Fitriany Amalia Wardhani
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian karangsambung-LIPI

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

POTENSI PERTAMBANGAN DAN ANCAMAN KEBENCANAAN SEBAGAI DATA PENUNJANG PENYUSUNAN TATA RUANG WILAYAH DI KECAMATAN WADASLINTANG, KABUPATEN WONOSOBO, PROVINSI JAWA TENGAH Chusni Ansori; Puguh Dwi Raharjo; Fitriany Amalia Wardhani
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 12 No. 3 (2017): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1471.004 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v12i3.54

Abstract

Kecamatan Wadaslintang mempunyai potensi bahan tambang berupa  andesit, diabas, batu pasir, sirtu, tanah urug, breksi, batu mulia dan Kaolin. Sejalan dengan peningkatan pembangunan, kebutuhan bahan tambang untuk memenuhi pembangunan bertambah secara signifikan, namun ketersediaan wilayah pertambangan tidak terakomodasi dalam RTRW. Paradigma pembangunan saat ini adalah pembangunan berkelanjutan sehingga penambangan yang dilakukan juga harus memperhatikan aspek kebencanaan. Untuk dapat mengakomodasi kepentingan penambangan dalam tata ruang wilayah, maka dilakuka kajian ini.Penelitian bahan tambang dilakukan dengan survey lapangan dan analisa laboratorium (petrografi, geokimia, XRD,sifa fisik batuan) yang menghasilkan peta sebaran dan kualitas bahan tambang. Sedangkan penelitian kebencanaan dilakukan melalui survey lapangan serta analisis Citra Landsat menggunakan metode AHP sehingga didapatkan peta ancaman bencana. Peta sebaran bahan tambang dan peta ancaman bencana dilakukan proses tumpang tindih sehingga menghasilkan peta wilayah pertambangan.Kaolin tersebar pada areah 17,26 Ha, setelah dilakukan proses tumpang tindih maka wilayah yang layak tambang menjadi 14,76 Ha (wilayah dengan tingkat ancaman bencana rendah dan sedang). Diabas tersebar 41,84 Ha, mengalami penciutan menjadi 35,29. Ha. Kalkarenit seluas 22,51 Ha  menjadi 5,88 Ha; breksi andesit seluas 1440,6 Ha menjadi 838,92 Ha, tanah merah 55.06 Ha menjadi 32,29 Ha,  batu pasir 737,6 ha menjadi.523,4 Ha. Wilayah pertambangan yang dihasilkan dari proses tumpang tindih antara peta ancaman bencana dengan peta potesi tambang lebih layak diterapkan untuk mengurangi resiko yang terjadi akibat penambangan