JULIAN WITJAKSONO
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengara

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Analisis Nilai Tambah Rantai Pasok Jagung Pakan Ternak: Studi Kasus di Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Witjaksono, Julian
JURNAL PANGAN Vol 26, No 1 (2017): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1066.217 KB) | DOI: 10.33964/jp.v26i1.349

Abstract

Jagung merupakan komoditas penting sebagai uang kas bagi para petani kecil khususnya di wilayah pedesaan. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran para pelaku kunci yang terlibat dalam sistem rantai nilai dan menganalisis nilai tambah yang diperoleh dari setiap peran dari pelaku yang terlibat langsung dalam rantai pasok jagung. Kajian ini telah dilaksanakan dari bulan April sampai Agustus 2016. Pemilihan lokasi studi berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Konawe Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung dan bahan pakan ternak di Sulawesi Tenggara. Teknik purposive sampling dan snowball sampling telah diterapkan dalam pemilihan responden berdasarkan pertimbangan karena informasi yang terbatas tentang jumlah pedagang pengumpul, pengusaha, dan pelaku lainnya yang terlibat dalam rantai pasok jagung. Metode penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk rantai pasok, kondisi rantai pasok, metode Hayami untuk analisis nilai tambah. Hasil kajian menunjukkan bahwa nilai tambah tertinggi diperoleh dari pedagang pengumpul besar (PT.BSL) sebesar Rp6.300,00/kg, CV. Usaha Inti Rakyat sebagai usaha ayam petelur sebesar Rp6.275,00/kg dan petani jagung sebesar Rp5.415,00/kg. Hasil analisis margin mengindikasikan nilai tertinggi diperoleh CV. Usaha Inti Rakyat sebesar Rp6.850,00/ kg, petani jagung Rp5.915,00/kg dan PT. BSL Rp5.225,00/kg.
Kajian Sistem Tanam Jajar Legowo Untuk Peningkatan Produktivitas Tanaman Padi Sawah Di Sulawesi Tenggara Witjaksono, Julian
JURNAL PANGAN Vol 27, No 1 (2018): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (836.753 KB) | DOI: 10.33964/jp.v27i1.400

Abstract

Pemanfaatan teknologi berpeluang untuk menjadi daya ungkit utama peningkatan produksi dan produktivitas. Seiring dengan perkembangan teknologi maka Badan Litbang Pertanian menghasilkan teknologi dengan sistem tanam jajar legowo. Sistem ini diyakini dapat meningkatkan produksi 1-1,5 t/ha dari sistem tegel. Hal ini disebabkan karena populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai 30%. Hasil kajian Badan Litbang Pertanian dihasilkan dengan sistem jajar legowo super produktifitas dapat mencapai 8-9 t/ha GKP. Seiring dengan kemajuan teknologi maka Badan Litbang Pertanian pada tahun 2016 mengembangkan Inovasi Teknologi Jajar Legowo Super. Kajian ini telah dilaksanakan di Desa Lambangi Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe dengan luasan lahan 4 hektar yang terdiri dari VUB Inpari 30 seluas 2 hektar dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 dan 4:1 dan VUB Inpari 15 seluas 2 hektar dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 dan 4:1. Hasil kajian menunjukan bahwa tingkat produktivitas vub inpari 30 dan inpari 15 lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lokal mekongga. Sistem jajar legowo menunjukan mampu meningkatkan produksi padi bila dibandingkan dengan sistem non jajar legowo sebesar 16,44%. Sistem tanam benih langsung mampu meningkatkan pendapatan petani sebesar 37,82% melalui pengurangan biaya produksi.
Factors Influencing Net Return of Transgenic Cotton Worldwide Over Time Witjaksono, Julian
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 8, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.085 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v8n1.2016.21-29

Abstract

Meta data tentang manfaat ekonomi dari kapas transgenik yang bersumber dari hasil-hasil penelitian lebih dari satu dekade di empat negara, yaitu Amerika, Australia, China, dan India dapat dianalisa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kapas transgenik dari sudut pandang nilai ekonomi atau keuntungan usaha tani petani kapas dengan menggunakan data global dari lebih dari satu dekade hasil percobaan dan survei la-pangan. Indikator ekonomi yang dilihat meliputi hasil panen, biaya benih, biaya pestisida, biaya manajemen dan tenaga kerja, serta keuntungan usaha tani sebagai parameter yang dianalisis. Data dari indikator yang dikumpulkan merupakan meta data dari penelusuran literatur yang terkait dengan tujuan penelitian ini dan dilakukan analisis regresi untuk mengetahui dan memperkirakan hubungan antara variabel respon dan varia-bel penjelas pada parameter ini. Hasil penelitian menggunakan pendekatan analisis regresi menunjukkan bahwa variabel produksi adalah faktor utama yang mempengaruhi keuntungan usaha tani kapas transgenik. Dengan demikian, kapas transgenik merupakan teknologi yang dapat meningkatkan hasil dan sebagai faktor utama yang mempengaruhi tingkat keuntungan usaha tani. Teknologi kapas transgenik Bt dapat dimanfaat-kan oleh petani miskin sumber daya di negara-negara berkembang dalam upaya meningkatkan pendapatan mereka. Pemanfaatan kapas transgenik di Indonesia harus mempertimbangkan kondisi agroekosistem dan sosial ekonomi, serta dukungan kebijakan agar teknologi ini dapat bermanfaat bagi petani. Oleh karena itu, masih perlu dilakukan penelitian dan kajian lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.The evidence of metadata based on the economic benefits using genetically modified (GM) cotton with different patterns across space and time could be analysed. To this end, investigation on the effects of GM cotton using global data from more than one decade of field trials and surveys were done. More specifically, the effects of GM cotton on crop yields, seed costs, pesticide costs, management and labor costs, and net return were analyzed. Based on the literature searched, regression analysis was conducted to investigate and estimate the relationship between response variables and explanatory variables on these parameters. The results using a regression analysis approach indicated that yield gain was the high expectation of cotton growers to optimize net returns. Put in another way, yield gain is the main factor influencing net return. As such, this study concludes that GM cotton is the technology which can lead to yield increases and capture higher net return. More so, lessons from this study may contribute to the assessment of this technology especially for the poor-resource farmers in the developing countries. The application of this technology in Indonesia has to consider the agroecosystem and socioeconomic condition, as well as support from the government policy. Indeed, research and assessment in deep analysis should be done with the consideration of the factors above before implementing this technology.
Keragaan Adopsi Teknologi Inseminasi Buatan (IB) Kambing di Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan Witjaksono, Julian
JIA (Jurnal Ilmiah Agribisnis) : Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Vol 5, No 4 (2020)
Publisher : Department of Agribusiness, Halu Oleo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37149/jia.v5i4.13096

Abstract

Goat farming system has long been carried out by farmers in Indonesia, is the essential farm for smallholder farmers, especially in rural areas as the cash money for income generation. However, farmers have been facing reproductive inefficiency and low meat productivity. Therefore, Artificial Insemination technology has been implemented for genetic improvement of goats in order to increase the sale value of livestock, increasing livestock productivity, and to accelerate genetic gain in local goat. This study was conducted to find the performance of the implementation of AI technology using Boer frozen semen. This study was carried out in Bina Marwa Village and Mata Up Village Andoolo Sub District, South Konawe District of Southeast Sulawesi Province in 2018. Study findings show that the farmer assessment of implementing AI technological innovation based on these innovations in terms of profits, compatibility, easily implementing, triability, and observability indicated a good percentage (59.87%), quite good (11.87%) and not good (28.26%). In addition, this technology has been deployed across the village and rapidly adopted among the farmers due to the low-cost of introducing AI technology, and the better physical appearance of genetic improvement (100%), respectively. Another driving factor was favorable AI technology (80%) and that is easily applied (60%).
Sistem Inovasi : Peran dan Tantangan dalam Mendukung Pembangunan Pertanian Witjaksono, Julian
Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian Vol 5, No 4 (2020)
Publisher : Department of Agribusiness Halu Oleo University Kendari Southeast Sulawesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37149/jimdp.v5i4.13107

Abstract

Innovation system as the added value for economic growth needs more attention not only on the national scale but also on the regional scale, particularly in agriculture. This study is the assessment of the innovation system particularly about the achievement of the agricultural innovation system in regional development. The research method was employed in 2015 by purposive sampling with the number of respondents was about 30. The respondents came from the stakeholders of farmers, university, private sector, and regional research institution. The sample area has been chosen in Konawe District, North Konawe District and East Kolaka as represent of this research. This paper aims to describe the data and information related to the evaluation worked on regional research and development institutions in supporting the innovation system. This assessment has shown that the development of the agricultural innovation system in regional autonomy faced some constraints and weaknesses, viz. Less synchronization, less coordination, lack of research funding, and less infrastructure.