Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Bentuk-Bentuk Fatherhood di Film Indonesia Era 2000-an Sri Wijayanti
Jurnal PIKMA : Publikasi Ilmu Komunikasi Media Dan Cinema Vol. 4 No. 1 (2021): September
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas AMIKOM Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.089 KB) | DOI: 10.24076/pikma.v4i1.578

Abstract

Tujuan penelitian adalah menguraikan Penggambaran bentuk-bentuk fatherhood di film Indonesia era 2000-an. Penelitian ini menarik dilakukan karena hasil survei menyatakan Indonesia merupakan negara ketiga di dunia sebagai negara tanpa ayah (fatherless country). Padahal ditengarai sejak awal abad ke-21, di Amerika Serikat muncul kecenderungan peningkatan keterlibatan laki-laki sebagai bagian integral kegiatan domestik, sekaligus peran dan tanggung jawab ayah dalam pengasuhan anak. Untuk itu, penelitian ini menganalisis 10 karakter ayah di film Indonesia produksi tahun 2000-2020. Metode penelitian menggunakan analisis isi untuk mengambarkan bentuk fatherhood mengunakan fathering indicator framework sebagai alat ukurnya. Temuan penelitian menunjukkan film Indonesia era 2000-an menggambarkan ayah sebagai sosok yang tidak hanya berperan sebagai pemberi nafkah, tetapi juga berperan sebagai supportive dan cooperative caregiver, role model yang baik, termasuk menjadi bagian integral urusan domestik. Pergeseran Penggambaran fatherhood dipengaruhi konteks sosio kultural dan trend sosial di dunia yang terkait dengan sistem patriarki.
Transportasi Isu Autisme Penonton Film: Analisis Fenomenologi Interpretatif Pengalaman Transportasi Para Ibu di Film My Name Is Khan Sri Wijayanti
Jurnal Media dan Komunikasi Indonesia Vol 1, No 1 (2020): March
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmki.51252

Abstract

Studi ini dilatarbelakangi kepedulian tentang arti penting pemahaman yang benar mengenai autisme. Selama ini, di kalangan masyarakat, isu autisme masih lazim disalahpahami. Film merupakan sarana yang tepat untuk mensosialisasikan isu autisme kepada khalayak sasaran. Karakteristik film dianggap dapat memenuhi gagasan narasi sebagai media persuasi. Untuk itu, studi ini bertujuan memperoleh pemahaman mendalam pengalaman transportasi isu autisme pada ibu sebagai penonton film My Name Is Khan (MNIK), yang diharapkan berperan besar dalam sosialisasi autisme. Transportasi dipahami sebagai pengalaman personal yang menyediakan sarana perjalanan imajiner di dunia narasi melalui keterlibatan individu terhadap pesan narasi. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori Transportation Imagery Model (TIM) Green dan Brock yang kali ini melihat transportasi sebagai pengalaman personal dengan Interpretative Phenomenological Analysis sebagai analisis datanya. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman mendalam dengan pendekatan idiografis mengeksplorasi pemaknaan pengalaman transportasi penonton film sebagai target persuasi dengan menjelaskan identifikasi dan interaksi parasosial sebagai bentuk keterlibatan dan cara pengolahan pesan persuasif. Secara teoritis, temuan penelitian ini mengembangkan konsep transportasi sebagai mediated relationships dalam kaitannya dengan studi persuasi narasi. Sedang secara metodologi, penelitian ini menunjukkan bahwa studi transportasi dengan pendekatan fenomenologi memungkinkan eksplorasi nuansa kontekstual dan intersubyektif individu yang mengalaminya. Sementara secara praktis, temuan penelitian ini berguna bagi para komunikator kesehatan yang ingin menggunakan film sebagai media persuasi, dengan mempertimbangkan peran penting transportasi individu sebagai strategi formulasi pesan. 
Representasi Karakter Autis Dalam Film Dancing in The Rain Sarah Novita Diah; Sri Wijayanti
Jurnal Media dan Komunikasi Indonesia Vol 1, No 2 (2020): September
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmki.57281

Abstract

This research Focuses on how Indonesian movie portrays an autistic character. The Importance point of this research is because there is some misunderstanding around the society about people with autism. Dancing in The Rain is the most recent movie in Indonesia that held on 2018 and portrays about people with autism. That’s why this movie as an object for this research. This research used semiotic analysis by Roland Barthes, to giving enlightenment to the society about people with autism. This research finds that autistic character still used as a commodity to get sympathy from the audience. The interesting result that has been found for this movie, that this movie describe how people with autism can improve their social development as long as they grow up and get an autistic therapy.
Representasi Karakter Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Film Wonderful Life Khansa Nur Aini; Sri Wijayanti
WIDYAKALA: JOURNAL OF PEMBANGUNAN JAYA UNIVERSITY Vol 9, No 2 (2022): Urban Lifestyle and Urban Development
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UPJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.894 KB) | DOI: 10.36262/widyakala.v9i2.519

Abstract

Stigma negatif ibu sebagai orang tua tunggal, terlebih dengan kondisi memiliki anak berkebutuhan khusus di masyarakat melatarbelakangi penelitian ini dilakukan. Untuk itu penelitian ini bertujuan menjelaskan penggambaran ibu sebagai orang tua tunggal dengan anak berkebutuhan khusus di film Wonderful Life. Metode penelitian menggunakan semiotik Roland Barthes agar dapat memberikan pencerahan pada masyarakat terkait stigma negatif ibu tunggal. Hasil penelitian ini menemukan bahwa karakter ibu tunggal masih dijadikan sebagai komoditas untuk menarik simpati. Ibu tunggal dalam praktik budaya patriarki yang berlaku di Indonesia khususnya pada lingkup keluarga, masih diposisikan sebagai subordinat. Temuan penelitian ini mengkonfirmasi sejumlah mitos ibu tunggal di masyarakat. Diantaranya ibu tunggal objek seksualitas, perilaku anak merupakan tanggung jawab ibu, ketidakberdayaan perempuan sebagai ibu tunggal, dilema ibu tunggal sebagai economic provider, dan ketergantungan ibu tunggal pada support systems keluarga.
Representasi Feminisme Dalam Karakter Pahlawan Perempuan Captain Marvel Naurissa Biasini; Sri Wijayanti
WIDYAKALA: JOURNAL OF PEMBANGUNAN JAYA UNIVERSITY Vol 8 (2021): Special Issue : Design Lifestyle And Behavior
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UPJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.81 KB) | DOI: 10.36262/widyakala.v8i0.393

Abstract

Abstract — One of the film genres with an extraordinary development is film with the theme of heroism. Various film producer companies such as Marvel Entertainment, Warner Brothers, and Disney are competing to produce hero-themed films that always attract the attention of the audience. However, Marvel Entertainment has put more emphasis on male hero characters, until in 2019 there is a female hero character who has her own film, Captain Marvel. This is interesting because usually women in films are shown only as supporting characters for male heroes. Therefore, this study aims to see how feminism is represented in the character of Captain Marvel. This study will use Roland Barthes' Semiotics research method to see the symbols used to describe the values of Feminism displayed by this character, supported by Communication Theory and Feminism Theory related to mass media, especially films. The results showed that the character of Captain Marvel is depicted as a female figure who has greater strength than men and shows some values of radical and liberal feminism. In the film, Marvel Entertainment unfortunately has to show that Captain Marvel must have super power before recognized or considered superior to men.Keywords: Film, Feminism, Captain Marvel, Captain Marvel, Roland Barthes SemioticAbstrak — Salah satu genre film dengan perkembangan yang luar biasa adalah film yang bertemakan kepahlawanan. Berbagai perusahaan produsen film seperti Marvel Entertainment, Warner Brothers, hingga Disney berlomba-lomba menghasilkan film-film bertema kepahlawanan yang selalu menarik perhatian penonton. Namun selama ini Marvel Entertainment lebih menekankan pada tokoh-tokoh pahlawan pria, hingga pada tahun 2019 ada karakter pahlawan perempuan yang memiliki filmnya sendiri yaitu Captain Marvel. Hal ini menarik karena biasanya perempuan dalam film ditampilkan hanya sebagai karakter pendukung pahlawan pria. Karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana representasi Feminisme dalam sosok karakter Captain Marvel. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian Semiotika Roland Barthes untuk melihat simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan nilai-nilai Feminisme saja yang ditampilkan oleh karakter tersebut, didukung dengan Teori Komunikasi dan Teori Feminisme yang berkaitan dengan media massa terutama film. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa karakter Captain Marvel digambarkan sebagai sosok perempuan yang memiliki kekuatan yang besar dari laki-laki dan menunjukkan beberapa nilai feminism radikal maupun liberal. Dalam film yang diteliti, Marvel Entertainment sayangnya harus menampilkan Captain Marvel memiliki kekuatan super terlebih dahulu untuk dapat diakui atau dianggap lebih hebat dari pria.     Kata Kunci: Film, Feminisme, Captain Marvel, Semiotika Roland Barthes
Representasi Karakter Autis Dalam Film-Film Indonesia Sri Wijayanti; Isti Utami
WIDYAKALA: JOURNAL OF PEMBANGUNAN JAYA UNIVERSITY Vol 9, No 1 (2022): Urban Lifestyle and Urban Development
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UPJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.031 KB) | DOI: 10.36262/widyakala.v9i1.503

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi kepedulian arti pentingnya pemahaman yang benar terkait autis. Untuk itu, penelitian ini bertujuan menjelaskan penggambaran autis melalui karakter yang ditampilkan dalam film-film Indonesia yang diproduksi pada kurun 2013-2018. Film dipandang berperan besar dalam upaya sosialisasi isu autisme yang sampai saat ini masih lazim disalahpahami masyarakat. Sehingga mengakibatkan stigma dan perilaku diskriminatif terhadap penyandang autis dan keluarganya. Metode penelitian yang digunakan adalah semiotika Barthes untuk dapat mengungkap representasi autis yang ditampilkan melalui karakter Abang (film Malaikat Juga Tahu), karakter Budi (film Malaikat Kecil) dan karakter Banyu (film Dancing In The Rain). Hasil penelitian menemukan bahwa film-film Indonesia masih menempatkan penyandang autis sebagai kelompok marginal dan sebagai bagian dari disabilitas yang digunakan sebagai komoditas penarik simpati. Temuan menarik lainnya, menampilkan sejumlah kriteria penyandang autis. Di satu sisi, penyandang autis cenderung menampilkan laki-laki, berlangsung seumur hidup, berasal dari kalangan menengah atas, senantiasa ada caregiver yang mendampingi, mendapatkan perilaku diskriminatif sampai digambarkan hiperpositif sehingga tampak kurang realistis. Namun, disisi lainnya, penyandang autis juga ditampilkan memiliki kemandirian dalam kehidupan keseharian, kelebihan dibidang tertentu, kesamaan karakteristik serta kepekaan perasaan.
Edukasi Pola Komunikasi Keluarga dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Fathiya Nur Rahmi; Sri Wijayanti; Suci Marini Novianty; Isti Purwi Tyas Utami
Wikrama Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 2 (2023): November 2023
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jpmwp.v7i2.5572

Abstract

Pola komunikasi keluarga yang efektif merupakan dasar dari pembentukan karakter anak. Namun dalam penerapannya, mitra yang terdiri dari guru, orang tua, dan anak memiliki permasalahan utamanya yang muncul pada masa transisi pandemi Covid-19 seperti munculnya rasa kecemasan dan ketidakpastian. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai implementasi pola komunikasi keluarga dalam membentuk karakteristik anak usia dini dan implementasi pola komunikasi reflektif dalam menghadapi masa transisi pandemi Covid-19. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk seminar dengan peserta yang terdiri dari orang tua siswa dan guru serta menghadirkan pembicara dengan bidang keilmuan Ilmu Komunikasi dan Ilmu Psikologi. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah, terdapat peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta mengenai implementasi pola komunikasi keluarga dalam membentuk karakteristik anak usia dini dan implementasi pola komunikasi reflektif dalam menghadapi masa transisi pandemi Covid-19 sebesar 37% ditunjukan dengan selisih rata-rata skor pengetahuan dan pemahaman di awal dan akhir setelah pemaparan materi seminar. Implikasi kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah materi seminar dapat membantu pihak sekolah dan orang tua dalam menerapkan prinsip komunikasi reflektif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga orang tua dan siswa dapat mengatasi ketidakpastian kognitif dan sikap di masa transisi pandemi Covid-19.
Instagram Sebagai Medium Pesan Komunitas Ibu Tunggal di Indonesia (Studi Netnografi di Akun Instagram @singlemomsindonesia) Ade Noviani; Sri Wijayanti
Jurnal Netnografi Komunikasi Vol. 1 No. 1 (2022): Jurnal Netnografi Komunikasi Volume 1 No. 1 Tahun 2022
Publisher : Communication Science Department - Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Satya Negara Indonesia (USNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.058 KB) | DOI: 10.59408/netnografi.v1i1.1

Abstract

The virtual community of Indonesian Single Mothers on Instagram, Single Moms Indonesia (SMI), is an interesting study in relation to the development of technology and communication. The depiction of messages conveyed through social media Instagram @singlemomsindonesia in the context of themes, functions, and messages before and after the pandemic as well as the responses of followers on Instagram is one of the important and interesting things to study. For this reason, this study uses the netnographic method by using the concepts of group communication, virtual communities, persuasive messages, and social media as the analytical tools. The research data was obtained through analysis of posts on Instagram for the period November 2019 – June 2020 and in-depth interviews with followers of the Instagram account @singlemomsindonesia who are single mothers. The research findings show that the message themes that often appear are stories and messages for single mothers with a message function, namely social functions and the form of messages that often appear is conveyed in the form of posters. The response of Instagram followers @singlemomsindonesia showed a positive response through messages uploaded on Instagram, informants felt they had support from other parties. The SMI community on Instagram is the right place to convey messages to marginalized groups and maintain the existence of the community in the digital era as evidenced by the SMI community is one of the single mother virtual communities that has the most followers compared to others.
ETHICAL DISCOURSE OF DOXING IN INDONESIAN TWITTER USERS Suci Marini Novianty; Sri Wijayanti; Jihad Muamar
Jurnal InterAct Vol. 12 No. 1 (2023): Jurnal InterAct
Publisher : School of Communication - Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/interact.v12i1.4134

Abstract

Indonesia sebagai negara mayoritas kelima pengguna Twitter di dunia, menjadikan platform ini sebagai dunia maya populer untuk mencari informasi dan kumpulan opini dengan tujuan memenuhi keinginan rasa ingin tahu, pengetahuan, kebencian, suka, atau topik apapun yang dianggap menarik untuk dibicarakan. Tidak jarang diskusi semacam itu mengarah pada perdebatan penting atau sepele yang membuat seseorang mengungkapkan informasi kredensial lawan mereka. Tindakan mengungkapkan informasi kredensial tentang lawan mereka disebut 'doxing'. Namun demikian, fenomena doxing adalah paradoks, karena beberapa orang mungkin mengatakan doxing dapat terjadi dengan niat jahat, sementara yang lain menganggap doxing sebagai perbuatan baik mengungkapkan aktor kasus kriminal atau tidak bermoral. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk membahas "apa wacana etis untuk aktivitas doxing di kalangan pengguna Twitter Indonesia?". Kasus doxing yang menjadi subjek kajian tulisan ini adalah kasus viral Natalie, Rizky Billar, Gilang 'Bungkus', akun whistle blower anonim, dan dugaan penipuan. Metode dalam tulisan ini adalah kajian wacana kritis, dengan menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi. Hasilnya, tulisan ini menemukan bahwa doxing adalah wacana terbuka yang memiliki kemungkinan untuk diperluas sesuai dengan pluralitas masyarakat, dinamika pemerintah, dan pembatasan kebebasan berbicara di bidang frekuensi publik. 'Doxing Netral' adalah terminologi baru yang diusulkan makalah ini yang percaya bahwa kecukupan doxing terletak pada tujuannya. Kesimpulannya, dalam hak apa pun ada batasan etis untuk mengetahui apakah ada lebih banyak manfaat dalam melakukannya. Ketika, orang memiliki hak untuk mengakui informasi mengenai kesejahteraan mereka maka doxing dapat diterima, juga berlaku sebaliknya. Selain itu, kami percaya bahwa itu berkompromi dengan tujuan doxing.