M.T. Hidayat M.T. Hidayat
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KRITIK ATAS PELIBATAN PUBLIK DALAM KEBIJAKAN KOMUNIKASI DI INDONESIA M.T. Hidayat M.T. Hidayat
Jurnal Visi Komunikasi Vol 12, No 1 (2013): May 2013
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.594 KB) | DOI: 10.22441/visikom.v12i1.376

Abstract

Abstrak. Kuantitas dan kualitas informasi dari pemerintah makin meningkat dalam beberapawaktu terakhir. Melalui pengemasan informasi yang bisa menghasilkan atau menguatkankompetensi, kegiatan komunikasi pemerintahan dirancang untuk mendorong adopsi persepsitertentu dan keterlibatan publik dalam setiap kebijakan pemerintah. Dalam perumusan danimplementasi kebijakan publik di Indonesia, pelibatan publik pernah dimaknai denganberagam kategori konsep antara lain penerangan, sosialisasi, penyebaran (diseminasi)informasi, konsultasi publik, dan komunikasi publik. Akan tetapi ada kecenderunganketidakkonsistenan atas pendefinisian dan pelibatan publik dalam kebijakan komunikasi yangada. Istilah publik, misalnya, dipergunakan silih-berganti dengan massa, rakyat, masyarakatumum, atau bahkan kerumunan, sehingga mendorong potensi manipulatif dan keberjarakanantara kebijakan dengan warga negara sebagai publik. Artikel ini berupaya mengkritisikonsepsi dan konteks wacana pelibatan publik dalam kebijakan komunikasi di Indonesiatermasuk interrelasi dengan program komunikasi institusi global atau negara donor. Analisisdiarahkan untuk membedah konsistensi dan inkonsistensi konsep publik dan pelibatan publikdalam ranah publik, privat, dan masyarakat demokratis secara terpadu. Hasil diarahkan untukmenemukenali jalan tengah pelibatan publik yang bisa mengembangkan partisipasi wargabangsa dalam lingkup kontemporer.Abstrak. Kuantitas dan kualitas informasi dari pemerintah makin meningkat dalam beberapawaktu terakhir. Melalui pengemasan informasi yang bisa menghasilkan atau menguatkankompetensi, kegiatan komunikasi pemerintahan dirancang untuk mendorong adopsi persepsitertentu dan keterlibatan publik dalam setiap kebijakan pemerintah. Dalam perumusan danimplementasi kebijakan publik di Indonesia, pelibatan publik pernah dimaknai denganberagam kategori konsep antara lain penerangan, sosialisasi, penyebaran (diseminasi)informasi, konsultasi publik, dan komunikasi publik. Akan tetapi ada kecenderunganketidakkonsistenan atas pendefinisian dan pelibatan publik dalam kebijakan komunikasi yangada. Istilah publik, misalnya, dipergunakan silih-berganti dengan massa, rakyat, masyarakatumum, atau bahkan kerumunan, sehingga mendorong potensi manipulatif dan keberjarakanantara kebijakan dengan warga negara sebagai publik. Artikel ini berupaya mengkritisikonsepsi dan konteks wacana pelibatan publik dalam kebijakan komunikasi di Indonesiatermasuk interrelasi dengan program komunikasi institusi global atau negara donor. Analisisdiarahkan untuk membedah konsistensi dan inkonsistensi konsep publik dan pelibatan publikdalam ranah publik, privat, dan masyarakat demokratis secara terpadu. Hasil diarahkan untukmenemukenali jalan tengah pelibatan publik yang bisa mengembangkan partisipasi wargabangsa dalam lingkup kontemporer.
RAGAM DAN POLA SEBARAN HOAKS JELANG PEMILIHAN UMUM SERENTAK TAHUN 2019 Dewi Sad Tanti; M.T. Hidayat M.T. Hidayat
Jurnal Visi Komunikasi Vol 19, No 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.319 KB) | DOI: 10.22441/visikom.v19i1.9841

Abstract

This research is intended to map the variety of themes and patterns of spread of hoaxes related to the Simultaneous General Election in 2019. This mapping is part of an effort to identify the types and patterns of distribution so that it becomes the basis for a more efficient process of anticipating, handling and clarifying hoaxes. Using a content analysis approach will be mapped about themes, actors or objects as well as patterns of distribution and models of clarification developed in the Hoax Issue Report of the Ministry of Communication and Information. The selection of the institution is because it has the duty to supervise cyber media content while developing a campaign to reduce the spread of hoaxes in Indonesia.