Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PROSPEK PEMANFAATAN METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN PATOGEN PADA TANAMAN KARET arief rachmawan; Cici Indriani Dalimunthe
Warta Perkaretan Vol. 36 No. 1 (2017): Volume 36, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.223 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v36i1.324

Abstract

Penyakit tanaman akan terus menjadi faktor pembatas tercapainya produksi pertanian yang optimal. Hal ini menuntut para fitopatologis terus melakukan riset untuk mencari berbagai taktik pengen-daliannya. Pestisida sintetis sebaiknya tidak menjadi pengendali utama karena banyaknya efek negatif. Pemanfaatan pestisida nabati menjadi alternatif dalam pengendalian penyakit. Pestisida nabati memiliki keunggulan diantaranya ramah lingkungan, mudah terdegradasi, sumber daya lokal melimpah,murah, serta sejalan dengan konsep pertanian berkelanjutan. Artikel ini memberikan informasi mengenai jenis metabolit sekunder tanaman dan jalur pembentukannya, serta prospek pemanfaatan metabolit tersebut sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan penyakit pada tanaman karet. Besarnya keanekaragaman hayati tumbuhan menghasilkan aneka jenis metabolit sekunder yang berpotensi sebagai pestisida nabati. Total ratusan ribu jenis tumbuhan yang sudah dikenal memiliki efek medisinal, banyak yang diteliti dan dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Produk pestisida nabati untuk tanaman hortikultura mulai banyak dikomersialkan. Pada tanaman karet, pemanfaatan pestisida nabati masih pada tahap penelitian,dan belum sampai tahap formulasi produk komersial. Oleh karena itu diperlukan langkah strategis dan arah yang jelas terkait penelitian pestisida nabati pada tanaman karet  diantaranya berupa eksplorasi dan pendataan pestisida nabati potensial, isolasi dan pemurnian bahan aktif pestisida nabati serta studi mekanisme kerja pestisida nabati.
PERAN MIKROBA ENDOFITIK PADA BIJI KARET (Hevea Brasiliensis) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN Radite Tistama; Cici Indriani Dalimunthe
Warta Perkaretan Vol. 36 No. 2 (2017): Volume 36, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (863.216 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v36i2.391

Abstract

Perkecambahan dan pertumbuhan awal biji karet bervariasi dipengaruhi oleh tingkat viabilitas biji. Mikroba endofitik diduga berperan penting dalam menjaga viabilitas karet. Penelitian ini bertujuan untuk menguji spesies-spesies mikroba endofitik di dalam biji karet viabilitas tinggi (vigor) maupun biji viabilitas rendah (kurang vigor) perannya dalam pertumbuhan biji karet. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan tujuh perlakuan dan lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat spesies jamur Trichoderma viridae, Trichoderma koninggi, Aspergillus flavus dari biji vigor tinggi mampu menekan pertumbuhan Penicillium sp dari biji kurang vigor yang merupakan satu-satunya mikroba yang dapat diisolasi. T viridae, T. koninggi dan A. flavus menghambat pertumbuhan Penicillium sp. secara in vitro. Aplikasi masing-masing jamur tersebut mempercepat masa perkecambahan biji karet, pertumbuhan tanaman dan mempengaruhi arsitektur akar tanaman karet. Kata kunci: Hevea brasiliensis, mikroba endofitik, perkecambahan biji.
POTENSI ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN PESTALOTIOPSIS PADA TANAMAN KARET DI LABORATORIUM DEVI YANI INDAH SAHARA; Irna SYOFIA; Hilda Syafitri DARWIS; Cici Indriani DALIMUNTHE
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 40, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v40i2.791

Abstract

Pestalotiopsis microspora penyebab penyakit gugur daun pada tanaman karet menjadi salah satu faktor pembatas terhadap produksi tanaman karet. Daun karet yang gugur akibat penyakit ini menyebabkan tajuk tanaman menjadi tipis dan tanaman kehilangan produksi lateks lebih dari 30%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi asap cair tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dalam menghambat pertumbuhan P. microspora. Penelitian ini dilakukan secara in vitro dengan metode peracunan media menggunakan rancangan percobaan acak lengkap (RAL) non-faktorial yang terdiri atas lima perlakuan dan empat ulangan, yaitu konsentrasi asap cair 0%, 1%, 2%, 3%, dan 4%. Peubah yang diamati adalah diameter koloni pertumbuhan P. microspora, berat basah dan berat kering isolat P. microspora, serta efektivitas daya hambat asap cair terhadap P. microspora. Hasil penelitian berdasarkan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) 1% menunjukkan bahwa perlakuan asap cair TKKS menghambat secara nyata pertumbuhan P. microspora. Perlakuan asap cair dengan konsentrasi 3% mampu menekan pertumbuhan P. microspora lebih dari 60%, bahkan sampai 100% pada perlakuan konsentrasi 4%.
ISOLASI DAN UJI ANTAGONIS BAKTERI ASAL TANDAN KOSONG SAWIT YANG DIAPLIKASIKAN PADA AREAL TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (R. microporus) Priyo Adi Nugroho Nughoro; Cici Indriani Dalimunthe
Agro Estate Vol 4 No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Institut Teknologi Sawit Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47199/jae.v4i2.71

Abstract

Uji antagonis terhadap jamur R. microporus telah dilakukan pada delapan isolat bakteri di laboratorium proteksi Balai Penelitian Sungei Putih. Isolat-isolat tersebut diisolasi dari permukaan TKKS yang diaplikasikan pada areal perkebunan karet. Media nutrient agar (NA) digunakan dalam isolasi dan pemurnian bakteri. Uji antagonis dilakukan secara in vitro dengan metode Dual Culture dan diamati pada 2,4,6, dan 8 hari setelah inokulasi (HSI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa delapan isolat bakteri memiliki karakter morfologi (warna, bentuk, tepian dan elevasi) serta kemampuan penghambatan jamur R. microporus yang berbeda. Penghambatan oleh bakteri mulai terlihat pada 2 HSI terutama pada isolat B2, B3, B4, dan B7. Persentase penghambatan masing-masing isolate tersebut adalah 30%, 60%, 65% dan 69%. Hingga 8 HSI, isolat B2, B3, B4, B6, B7 dan B8 mampu menghambat perkembangan jamur R. microporus ≥ 80%. Isolat B3 dan B4 memiliki kemampuan antagonisme yang paling baik dengan persentase penghambatan ≥ 95%. Sedangkan isolat B1 dan B5 hanya dapat menghambat perkembangan jamur R. microporus ≤ 50%. Eksistensi bakteri-bakteri antagonis inilah yang kemungkinan besar menyebabkan TKKS tidak menjadi inang penyakit jamur akar putih (R. microporus) ketika diaplikasikan di lapangan. The antagonistic assay of eight isolates of bacteria against R. microporus fungi has been conducted in the Plant Protection Laboratory of Sungei Putih Research Centre. The isolates of bacteria were isolated by the surface of oil palm empty fruit bunches (TKKS) applied in the rubber field. Nutrient agar (NA) was employed in the isolation and purification of bacteria. The antagonistic assay was carried out in vitro using the dual culture method. The observation was performed on 2, 4, 6, and 8 days after incubation (HSI). The result indicated that the eight isolates have varied morphological characters (including color, shape, edge, and elevation) and their inhibition ability of R. microporus fungi as well. The initial inhibition by the isolates of bacteria was started since 2 HSI particularly in the isolates B2, B3, B4, and B7. The inhibition percentage of those isolates were 30%, 60%, 65% dan 69% respectively. Until 8 HSI, the isolates B2, B3, B4, B6, B7 and B8 were still inhibiting the growth of R. microporus fungi > 80%. The isolates B3 and B4 showed the best performance in the inhibition of fungi with inhibition percentage > 95%. Whereas, the ability of inhibition of the isolate B1and B5 were very low as < 50%. The existence of such antagonistic bacteria perhaps led to TKKS was not role as the host of white root disease while applied in the rubber field.