Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kepatuhan menelan obat, merokok dan resiko kegagalan konversi (BTA positif) pada pasien tuberculosis Mariawati Mariawati; Khoidar Amirus; Marliyana Marliyana
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 14, No 4 (2020)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v14i4.1600

Abstract

Active smokers, treatment compliance and sputum smear conversion failed among patients treated for active tuberculosisBackground: One of the infectious diseases that often affects people is pulmonary tuberculosis (pulmonary TB). World data, there are 10.4 million recent cases of tuberculosis or 142 cases / 100,000 populations, with 480,000 cases of failed conversions. Indonesia is a country with the second largest number of recent cases in the world after India. With the success of treatment in Indonesia, it is low at 85%. Data from Lampang Province, the number of new patients with pulmonary tuberculosis is reaching 110 per 100,000 populations. Data in Central Lampung Regency found 954 cases out of 20,184 people suspected (4.73%). Data in Poncowati Public Health Center in Central Lampung in 2018, conversion failure rates were quite high at 16 people out of 42 people with pulmonary TB (38.1% ), and the success of the treatment is also still low, at 76.2% (target> 90%).Purpose: Knowing relation factors active smoker, treatment compliance with failed sputum smear conversion among patients treated for active tuberculosis.Method: A quantitative study with the design by observational analytic. The samples in this study were 42 pulmonary TB patients. Data analysis in this study used the chi-square test.Results: Most respondents smoke <10 cigarettes per day (not at risk), 22 (52.4%). Most respondents obey the ingestion of drugs, which are  28 (66.7%). There was a correlation between active smoking (p-value = 0.002 and OR = 11.762) and medication adherence (p-value = 0.002 and OR = 9,167) with conversion failure in pulmonary tuberculosis patients.Conclusion: There were active smokers, treatment compliance, and sputum smear conversion failed among patients treated for active tuberculosis. It needs to further improve Directly Observed Therapy (DOT) support and the role of health workers in improving patient treatment compliance and motivation in quitting smoking.Keywords  : Active smoking; Medication adherence; Conversion failure; Active tuberculosisPendahuluan: Salah satu penyakit menular yang sering diderita masyarakat adalah Tuberculosis paru (TB paru). Data dunia, terdapat 10,4 juta kasus baru tuberkulosis atau 142 kasus/100.000 populasi, dengan 480.000 kasus gagal konversi. Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus baru terbanyak kedua di dunia setelah India. Dengan angka keberhasilan pengobatan di Indonesia rendah, yaitu 85%. Data Provinsi Lampung, jumlah pasien baru tuberculosis paru  yaitu mencapai 110 per 100.000 penduduk. Data di Kabupaten Lampung Tengah ditemukan sebanyak 954 kasus dari 20.184 orang suspek (4,73%).Data di Puskesmas Poncowati Lampung Tengah pada tahun 2018, angka kegagalan konversi cukup tinggi yaitu sebanyak 16 orang dari 42 orang penderita TB paru (38,1%), dan keberhasilan pengobatan juga masih rendah, yaitu 76,2% (target >90%). Tujuan: Diketahui hubungan para perokok aktif, kepatuhan menelan obat dan kegagalan konversi (BTA positif) pada pasien tuberculosis.Metode: Jenis penelitian kuantitatif, rancangan penelitian dengan analitik observasional. Sampel sejumlah 42 pasien TB paru. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji chi-square.Hasil: Sebagian besar responden merokok <10 batang perhari (tidak berisiko) yaitu sebanyak 22 orang (52,4%).Sebagian besar responden patuh dalam menelan obat, yaitu sebanyak 28 orang (66,7%). Terdapat hubungan antara merokok aktif (p-value = 0,002 dan OR= 11,762) dan kepatuhan menelan obat  (p-value = 0,002 dan OR= 9,167) dengan kegagalan konversi pada pasien tuberculosis.Simpulan: Terdapat hubungan para perokok aktif, kepatuhan menelan obat dan kegagalan konversi (BTA positif) pada pasien tuberculosis. Perlu lebih ditingkatkannya dukungan PMO serta peran petugas kesehatan dalam meningkatkan kepatuhan berobat pasien dan motivasi dalam menghentikan kebiasaan merokok. 
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKSESUAIAN SOP PETUGAS PENJAMAH MAKANAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT TIPE C KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2019 Akhmad Kheru Dermawan; Dhiny Easter Yanti; Khoidar Amirus
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 1 (2020): Volume 7 Nomor 1
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.366 KB) | DOI: 10.33024/jikk.v7i1.2386

Abstract

Penjamah makanan memegang peranan penting dalam melindungi kesehatan penderita/pasien di rumah sakit dari penyakit akibat kontaminasi makanan. Sementara itu hasil presurvei yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Tipe C Kota Bandar Lampung, didapat data bahwa jumlah petugas penjamah makanan sebanyak 40 orang dan dari hasil pengamatan langsung peneliti menemukan masih adanya tindakan abai petugas penjamah makanan pada perilaku hygiene. Tujuan penelitian adalah diketahui faktor yang berhubungan dengan ketidaksesuaian SOP petugas penjamah makanan. Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Tipe C Kota Bandar Lampung Tahun 2019 sejumlah 67 orang, sampel menggunakan total populasi. Analisis multivariat menggunakan uji Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 67 responden yang  diteliti, sebagian besar berpendidikan SMA/sederajat (86.6%), pengetahuan tentang SOP penjamah makanan yang tidak baik (58.2%), sikap positif (52.2%), motivasi yang rendah (56.7%) dan tidak sesuai dalam menerapkan SOP (56.7%).Ada hubungan pendidikan (p value 0,034. OR 5,7), pengetahuan (p value 0,001. OR 6,12). motivasi (p value 0,003. OR 5,3) dengan ketidaksesuaian SOP petugas penjamah makanan. Tidak ada hubungan sikap dengan ketidaksesuaian SOP petugas penjamah makanan (p value 0,098). Motivasi merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan ketidaksesuaian SOP petugas penjamah makanan, dimana memiliki nilai OR tertinggi yaitu 55,5. Saran dapat meningkatkan motivasi petugas penjamah makanan dengan cara mengadakan review ulang kepada semua petugas penjamah makanan tentang SOP yang ada, meningkatkan kualitas kebersihan makanan yang tersedia, serta meningkatkan kesadaran bahwa hygiene makanan adalah bagian dari pengabdian.
Analisis Pengelolaan Linen di Instalasi Laundry Nelya Retika; Samino Samino; Khoidar Amirus
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 1 No 1 (2021): Edisi Manajemen rumah saki
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v1i1.80

Abstract

Analysis of Linen Management in The Laundry Installation of The Pringsewu General Hospital  Background: Laundry installation is one of the non-medical supports that have an important role as the person in charge in providing linen services to hospital patients, especially inpatients. An increase of 0.5% of hospitalized patients were found to have new infections. 15 kg of dirty linen produced every day is still mixed with infectious and non-infectious linen, inadequate linen management human resources (HR), linen management officers do not use complete Personal Protective Equipment (PPE) when doing work, linen transportation does not use special trolley, clean linen does not meet the quantity and quality. Purpose: To analyze linen management in the Laundry Installation of Pringsewu Hospital. Methods: Qualitative research with descriptive analysis. Purposive sampling informant retrieval technique. There are 4 informants including 1 key informant and 3 main informants. Data collection techniques are observation, in-depth interviews, literature studies, and document review. Results: The education level of linen managers is from elementary to junior high school and has not received special training, the number of employees is 3 people, funds are insufficient so that the facilities are still incomplete, and the application of standard operating procedures (SOP) is not optimal. Conclusion: The management of linen in the laundry installation has not run optimally. This can be seen from human resources, completeness of facilities, funds, and application of SOP.  Keywords: Linen management; Patients; Laundry installation Pendahuluan: Instalasi laundry merupakan salah satu penunujang non medik yang memiliki peran penting sebagai penanggungjawab pada penyediaan layanan linen terhadap pasien rumah sakit, terutama pasien rawat inap. Ditemukan 0.5% kenaikan pasien rawat inap mendapat infeksi baru. Linen kotor yang dihasilkan per hari 15 kg masih tercampur linen infeksius dan non infeksius, sumber daya manusia (SDM) pengelola linen belum memadai, petugas pengelola linen tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap saat melakukan pekerjaan, pengangkutan linen tidak menggunakan troli khusus, linen bersih  belum memenuhi kuantitas dan kualitas. Tujuan: Untuk menganalisis pengelolaan linen di Instalasi Laundry RSUD  Pringsewu. Metode: Penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Teknik pengambilan informan purposive sampling. Terdapat 4 informan meliputi 1 informan kunci dan 3  informan utama. Teknik pengumpulan data observasi, wawancara mendalam, studi literatur, dan  telaah dokumen. Hasil: Tingkat pendidikan SDM pengelola linen yaitu SD sampai SMP dan tidak mendapat pelatihan khusus, jumlah tenaga sebanyak 3 orang, dana belum mencukupi sehingga sarana masih belum lengkap, dan pelaksanaan standar operasional prosedur (SOP) belum optimal. Simpulan: Pengelolaan linen di instalasi laundry berjalan belum optimal. Dapat dilihat dari SDM, kelengkapan sarana, dana, dan pelakasanaan SOP.