Rodja Abdul Natsir
IKIP MUHAMMADIYAH MAUMERE

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERAN PEMERINTAH DESA DAN LEMBAGA ADAT DALAM MENERAPKAN HUKUM ADAT SOLO HULIR SE’ANG HALA DI DESA KOTING D KABUPATEN SIKKA Paulina Lawi; Danar Aswim; Rodja Abdul Natsir
Journal Civics and Social Studies Vol 5, No 2 (2021): Volume 5 No 2 Tahun 2021
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/civicos.v5i2.1517

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Peran Pemerintah Desa dan Lembaga Adat dalam menerapkan Hukum Adat dan Efektivitas Penerapan Sanksi Adat menurut Peraturan Desa Nomor 07 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Sanksi Adat solo hulir sea’ng hala. Metode penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Informan yang terlibat dalam penelitian adalah Kepala Desa, Ketua Adat dan BPD. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian bahwa Peran Pemerintah Desa sebagai sebagai Mediator, Fasilitator, Motivator, Hakim Perdamaian Dan Lembaga Adat berperan sebagai sebagai Mediator, Regulator, Hakim Perdamaian. Efektivitas penerapan sanksi adat oleh Pemerintah Desa Koting D dapat dikatakan efektif,  karena penerapan sanksi adat itu benar-benar dijalankan dan tepat sesuai sasaranya dan aturan tersebut sebelum dijalankan terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat sehingga masyarakat mengerti dengan peraturan yang dibuat.
PENERAPAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PADA IKIP MUHAMMADIYAH MAUMERE Gamly Salasa; Pertus Kpalet; Rodja Abdul Natsir
Comm-Edu (Community Education Journal) Vol 6, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : IKIP Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22460/comm-edu.v6i2.15008

Abstract

Kehadiran Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Maumere di Kabupaten Sikka menjadi solusi dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan statusnya sebagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang berwawasan nasional, IKIP Muhammadiyah Maumere memiliki otonomi yang penuh baik dalam ketenagaan yang profesional, sumber keuangan yang jelas dan akuntabel, sarana dan prasarana yang menunjang semua kegiatan dalam pengembangan mutu akademis. Terlepas dari peningkatan Sumber Daya Manusia dan peningkatan mutu pendidikan, IKIP Muhammadiyah Maumere sangat menyadari akan pentingnya mengupayakan penanaman pendidikan multikultural sebagai salah satu upaya meminimalisir konflik-konflik atas nama perbedaan yang marak terjadi akhir-akhir ini. IKIP Muhammadiyah Maumere yang secara Institusi merupakan lembaga pendidikan keislaman, dan memiliki mahasiswa yang beragam sukunya dan agama dimana yang menjadi mayoritas adalah mahasiswa beragama Katholik. Tujuan penelitian ini adalah untuk adalah (1) untuk mengetahui penerapan pendidikan multikultural di IKIP Muhammadiyah Maumere (2) untuk mengetehaui faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pendidikan multikultural di IKIP Muhammadiyah Maumere. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada tiga karakter yang di dapati dari penerapan Pendidikan Multikulturak di IKIP Muhammadiyah Maumere yaitu: (a) Berprinsip pada demokrasi, kesetaraan, dan keadilan (b) berorentasi kepada kemanusiaan, kebersamaan, dan kedamaian (c) mengembangkan sikap mengakui, menerima, dan menghargai keragaman. Adapun yang menjadi faktor pendukung yaitu: (1) Regulasi, (2) Dukungan Masyarakat, sedangkan yang menjadi faktor penghambat yaitu: (1) Kurikulum, dan (2) Kurangnya sosialisasi.
Upacara Huler Wair Sebagai Nilai Kebajikan Lokal Pada Masyarakat Kabupaten Sikka Rodja Abdul Natsir; Elisabeth Emilia; Petrus Kpalet
Antropocene : Jurnal Penelitian Ilmu Humaniora Vol. 3 No. 3 (2023): September
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56393/antropocene.v2i8.927

Abstract

Huler wair merupakan salah satu upacara penerimaan tamu baru yang sering dilakukan oleh masyarakat Sikka. Di dalam upacara ini terdapat nilai baik yang mesti dieksplorasi dalam pembentukan karakter anak bangsa saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal dalam pelaksanaan upacara huler wair dan untuk mengetahui makna simbolis dari pelaksanaan upacara huler wair. Metode yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan etnografi. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu Tokoh adat dan tokoh masyarakat, sedangkan data sekunder yaitu dokumen-dokumen dan dokumentasi (foto-foto). Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan, nilai-nilai yang terkandung dalam upacara huler wair yaitu, nilai religius, nilai solidaritas, nilai estetis, dan nilai sosial. Makna simbolisnya yaitu huler, wair, du’a moan, soka papak.
Menggali Nilai-Nilai Budaya Tura Jajisukulio Dalam Hubunganya Dengan Pancasila Rintoanus Nong Panggo; Rodja Abdul Natsir
Rhizome : Jurnal Kajian Ilmu Humaniora Vol. 3 No. 1 (2023): Januari
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56393/rhizome.v2i6.934

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai budaya Tura Jaji dalam hubungannya dengan Pancasila dan untuk mengetahui dampak budaya Tura Jaji terhadap kehidupan masyarakat suku Lio. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Teknik pengumpulan data yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan cara menganalisa data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan di lapangan kemudian disusun secara sistematis. Hasil penelitian menunjukkan ada empat nilai budaya Tura Jaji dalam hubunganya dengan Pancasila dan ada dampak budaya Tura Jaji terhadap masyarakat suku Lio.Empat nilai itu yakni,Nilai Kemanusiaan(Wunu Moke Iwa Repa Soe, Wunu Re’a Iwa Repa Leda, Lowa Tau Bo’o Maja Tau Ndeka),Nilai Persatuan (Imu Sama, Mae Repa Bani, Mae Repa Tebo Keda) Nilai Musyawarah-Mufakat ( Umu Du),dan Nilai Ketuhanan (Du'a Gheta Lulu Wula dan Ngga'e Ghale Wena Tana). Budaya Tura Jaji, dengan demikian harus dilestarikan karena mempunyai makna yang sangat berarti bagi kehidupan masyarakat suku Lio pada umumnya dan juga berperan sebagai media penyelesaian konflik sosial.
MENGGALI NILAI-NILAI BUDAYA YANG TERKANDUNG PADA MOTIF TENUN IKAT DI SUKU ENDE LIO DESA MANULONDO Susanti Sulaiman; Rodja Abdul Natsir; Moh. Fitri
SABANA: Jurnal Sosiologi, Antropologi, dan Budaya Nusantara Vol. 2 No. 3 (2023): Desember 2023
Publisher : Yayasan Literasi Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55123/sabana.v2i3.2123

Abstract

This study aims to find out what cultural values ​​are contained in the woven woven motifs and how to preserve the cultural values ​​contained in the woven woven motifs in the Ende Lio Tribe, Manulondo Village, Ndona District, Ende Regency. The method used in this research is descriptive qualitative. Data collection techniques using observation, interviews and documentation. Data analysis techniques use techniques to draw conclusions (verification). The results of the study show that in Ende Regency, the Ende Lio tribe in Manulondo Village has various forms of motifs. In the process of making motifs there are also only based on the imagination of the weavers and there are also motifs that have cultural values. motifs that have cultural values, namely the motifs jara mesa (own horse), guns sendetu (a group of elephants), rote rego (broken and broken love) and semba (men's scarves or the oversized shawls of the mosalaki ri'a bewa). These motifs have several values, namely Religious Values, Socio-Cultural Values, Economic Values, and Aesthetic Values. As for the efforts to preserve the woven fabric, namely the collaboration between the government and the local community to create an woven group called the Kapokale woven group. This is so that the younger generation maintains their ancestral cultural heritage so that it does not become extinct in the millennial era like now.