<![CDATA[Kemampuan berpikir kritis matematis siswa dinyatakan rendah dikarenakan siswa belajar dengan cara mendengar dan melihat guru menyelesaikan permasalahan matematika, dan siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan peristiwa sehari-hari dalam model matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran probing prompting terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dan minat minat belajar siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian quasi eksperimental design dan menggunakan rancangan penelitian posttest-only design with nonequivalent groups. Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMPN 4 Dewantara, sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 dan VIII-2. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis matematis dan angket minat belajar. Analisis data yang dilakukan untuk tes kemampuan berpikir kritis matematis adalah uji non parametrik (mann whithney u) karena data tidak berdistribusi normal, data diolah menggunakan software SPSS 25. Sesuai kriteria pengujiannya yaitu jika nilai sig. < α (0,05) maka tolak H0. Dari hasil asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,003. Uji yang dilakukan adalah uji satu pihak, maka 0,003 dibagi dua sehingga diperoleh 0,0015. Dengan 0,0015 < 0,05 maka tolak H0 dan terima Ha. Analisis angket minat belajar siswa menggunakan uji-t, karena data berdistribusi normal dan homogen. Sesuai kriteria pengujiannya yaitu jika nilai sig. α (0,05) maka terima H0. Dari hasil uji-t diperoleh nilai signifikan 0,144. Dengan 0,144 α (0,05) maka terima H0 dan tolak Ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran probing prompting terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa dan tidak terdapat pengaruh model pembelajaran probing prompting terhadap minat belajar siswa dikarenakan indikator perasaan senang siswa berada pada tingkat sedang (62,5%) dan indikator ketertarikan siswa berada pada tingkat sedang (67,41%)]]>
