Christina Winarti
Indonesian Center for Agricultural Post Harvest Research and Development

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN APLIKASI PENGEMAS EDIBLE ANTIMIKROBA BERBASIS PATI Winarti, Christina
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 31, No 3 (2012): September 2012
Publisher : Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengemasan dengan edible coating/film merupakan salah satuteknik pengawetan pangan yang relatif baru. Penelitian tentangpelapisan produk pangan dengan edible coating/film telah banyakdilakukan dan terbukti dapat memperpanjang masa simpan danmemperbaiki kualitas produk pangan. Materi polimer untuk ediblecoating/film yang paling aman, potensial, dan sudah banyak ditelitiadalah yang berbasis pati-patian. Pati merupakan salah satu jenispolisakarida dari tanaman yang tersedia melimpah di alam, bersifatmudah terurai (biodegradable), mudah diperoleh, dan murah.Penggunaan pengemas edible berbasis pati dengan penambahanbahan antimikroba merupakan alternatif yang baik untuk meningkatkandaya tahan dan kualitas bahan selama penyimpanan.Karakteristik fisik dan mekanis pengemas edible akan berubahdengan penambahan bahan antimikroba. Selain bersifat sebagaiantimikroba, komposit pati dengan bahan yang bersifat hidrofobikseperti kitosan akan memperbaiki karakteristik mekanis edible filmkarena bersifat hidrofobik.
IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK DAUN SALAM (Eugenia polyantha) DARI SUKABUMI DAN BOGOR Sembiring, B. Sofianna; Winarti, Christina; Baringbing, Bariyah
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 14, No 2 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Balittro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daun salam mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan dalam industri obat-obatan, makanan dan parfum. Lingkungan yang berbeda berpengaruh terhadap rendemen minyak yang dihasilkan. Penelitian untuk mengidentifikasi senyawa yang terdapat pada minyak daun salam telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hasil Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat dari bulan Maret sampai Agustus 2001. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komponen minyak daun salam dari Sukabumi dan Bogor. Bahan diperoleh dari kebun petani di daerah Bogor pada ketinggian tempat 225 m dpl, curah hujan 3000 - 4000 mm/th, jenis tanah latosol kemerahan dan dari Sukabumi, pada ketinggian tempat 450 m dpl, curah hujan 3000 - 4000 mm/th, jenis tanah latosol kehitaman. Jenis atau tipe tanaman salam dari kedua daerah tersebut secara morfologi kelihatan sama. Penyulingan dilakukan selama 10 jam setelah daun dikeringangin-kan pada suhu ruangan selama 3 hari. Kadar air daun salam saat disuling adalah 16,21%. Minyak atsiri yang dihasilkan dianalisis dengan GC-Mass Spectrometer (Shimadzu). Hasil analisis menunjukkan, bahwa rendemen minyak daun salam dari Sukabumi lebih besar daripada Bogor, masing-masing 0,023% dan 0,018%. Komponen kimia yang terdapat pada kedua minyak tersebut menunjukkan pola yang sama, hanya berbeda dalam limpahannya. Beberapa komponen kimia minyak yang berasal dari Sukabumi menghasilkan limpahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak yang berasal dari Bogor.
BIOKONVERSI BUAH SEMU JAMBU MENTE MENJADI KONSENTRAT PROTEIN MIKROBIAL Sumangat, Djajeng; Sembiring, B. Sofianna; Winarti, Christina
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 14, No 2 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Balittro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian biokonversi buah semu jambu mente menjadi konsentrat protein mikrobial dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hasil, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat mulai bulan April 1999 sampai Maret 2000. Tujuan penelitian ada-lah untuk memproduksi konsentrat protein mikrobial dengan menggunakan buah semu jambu mente kering sebagai substratnya melalui proses fermentasi substrat padat. Perlakuan yang dicobakan adalah (A) amonium sulfat sebagai nutrien dengan konsentrasi 0, 1, 2 dan 3% dan (B) lama fermentasi yaitu 48, 72, 96, 120 dan 144 jam. Inokulan yang digunakan dalam fer-mentasi adalah Aspergillus niger. Rancang-an percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang disusun secara faktor tunggal, terdiri atas dua faktor dan tiga ulangan. Parameter pengamatan meliputi pertambahan bobot biomasa (%), kadar protein dari biomasa (konsentrat protein mikrobial) dan kandungan asam amino dari protein biomasa yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi amonium sulfat, maka kadar protein konsentrat mikrobialnya makin tinggi. Kadar protein tertinggi (17,001%) dicapai pada perlakuan konsen-trasi 3 % amonium sulfat dan lama fermen-tasi 72 jam. Konsentrat protein mikrobial yang dihasilkan mengandung beberapa asam amino esensial yaitu metionin, leusin, fenil alanin, treonin, valin, histidin, tapi tidak mengandung asam amino esensial lisin dan isoleusin. Pertambahan bobot biomasa (konsentrat protein mikrobial) yang tertinggi (0,63%) dihasilkan dengan perlakuan konsentrasi 2 % amonium sulfat dan lama fermentasi 96 jam.
Encapsulation of Temulawak Extract by Using Nanocrystalline Cassava and Sago Starches and Maltodextrin Sunarti, Titi Candra; Pasaribu, Fatimah J; Winarti, Christina
Pharmaceutical Sciences and Research
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study was conducted to evaluate the performance of Curcuma zanthorrhiza crude extract after encapsulated in nanocrystalline starch, and to investigate the effect of the ratio of nanocrystalline starches and maltodextrin; and the effect of concentration of temulawak extract on nanocapsule characteristics, as well as encapsulation effect on the stability of antioxidant activity. Preparation of nanocrystalline starch was conducted by using lintnerization and ethanol precipitation of cassava and sago starches. Nanocrystalline starch and maltodextrin were used as matrices with the ratio varied from 25:75, 50:50, and 75:25. The mixture of temulawak extract and matrices were homogenized and spray dried. Nanocapsules characteristics included the efficiency of encapsulation and drug loading, and antioxidant activity test were investigated. Nanocrystalline cassava and sago starches were potentially modified starch that can be used as the matrix for its low solubility and digestibility. It showed that the ratio of nanocrystalline starch, maltodextrin, and concentration of temulawak extract significantly influenced the nanocapsule characteristics. The best encapsulation condition obtained for nanocrystalline matrix from cassava starch with the ratio of nanocrystalline starch: maltodextrin 25:75 (%w/w) and 10% concentration of the temulawak extract, while for sago are 75:25 (%w/w) and 10% concentration of temulawak extract. Nanocrystalline matrix from cassava starch revealed higher encapsulation efficiency and antioxidant activity. The use of high temperatures during spray drying affected by the slight decline of antioxidant activity of encapsulated temulawak extract. Encapsulation of temulawak extract by using nanocrystalline starch and maltodextrin could retain and protect its antioxidant activity.