (2022)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31266/at.v37i1.7693

Abstract

Suatu material tekstil dapat dimodifikasi menjadi tekstil cerdas terhadap perubahan suhu melalui pencangkokan polimer termoresponsif seperti N-isopropilakrilamida (NIPAM). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses polimerisasi cangkok NIPAM pada nirtenun lyocell dengan bantuan iradiasi plasma. Dalam kegiatan penelitian ini, telah dilakukan upaya untuk mempolimerisasikan NIPAM menjadi p(n-isopropilakrilamida) atau PNIPAM sekaligus mencangkokkannya pada nirtenun lyocell dengan bantuan iradiasi plasma dari mesin plasma jenis lucutan korona bertekanan atmosfir. Metode penelitian meliputi iradiasi plasma pada permukaan nirtenun lyocell untuk menciptakan radikal bebas permukaan, perendaman NIPAM, pencucian, dan pengeringan nirtenun lyocell hasil proses. Pengujian nilai persentase kadar pencangkokan dan analisis morfologi serat dari nirtenun hasil proses dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pencangkokan. Selain itu, keberhasilan polimerisasi NIPAM pada permukaan nirtenun lyocell juga dikonfirmasi melalui analisis gugus fungsi menggunakan spektrometer ATR-FTIR. Dari penelitian yang dilakukan, waktu perendaman dan metode pencucian berpengaruh terhadap kadar pencangkokan dari sampel yang dihasilkan. Diketahui bahwa nilai kadar pencangkokan paling tinggi sebesar 26,11%, yakni pada sampel nirtenun lyocell dengan perendaman NIPAM selama 24 jam tanpa pencucian. Citra SEM juga menunjukkan adanya NIPAM yang terdeposisi pada permukaan nirtenun lyocell. Sementara itu, hasil analisis gugus fungsi pada permukaan nirtenun lyocell hasil penelitian menunjukkan adanya gugus khas dari NIPAM, tetapi tidak dengan gugus khas dari PNIPAM. Hasil studi mengindikasikan bahwa proses pencangkokan telah berhasil, namun polimerisasi belum berhasil dilakukan.
PENGARUH pH PADA PENCELUPAN BENANG AKRILAT DENGAN ZAT WARNA DISPERSI Hardianto Hardianto; Viera Berliana Azzachra
Arena Tekstil Vol 37, No 2 (2022)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31266/at.v37i2.7652

Abstract

Di industri tekstil, benang akrilat biasanya diwarnai menggunakan zat warna basa. Beberapa literatur menyebutkan bahwa selain oleh zat warna basa, serat akrilat dapat juga diwarnai dengan zat warna dispersi. Namun kenyataannya sangat sulit mendapatkan informasi tentang resep dan kondisi terbaik untuk mewarnai serat akrilat menggunakan zat warna dispersi. Referensi-referensi terdahulu hanya menjelaskan mengenai pencelupan serat akrilat dengan zat warna dispersi dalam suasana asam, belum ada yang membahas pengaruh pH dari asam hingga basa terhadap ketuaan warna. Oleh karena itu, artikel ini memaparkan hasil penelitian mengenai proses pencelupan benang akrilat menggunakan zat warna dispersi dalam suasana asam hingga alkali. Temperatur pencelupan yang digunakan adalah 100°C dan waktu selama 45 menit menggunakan mesin celup jenis tertutup. pH pencelupan divariasikan pada pH 5; 6; 7; 8; dan 9 dengan penambahan asam asetat atau natrium karbonat untuk mengetahui kondisi pH yang tepat.  Evaluasi yang dilakukan pada sampel yang dicelup yaitu ketuaan warna (K/S), kerataan warna, dan ketahanan luntur warna terhadap pencucian. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, diketahui bahwa pH larutan celup sangat mempengaruhi ketuaan warna (K/S) hasil pencelupan benang akrilat menggunakan zat warna dispersi. Untuk warna merah dan kuning, ketuaan warna paling tinggi diperoleh pada kondisi pencelupan pH 7 dengan nilai K/S berturut-turut 3,6652 dan 7,7632. Untuk warna biru, warna paling tua diperoleh pada sampel yang dicelup pada pH 5 dengan nilai K/S yaitu 1,4530. Kondisi pH larutan pencelupan yang semakin tinggi memberikan kerataan warna yang semakin baik. Benang akrilat yang dicelup dengan zat warna dispersi memiliki ketahanan luntur warna terhadap pencucian yang cukup baik dengan rentang nilai sekitar 4 sampai 4-5. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa benang akrilat dapat dicelup menggunakan zat warna dispersi pada suasana asam (pH 5-6) dan netral (pH 7). Hasil penelitian ini dapat memberikan sumber referensi ilmu pengetahuan mengenai pengaruh pH larutan pencelupan zat warna dispersi pada serat akrilat.