Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Manajemen Pengelolaan Kelas Daring Pada Masa Pandemi Dwi Novita Sari; Wardi
Journal of Social Sustainability Management Vol. 1 No. 1 (2020): Oktober 2020
Publisher : Journal of Social Sustainability Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.786 KB)

Abstract

The Covid-19 pandemic has prompted various changes that have forced many people from various statuses and professions to adapt. The realm ofeducation has also undergone many adjustments, starting from the learning process carried out in a distance, especially for areas outside the green zone. Schools unpreparedness to implement distance schools through the online system raises many obstacles. One of them is because the teachers themselves are still unfamiliar with the use of tools in online learning systems. Giving material in written or video form requires students to learn more independently. This is certainly not easy for students. Often they get bored and this affects their interest in learning. It takes online classroom management that is more than just giving attached assignments or videos. This study provides an overview of how good classroom management is to support the implementation of online teaching and learning activities. By using the descriptive analytical research method, it was found that online learning media act as a learning class. Teachers need to master online learning media to create creative learning in school from home activities. In the end, it was found that classroom management during the pandemic was more focused on non-physical matters, including: Interaction of students both with teachers and between students, learning environment, emotional and intellectual side. With this research, it is hoped that educators can consider various things in arranging online learning activities. Pandemi covid-19 mendorong terjadinya berbagai perubahan yang memaksa banyak kalangan dari berbagai status dan profesi harus beradaptasi. Ranah pendidikanpun mengalami banyak penyesuaian, mulai dari proses pembelajaran yang dilakukan jarak jauh, terutama untuk wilayah diluar zona hijau. Ketidaksiapan sekolah untuk melaksanakan sekolah jarak jauh lewat system daring memunculkan banyak kendala. Salah satu diantaranya disebabkan karena pihak guru sendiri masih awam mengenai penggunaan tools dalam system pembelajaran daring. Pemberian materi dalam bentuk tertulis maupun video, menuntut siswa untuk belajar lebih mandiri. Hal ini tentu tidak mudah bagi siswa. Tak jarang mereka bosan dan hal ini mempengaruhi minat belajarnya. Dibutuhkan pengelolaan kelas daring yang lebih dari sekedar pemberian tugas terlampir ataupun video. Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pengelolaan kelas yang baik untuk mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar via daring. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analitif, didapati bahwa media pembelajaran daring berperan sebagai kelas belajar. Guru perlu menguasai media belajar daring untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dalam kegiatan school from home. Pada akhirnya didapati pengelolaan kelas dimasa pandemic lebih memfokuskan hal-hal yang bersifat nonfisik, meliputi: Interaksi peserta didik baik degan guru maupun antar siswa, lingkungan belajar, sisi emosional dan intelektual. Dengan adanya penelitian ini diharapkan para pendidik dapat mempertimbangkan berbagai hal dalam menyusun kegiatan pembelajaran via daring.
INTERNALISASI BUDAYA “UNGGAH-UNGGUH” DI KALANGAN REMAJA JEMAAT GEREJA PANTEKOSTA di INDONESIA PENGGUNG BOYOLALI Mesriana Nenabu; Dwi Novita Sari
Journal of Social Sustainability Management Vol. 2 No. 1 (2021): Oktober 2021
Publisher : Journal of Social Sustainability Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.609 KB)

Abstract

Budaya adalah warisan luhur yang lahir di masyarakat dan dilestarikan dari generasi ke generasi. Dalam masyarakat Jawa, budaya unggah-ungguh sangat kental dan menjadi ciri khas yang dikenal secara umum. Ungguh ungguh merupakan sikap menghargai, yang dimunculkan dalam perkataan, sikap maupun perilaku. Di era globalisasi saat ini, degradasi moral pada usia remaja nampak lewat perilaku kurang menghargai orang yang lebih tua, tutur kata yang kurang sopan dan sikap yang kurang santun. Apabila hal ini dibiarkan maka generasi berikutnya akan kehilangan identitas sebagai masyarakat jawa dengan budaya unggah-ungguhnya. Gereja sebagai salah satu lembagai penyemai nilai-nilai spiritual dan moral perlu berperan dalam penanaman nilai unggah-ungguh. Demikianlah yang dilakukan oleh Gereja Pantekosta di Indonesia Penggung Boyolali. Serangkaian cara mereka upayakan dalam rangka menginternalisasikan budaya unggahungguh di kalangan remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitif untuk mengupas masalah penelitian yang ada. Untuk mendapatkan data yang valid maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu Wawancara, Observasi lapangan dan dokumentasi. Analisis data yang dipakai adala triangulasi data sumber. Dengan demikian objektifitas data dapat dipertahankan. Dari hasil penelitian, didapati bahwa Gereja Pantekosta di Indonesia Penggung Boyolali melakukan upaya internalisasi budaya unggah-ungguh di gereja lewat Pengajaran, Pengamalan dan Keteladanan.
Penggunaan Media Audio Visual dalam Pengajaran Sekolah Minggu di Gereja Kemah Tabernakel, Bumiayu, Salatiga Hani Martha Puji Setiawati; Steaven Octavianus; Dwi Novita Sari
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8, No 1: Desember 2021
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v8i1.58

Abstract

Education in the industrial revolution 4.0 has increased in terms of technology. Early Sunday school learning, which only used the lecture method, is now using various methods. The audio-visual teaching method is a combination of image and sound, this method makes the child's sense of hearing and sense of sight easier to understand the material presented. Audio-visual media does not only depend on laptops or LCD projectors, but teachers can provide alternative audio-visual methods using painted or printed images accompanied by spiritual song instruments using speakers or gadgets. It makes Sunday school teachers think more creatively by using existing equipment in anticipation of problems with the laptop or LCD projector. Based on this fact, the researcher gave this solution to Sunday school teachers and it was well-received. This study uses a qualitative approach with a focus group discussion technique aimed at Sunday school teachers at the Bumiayu Tabernacle Camp Church. The researcher uses this method to find alternative audio-visual methods. Based on the results of interviews, observations, and documentation, researchers found that Sunday school teachers at the Bumiayu Tabernacle Camp Church were already using alternative audio-visual methods in Sunday school learning. AbstrakPendidikan pada revolusi industry 4.0 mengalami peningkatan dalam segi teknologi. Pembelajaran sekolah minggu yang awalnya yang hanya menggunakan metode ceramah saat ini sudah menggunakan berbagai cara metode. Metode audio visual adalah penggabungan antara gambar dan suara, hal ini membuat indera pendengaran dan indera penglihatan anak menjadi lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Media audio visual tidak hanya bergantung dari laptop atau lcd proyektor, akan tetapi pengajar dapat memberikan alternatif metode audio visual menggunakan gambar yang dilukis atau dicetak dengan diiringin instrument lagu rohani menggunakan speaker atau gawai. Hal ini membuat guru sekolah minggu untuk berpikir lebih kreatif dengan menggunakan peralatan yang ada sebagai antisipasi jika terjadi kendala pada lapto atau lcd proyektor. Untuk itu peneliti memberikan solusi ini kepada guru sekolah minggu dan diterima dengan baik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik focus group discussion yang ditujukan ke guru sekolah minggu di Gereja Kemah Tabernakel Bumiayu. Sehingga diskusi mengenai alternatif metode audio visual dapat terlaksana. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi peneliti mendapati bahwa guru sekolah minggu di Gereja Kemah Tabernakel Bumiayu sudah menggunakan alternatif metode audio visual pada pembelajaran sekolah minggu.