Kerusakan mesin atau ketidaktersediaan perkakas potong seringkali menjadi masalah di lantai produksi yang membuat keefektifan mesin menjadi tidak maksimal. Tingkat keefektifan mesin atau Overall Equipment Effectiveness (OEE) dapat dihitung dengan cara menghitung tingkat availabilitas, performansi dan kualitasnya. Objek penelitian pada penelitian ini adalah FMS yang terdiri dari empat mesin CNC milling indentik yang tersusun secara paralel. Setiap mesin memiliki empat perkakas potong yang bertugas untuk memproduksi 15 part yang berbeda-beda setiap harinya. Pada penelitian ini dilakukan 12 percobaan yang merupakan kemungkinan dari kerusakan mesin dan ketidaktersediaan perkakas potong tersebut. Masing-masing percobaan dihitung nilai availabilitas dan performansinya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa faktor availability dipengaruhi oleh kerusakan mesin dan faktor performance dipengaruhi oleh kerusakan mesin dan ketidaktersediaan perkakas potong. Nilai OEE yang paling besar adalah ketika tidak terdapat mesin ataupun perkakas potong yang rusak jika hanya diperbolehkan 1 shift dalam satu hari. Namun, jika terdapat 2 shift, maka eksperimen ke-11 (mesin 3 dan 4 dalam keadaan rusak) memiliki nilai OEE yang terbaik. Dari percobaan juga diperoleh bahwa perkakas potong D yang tidak siap mengakibatkan turunnya nilai OEE yang paling besar dibanding dengan perkakas potong lainnya. Hal ini karena perkakas potong D memproduksi part yang membutuhkan waktu proses paling lama. Karena itu, langkah yang perlu dilakukan perusahaan adalah menerapkan preventive maintenance pada keempat mesin dengan memperhatikan perkakas potong D lebih dari perkakas potong lainnya. Kerusakan mesin atau ketidaktersediaan perkakas potong seringkali menjadi masalah di lantai produksi yang membuat keefektifan mesin menjadi tidak maksimal. Tingkat keefektifan mesin atau Overall Equipment Effectiveness (OEE) dapat dihitung dengan cara menghitung tingkat availabilitas, performansi dan kualitasnya. Objek penelitian pada penelitian ini adalah FMS yang terdiri dari empat mesin CNC milling indentik yang tersusun secara paralel. Setiap mesin memiliki empat perkakas potong yang bertugas untuk memproduksi 15 part yang berbeda-beda setiap harinya. Pada penelitian ini dilakukan 12 percobaan yang merupakan kemungkinan dari kerusakan mesin dan ketidaktersediaan perkakas potong tersebut. Masing-masing percobaan dihitung nilai availabilitas dan performansinya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa faktor availability dipengaruhi oleh kerusakan mesin dan faktor performance dipengaruhi oleh kerusakan mesin dan ketidaktersediaan perkakas potong. Nilai OEE yang paling besar adalah ketika tidak terdapat mesin ataupun perkakas potong yang rusak jika hanya diperbolehkan 1 shift dalam satu hari. Namun, jika terdapat 2 shift, maka eksperimen ke-11 (mesin 3 dan 4 dalam keadaan rusak) memiliki nilai OEE yang terbaik. Dari percobaan juga diperoleh bahwa perkakas potong D yang tidak siap mengakibatkan turunnya nilai OEE yang paling besar dibanding dengan perkakas potong lainnya. Hal ini karena perkakas potong D memproduksi part yang membutuhkan waktu proses paling lama. Karena itu, langkah yang perlu dilakukan perusahaan adalah menerapkan preventive maintenance pada keempat mesin dengan memperhatikan perkakas potong D lebih dari perkakas potong lainnya.