Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

GERAKAN MASYARAKAT SAMIN TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN (ANALISIS SEMIOTIK JOHN FISKE DALAM FILM “SAMIN VS SEMEN”) Pramana Herjati Putra Dionchi; Hasna Barara M; Destria Sibarani; Zahra Nabila Luthfianisasa; Dina Puspa Ringga; Didi Pramono
Jurnal Ilmu Komunikasi Acta Diurna Vol 18 No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Ilmu Komunkasi FISIP Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (933.122 KB) | DOI: 10.20884/1.actadiurna.2022.18.1.5152

Abstract

Kaum Subaltern merupakan sebutan untuk sesuatu hal yang memiliki keterbatasan akses , dengan kata lain adanya kaum ini dikarenakan adanya proses terpinggirkannya dari segala kemajuan yang berada di sekitar lingkungannya. Seperti halnya masyarakat Samin yang merupakan masyarakat dengan kearifan lokalnya yang terpinggirkan oleh derasnya arus globalisasi. Penelitian ini ditujukan untuk dapat menganalisis hal- hal yang melatarbelakangi masyarakat Samin sebagai kaum subaltern dan bagaimana perjuangan kaum subaltern untuk menyuarakan suaranya dalam film documenter “Samin vs Semen” . Dalam penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan proses analisisnya menggabungkan teori ilmu komunikasi dan juga teori sosiologi , Dimana penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teori analisi semiotika John Fiske yang menggunakan tiga level realitas , representasi , dan ideologi . Setelah itu mengidentifikasi hasil analisis dengan teori Subaltern milik Gayatri Spivak. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa di film “Samin vs Semen” terlihat dan teridentifikasi bahwa Masyarakat Samin merupakan kaum Subaltern ¸ Karena mereka adalah masyarakat asli yang terpinggirkan karena adanya pembangunan pabrik semen di daerah tempat tinggal mereka sendiri yaitu di pegunungan Kendeng , Jawa Tengah . Selain itu , masyarakat Samin (Subaltern) ikut aktif dalam menyuarakan penolakan pabrik semen.
Transformasi televisi sebagai media belajar di tengah pandemi dalam kacamata rasional instrumental Rohmatin Alfianistiawati; Pramana Herjati Putra Dionchi; Hasna Bararah M; Joan Hesti Gita Purwasih
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.563 KB) | DOI: 10.17977/um063v1i2p116-124

Abstract

During the Covid-19 pandemic, various areas of life experienced changes and adjustments, including in the field of education by conducting distance learning. As a form of adjustment for distance learning, the government and educators use television as a learning medium. The transformation of television as a learning medium is aimed at every level of education, one of which is at the high school level. This study aims to determine the form of television transformation in the perspective of the instrumental rational theory as well as the perspective of students on learning through television. This research was conducted using descriptive qualitative methods with data collection techniques through observation and interviews. The results obtained in the form of structured programs during learning through television as a form of instrumental rational action during distance learning as well as the perspective of students with this transformation. Pada masa pandemi Covid-19 berbagai bidang dalam kehidupan mengalami perubahan serta penyesuaian, termasuk pada bidang pendidikan dengan mengadakan pembelajaran jarak jauh. Sebagai bentuk penyesuaian pembelajaran jarak jauh tersebut pihak pemerintah serta pendidik memanfaatkan televisi sebagai media belajar. Transformasi televisi sebagai media belajar ini ditujukan pada setiap jenjang pendidikan, salah satunya pada jenjang sekolah menengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk transformasi televisi dalam perspektif teori rasional instrumental tersebut serta perspektif peserta didik akan kegiatan belajar memelalui televisi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi serta wawancara. Hasil yang diperoleh berupa adanya program terstruktur selama pembelajaran melalui televisi sebagai bentuk tindakan rasional instrumental selama pembelajaran jarak jauh serta perspektif peserta didik dengan adanya transformasi tersebut.
Perilaku konsumtif sebagai dampak online shop di kalangan mahasiswa Sosiologi 2019 Universitas Negeri Malang Catur Dian Rahayu; Hasna Bararah M; Kalya Nabila Zuhdi; Muhammad Iqbal Perdana; Nabilah Fina Aprilia; Pramana Herjati Putra Dionchi; Ananda Dwita Yuniar
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) Vol. 1 No. 5 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.078 KB) | DOI: 10.17977/um063v1i5p542-546

Abstract

The presence of technology brings about a change in people's lives, with technology of all activities being more comfortable. Technological changes have taken place in the field of digital marketing, such as shopping online. The presence of an online shop provides considerable comfort in shopping activities. But with that convenience, it can also establish higher consumption patterns. This consumption pattern was analyzed using the concept of the consumption of Jean Boudrilland. The study USES a descriptive qualitative approach with the data-collection technique of structured interviews. In the study two results have been found, the first of these is consensual behaviors among sociology students where they buy goods through online shops out of sheer need. The second result was that a sociology student was seeking to remain unaffected by the ease of shopping through online shops in order to avoid the form of consumer behavior. From such exposure it can be concluded that the concept of consumptive society by Jean Boudrilland is relevant to today's lives where people tend to satisfy the urge to buy things instead of the need. Kehadiran teknologi membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat, dengan adanya teknologi segala aktivitas dapat dilakukan dengan lebih nyaman. perubahan karena teknologi turut hadir dalam bidang digital marketing seperti hadirnya online shop. Kehadiran online shop cukup memberikan kenyamanan dalam aktivitas belanja. Namun dengan kenyamanan tersebut dapat pula membentuk pola konsumsi yang semakin tinggi. Pola konsumsi ini dianalisis menggunakan konsep masyarakat konsumsi dari Jean Boudrilland. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yakni wawancara terstruktur. Dalam penelitian ini ditemukan dua hasil, yang pertama adanya perilaku konsumtif di kalangan mahasiswa sosiologi dimana mereka membeli barang melalui online shop karena keinginan bukan kebutuhan. Hasil yang kedua yakni ditemukan adanya mahasiswa Sosiologi yang berusaha untuk tidak terpengaruh kemudahan berbelanja melalui online shop dengan tujuan agar tidak terbentuk perilaku konsumtif. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep masyarakat konsumtif oleh Jean Baudrillard relevan dengan kehidupan saat ini dimana masyarakat cenderung memuaskan keinginan membeli suatu barang bukan atas dasar kebutuhan.
Praktik masyarakat konsumsi online dalam perspektif Baudrillard Kalya Nabila Zuhdi; Hasna Bararah M; Nabilah Fina Aprilia; Pramana Herjati Putra Dionchi; Ananda Dwitha Yuniar
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) Vol. 1 No. 6 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.683 KB) | DOI: 10.17977/um063v1i6p681-687

Abstract

The presence of technology brings about a change in people's lives, with technology of all activities being more comfortable. Technological changes have taken place in the field of digital marketing, such as shop online. The presence of an online shop provides considerable comfort in shopping activities. But with that convenience, it can also establish higher consumption patterns. This consumption pattern was analyzed using the concept of the consumption of Jean Baudrillard. The study USES a descriptive qualitative approach with the data-collection technique of structured interviews. In the study two results have been found, the first of these is consensual behaviors among sociology students where they buy goods through online shops out of sheer need. The second result was that a sociology student was seeking to remain unaffected by the ease of shopping through online shops in order to avoid the form of consumer behavior. From such exposure it can be concluded that the concept of consumptive society by Jean Baudrillard is relevant to today's lives where people tend to satisfy the urge to buy things instead of the need. Kehadiran teknologi membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat, dengan adanya teknologi segala aktivitas dapat dilakukan dengan lebih nyaman. perubahan karena teknologi turut hadir dalam bidang digital marketing seperti hadirnya online shop. Kehadiran online shop cukup memberikan kenyamanan dalam aktivitas belanja. Namun dengan kenyamanan tersebut dapat pula membentuk pola konsumsi yang semakin tinggi. Pola konsumsi ini dianalisis menggunakan konsep masyarakat konsumsi dari Jean Baudrillard. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yakni wawancara terstruktur. Dalam penelitian ini ditemukan dua hasil, yang pertama adanya perilaku konsumtif di kalangan mahasiswa sosiologi dimana mereka membeli barang melalui online shop karena keinginan bukan kebutuhan. Hasil yang kedua yakni ditemukan adanya mahasiswa Sosiologi yang berusaha untuk tidak terpengaruh kemudahan berbelanja melalui online shop dengan tujuan agar tidak terbentuk perilaku konsumtif. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep masyarakat konsumtif oleh Jean Baudrillard relevan dengan kehidupan saat ini dimana masyarakat cenderung memuaskan keinginan membeli suatu barang bukan atas dasar kebutuhan.
GERAKAN MASYARAKAT SAMIN TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN (ANALISIS SEMIOTIK JOHN FISKE DALAM FILM “SAMIN VS SEMEN”) Pramana Herjati Putra Dionchi; Hasna Barara M; Destria Sibarani; Zahra Nabila Luthfianisasa; Dina Puspa Ringga; Didi Pramono
Jurnal Ilmu Komunikasi Acta Diurna Vol 18 No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Ilmu Komunkasi FISIP Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (933.122 KB) | DOI: 10.20884/1.actadiurna.2022.18.1.5152

Abstract

Kaum Subaltern merupakan sebutan untuk sesuatu hal yang memiliki keterbatasan akses , dengan kata lain adanya kaum ini dikarenakan adanya proses terpinggirkannya dari segala kemajuan yang berada di sekitar lingkungannya. Seperti halnya masyarakat Samin yang merupakan masyarakat dengan kearifan lokalnya yang terpinggirkan oleh derasnya arus globalisasi. Penelitian ini ditujukan untuk dapat menganalisis hal- hal yang melatarbelakangi masyarakat Samin sebagai kaum subaltern dan bagaimana perjuangan kaum subaltern untuk menyuarakan suaranya dalam film documenter “Samin vs Semen” . Dalam penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan proses analisisnya menggabungkan teori ilmu komunikasi dan juga teori sosiologi , Dimana penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teori analisi semiotika John Fiske yang menggunakan tiga level realitas , representasi , dan ideologi . Setelah itu mengidentifikasi hasil analisis dengan teori Subaltern milik Gayatri Spivak. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa di film “Samin vs Semen” terlihat dan teridentifikasi bahwa Masyarakat Samin merupakan kaum Subaltern ¸ Karena mereka adalah masyarakat asli yang terpinggirkan karena adanya pembangunan pabrik semen di daerah tempat tinggal mereka sendiri yaitu di pegunungan Kendeng , Jawa Tengah . Selain itu , masyarakat Samin (Subaltern) ikut aktif dalam menyuarakan penolakan pabrik semen.
EVALUASI KEGIATAN PENDAMPINGAN LITERASI DIGITAL “HOAKS” PADA KELOMPOK PENGAJIAN PEREMPUAN Rohmatin Alfianistiawati; Pramana Herjati Putra Dionchi; Hasna Bararah; Megasari Noer Fatanti
Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial (JPDS) Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um032v5i2p70-79

Abstract

The increasing circulation of false/hoax information amid the increasing number of internet users in Indonesia is why understanding media literacy, especially digital information, needs to be given to all levels of society, including housewives (IRT), who are often actors who spread hoaxes and affected victims. This article discusses efforts to increase the understanding of the study group about "hoaxes" by providing digital literacy assistance. This research is intended to increase awareness of information literacy in digital media for women, especially mothers who are members of the recitation group in Jatirejoyoso Village, Kepanjen District, Malang Regency. The aims of this study are: (1) to find out what the Jatirejoyoso recitation groups use on social media, (2) can participants distinguish between true and false information after the service activity?, (3) how can the participants avoid hoax news?. The research uses descriptive qualitative data collection techniques through observation, semi-structured interviews, and focused group discussions. The activity results show that Whatsapp and Facebook are favourite platforms for mothers to find and disseminate information. On the other hand, the post-test results show that the informants can distinguish between accurate and hoax information, such as fraudulent messages received via SMS/Whatsapp or information with bombastic titles without source information. One of the informants admitted that the effort to avoid hoaxes or news was to ask family members at home, religious leaders (Ustad/Ustadzah), or even tell each other about a community meeting. So far, this strategy has effectively prevented mothers from the threat of fake news or hoaxes.Peredaran informasi palsu/hoaks yang semakin tinggi ditengah peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia menjadi alasan bahwa pemahaman literasi media khususnya informasi digital perlu diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali para ibu rumah tangga (IRT) yang kerapkali menjadi aktor penyebar hoaks maupun korban terdampak. Artikel ini membahas mengenai upaya peningkatan pemahaman kelompok pengajian tentang hoaks melalui kegiatan pendampingan literasi digital. Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran literasi informasi media digital bagi perempuan, khususnya ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok pengajian di Desa Jatirejoyoso, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui media sosial apa yang digunakan oleh para kelompok pengajian Jatirejoyoso, (2) apakah pasca kegiatan pengabdian peserta dapat membedakan informasi benar dan hoaks?, (3) bagaimana para peserta agar terhindar dari berita hoaks?. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif, teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara semi terstruktur, dan focus group discussions. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa Whatsapp dan Facebook menjadi platform favorit bagi ibu-ibu untuk mencari dan menyebarkan informasi. Di lain sisi, hasil post test menunjukkan bahwa informan memiliki kemampuan dasar membedakan antara informasi yang benar dan hoaks, seperti misalnya pesan penipuan yang diterima melalui SMS/Whatsapp maupun informasi dengan judul bombastis tanpa keterangan sumber. Salah satu informan mengakui bahwa upaya terhindar dari hoaks atau berita yaitu bertanya kepada anggota keluarga se rumah, pemuka agama (Ustad/Ustadzah), atau bahkan saling menyampaikan ketika ada pertemuan warga. Selama ini strategi tersebut cukup efektif menghindarkan ibu-ibu dari ancaman berita palsu atau hoaks.
Destination Branding of Marine Ecotourism in Trenggalek Regency: A Study on Kili-Kili Beach Turtle Conservation Rohmatin Alfianistiawati; Hasna Bararah M; Pramana Herjati Putra Dionchi; Sigit Purnomo; Megasari Noer Fatanti
Prospect: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Prospect Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55381/jpm.v2i1.84

Abstract

Kili-kili Beach Turtle Conservation is a tourist destination located on the south coast of East Java, precisely in Wonocoyo Village, Trenggalek Regency. There are approximately four types of sea turtle conservation, namely hawksbill turtles, gray turtles, leatherback turtles, and green turtles. As a new tourist destination, Kili-Kili Beach has a lot of potentials but has not been well developed. Conventional promotion methods have not been able to reach the target national and foreign tourists. Therefore, a promotion and marketing strategy is needed for Kili-Kili as an education-based tourism destination through the Internet (social media). Therefore, this service activity focuses on optimizing destination branding using the AISAS model (attention, interest, search, action, and share) through social media. The methods of implementing community service activities include 1) socialization of activity programs to local communities, 2) mentoring local communities in using social media as a medium for promoting tourist attractions, 3) training and creating social media content by involving POKMASWAS Turtle Conservation. This community service activity aims to promote the existence of marine ecotourism at Taman Kili-kili Beach, Trenggalek Regency as well as a turtle biota campaign by utilizing social media as a communication channel.