Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK DAN FREKUENSI MENJALANI HEMODIALISA PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD CIBABAT CIMAHI Susy Puspasari; Ahmad Sholehudin
Bali Medika Jurnal Vol 5 No 1 (2018): Bali Medika Jurnal Vol 5 No 1 July 2018
Publisher : Stikes Wira Medika Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36376/bmj.v5i1.20

Abstract

Latar belakang: Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa tidak hanya mengalami aspek medis saja, tetapi juga menyangkut aspek psikologis, sosial, spiritual, biologi. Lamanya pasien yang menjalani hemodialisa kemungkinan dapat beradaptasi dengan keadaan kecemasannya. Namun demikian faktor karakteristik dan frekuensi menjalani terapi hemodialisa bisa membuat pasien menerima kenyataan atau sebaliknya terjadi kecemasan yang berkepanjangan. Tujuan: untuk mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan berdasarkan frekuensi dan karakteristik menjalani hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cibabat Cimahi. . Metode: Penelitian deskriptif dengan sampel sebanyak 37 responden yang diambil dengan cara consecutive sampling sesuai kriteria inklusi. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil: tingkat kecemasan berdasarkan usia 56-70 tahun hampir setengah responden (32,4 %) tidak mengalami kecemasan atau normal, namun pada rentan usia 36-55 tahun sebagian kecil mengalami kecemasan ringan-sedang (8,1 %) dan pada rentan usia 56-77 tahun sebagian kecil responden (10,8 %) mengalami kecemasan ringan – sedang. Berdasarkan jenis kelamin sebagian kecil responden mengalami kecemasan ringan-sedang (13,5 %) berjenis kelamin perempuan. Kecemasan ringan-sedang lebih banyak dialami responden berjenis kelamin perempuan dibandingkan berjenis kelamin laki-laki yang sebagian kecil mengalami kecemasan ringan-sedang (8,1 %) . Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian kecil responden (16,2 %) mengalami kecemasan ringan-sedang dengan pendidikan terakhir sekolah. Simpulan: Pada frekuensi responden yang menjalani hemodialisa 1-12 sebagian kecil (10,8 %) mengalami kecemasan ringan-sedang, dan pada frekuensi responden menjalani hemodialisa >38 kali sebagian kecil (8,1 %) mengalami kecemasan ringan-sedang. Saran: Bagi perawat di ruang hemodialisa RSUD Cibabat Cimahi dalam memberikan asuhan keperawatan agar memperhatikan segi psikologis pasien dengan memberi dukungan secara moril melalui komunikasi terapeutik seperti tehknik mendengarkan, sikap tubuh saat berbicara, sentuhan dan teknik lainnya. Kata kunci: Kecemasan, Hemodialisa ABSTRACT Background: In most cases, post operative patients experiencing in various pain. One of the optional non pharmacological treatments is diaphragmatic breathing which are aimed at relaxation effect resulting in the reduction of pain impulse. The prevalence regarding the occurrence of postoperative patients with extremity fractures in Halmahera Siaga Surgical Hospital has been estimated as equally as 282 patients in the last 3 months of 2014 and 75% of the nurses only initiate collaboration treatments with analgesic medicine. Purpose: this study was conducted to provide scientific explanation on how diaphragmatic breathing affects pain intensity of post operative patients with extremity fractures in Halmahera Siaga Surgical Hospital. Method: this research is quasy experiment with one group pretest and posttest design, and it involved 24 respondents that were included in accordance to established criteria (purposive sampling design). The respondents who participated in this study were given diaphragmatic breathing twice within 5 minutes in a period of 2 days. Obtained data was analyzed by non-parametric Wilcoxon test. Result: this study shows distinctive difference in pain intensity, with an average value of 5.71 (moderate pain) before diaphragmatic breathing and pain intensity after the treatment was initiated which was presented by an average value of 3. 29 (mild pain). This significant changes were emphasized by Wilcoxon Signed Rank Test with p value of 0,000 (p<α 0,05). Conclusion: The giving of diaphragmatic breathing is capable of decreasing pain intensity of post operative patients with extremity fractures in ward of Halmahera Siaga Surgical Hospital. Suggestion: diaphragmatic breathing is applicable for nurses and health care givers to reduce post operative pain in term of non-pharmacological pain management. Keyword : extremity fracture post operation, pain intensity, non pharmacological treatments, diaphragmatic breathing.
MANAJEMEN PENYUMBAT TELINGA DAN MASKER MATA TERHADAP PERUBAHAN KUALITAS TIDUR PASIEN KRITIS DI ICU (UNIT PERAWATAN INTENSIF): STUDI KASUS: Management of Earplugs and Eye Masks to Change in Sleep Quality of Critical Patients in ICU (Intensive Care Unit) : Case Study Nunung Nurhayati; Agung Waluyo; Yeni Rumyani; Susy Puspasari; Nyayu Nina Putri Calisanie; Septa Permana; Ramdhani
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing) Vol. 9 No. 3 (2023): JIKep | Edisi Khusus 1 2023
Publisher : LPPM STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33023/jikep.v9i3.1586

Abstract

Pendahuluan : Gangguan tidur sering terjadi pada pasien yang dirawat di ICU. Hal ini dikarenakan lingkungan di ICU cenderung tidak nyaman, bising dan cenderung menakutkan bagi pasien dan keluarga, baik secara fisik maupun psikis. Proses penyembuhan pasien yang dirawat di ICU dipengaruhi oleh kualitas tidur pasien yang prima. Untuk mengatasi gangguan kualitas tidur perlu dilakukan teknik penyumbat telinga dan penutup mata karena terapi ini juga mudah dilakukan selain murah dan aman. Tujuan: Meningkatkan kualitas tidur pasien sakit kritis di ICU. Metode: menggunakan pendekatan studi wawancara kepada ahli CI (Clinical Instructure) sebagai peserta dengan persyaratan pendidikan minimal Perawat dan memiliki masa kerja minimal 5 tahun di ICU. Hasil: sebagian besar pasien kritis di ICU mengalami gangguan kualitas tidur yang disebabkan oleh kondisi pasien, kecemasan dan kebisingan; pemberian earplug dan eyemask kurang efektif bila dilakukan di ICU pada pasien kritis yang menggunakan ventilator tetapi efektif jika diberikan pada pasien kritis di ICU. Ruang ICU dengan kriteria sebagai berikut : Pasien dalam keadaan sadar penuh, tenang, dan menunggu untuk dipindahkan ke ruang rawat inap. Kesimpulan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perawat dalam menentukan intervensi yang akan diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan kualitas tidur dengan memberikan penutup telinga dan penutup mata