Tuhoni Telaumbanua
STT Banua Niha Keriso Protestan Sundermann Nias

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kaum Milenial & Kebudayaan Nias: Di Persimpangan Jalan Tuhoni Telaumbanua
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 12 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.19

Abstract

This article is intended to explicate how to assist the millennial generation of Ono Niha not to be uprooted from the Nias identity amid globalization and encourage them to participate in preserving Niasan culture. Through the social-historical analysis, this article appeals to the millennial generation not to be alienated from their own culture but participate in cultural conservation. Therefore, it is crucial to conduct a dialogue with millennials by presenting their origins, strengthening the family as a cultural home. Through formal education, the young generation is educated to recognize their cultural values and local wisdom as cultural heritage. Empowering them as subjects and objects of culture is one of the practices to understand local wisdom in the context of Nias. Moreover, increasing institutional roles in preserving various cultural elements are part of the way to increase the interest of millennial to learn their existence, identity, and culture.
Dunia Orang Mati Menurut Kepercayaan Masyarakat Nias Tuhoni Telaumbanua
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 14 No. 1 (2021): June 2021
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v14i1.49

Abstract

Tulisan ini membahas tentang pergumulan masyarakat Nias (Ono Niha), yang adalah salah satu suku tertua yang mendiami kepulauan Nias, tentang “dunia orang mati”. Pada satu sisi Ono Niha telah memiliki kebudayaan yang tinggi, serta system kepercayaan yang telah dihidupi ribuan tahun dari generasi ke generasi. Tetapi pada sisi lain, sejak tahun 1865, melalui Pekabaran Injil oleh RMG dan NLG, secara bertahap Ono Niha menjadi pengikut Kristus.  Akan tetapi, walaupun sudah lebih 150 Tahun kekristenan di Nias, Ono Niha masih terus bergumul tentang iman kekristenan. Salah satu pergumulan iman warga jemaat adalah terkait dengan “dunia orang mati”. Apakah kematian itu? Benarkan roh-roh memasuki komunitas dunia orang mati?  Pada realita, Ono Niha yang masih setia dalam melaksanakan adat-istiadatnya, masih banyak yang percaya bahwa roh-roh nenek moyang adalah pemberi berkat atau bisa marah dan mendatangkan kutuk bila keturunannya tidak memenuhi tuntutan nenek moyang ketika mereka hidup. Persoalan lainnya adalah terjadinya kerasukan atau kesurupan yang dialami oleh warga jemaat, baik orang dewasa dan remaja. Di sini terjadi konflik dalam diri Ono Niha, karena pihak gereja memahami bahwa semua unsur kepercayaan lama adalah unsur kekafiran dan tergolong okultisme. Namun pada sisi lain, Ono Niha masih mempercayai dan menghayatinya. Untuk mengetahui sistem kepercayaan Ono Niha tentang dunia orang mati, dalam tulisan ini akan dikemukakan pemahaman tentang diri manusia menurut Ono Niha, serta kepercayaan Ono Niha tentang kematian dan dunia orang mati. Interaksi dan dampak dari perjumpaan kebudayaan dan agama lama Ono Niha dengan Kekristenan akan dijelaskan pada bagian akhir tulisan.
Böwö Wangowalu: Perlukah Ditransformasi? Intan Tri Kristiani Gulo; Tuhoni Telaumbanua
SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan Vol. 14 No. 2 (2021): Desember 2021
Publisher : STT BNKP Sundermann

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36588/sundermann.v14i2.64

Abstract

Böwö (maskawin) dalam adat istiadat Nias sangat penting dalam melangsungkan pesta pernikahan. Böwö memiliki arti yang sangat dalam yaitu cinta kasih (masi-masi). Seringkali makna böwö luruh menjadi böli gana’a (merujuk kepada pengantin perempuan). Akibat dari pergeseran makna ini, maka terjadi persoalan yang dapat bermuara pada kemiskinan, keluarga tidak harmonis, dan keengganan menikah dengan perempuan Nias. Dari masalah yang terjadi ini, maka tujuan penelitian ialah mencari tahu sejauh mana pemahaman teologis, praktek, dan juga dampak dari tingginya nilai nominal böwö. Selain itu, penulis juga meneliti peran orang tua dalam membangun prespektif yang benar terhadap böwö. Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian yaitu wawancara dan observasi. Masyarakat Nias mengatakan bahwa makna dari pada böwö telah mengalami pergeseran; hal utama bagi orang tua dalam menentukan böwö bukanlah kasih (masi-masi) tetapi ukuran tingkat pendidikan perempuan. Oleh karena itu, demi kehidupan yang harmoni, sejahtera, maka dibutuhkan transformasi pada pemahaman, sistem, dan tata cara böwö di Nias. Untuk mewujudkan transformasi ini, dibutuhkan keterlibatan banyak pihak, terutama keluarga, penatua adat, gereja dan pemerintah, sehingga adat Nias sebagai identitas tetap lestari, dan mendatangkan berkat dalam kehidupan masyarakat.