Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Learning Design of Citizenship Education in Indonesia After Ahok Tragedy, a Shape of Social Media and Critical-Literacy in Educational Process Husniyatus Salamah Zainiyanti; Atmari Atmari
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 11 No 1 (2018): FEBRUARI
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/tarbiyatuna.v11i1.266

Abstract

From the fist decade when Soekarno declared Indonesia as Pancasila State, until 71th independence nowaday. Educationally, Indonesia had not an ideal concept how to indoctrine its form of pluralistic cultures and religions, which were emerged and lived in. Differently from another democratic countries, like USA, Australia, and Europian-Community, which faced the multi-ethnic diaspora, new social movement groups, and imigrant people, they reconcile the new concept of citizenship education system within social and cultural changs, as well as they faced. In facts, citizenship education often deliver as a political education as usual. There are no new approaches and systimatic curricular changes to adopt and adapt what presently heppend in the grassroot-society. So that, this articles will explore some progresive problems that shifted the pluralistic stance of Indonesian People. Eventually, in based on educational system and teaching learning posses in general school. The ultimate aims are growing approaches to teach pure Indonesian citizenship values, seem like, what democratic countries did for their citizen, after political abnormal contestation, such as the rise of radicalism, ethnic or racial conflict, and so on. Thus, this article also will focuss on ‘Ahok Tragedy’ which are re-contested a a living historical conflict; Islamic and Nationalist stance of Indonesian identity.
Kontribusi Al-Syafi’i Dalam Masalah Ikhtilaf Al-Hadits Atmari Atmari
Fikroh: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam Vol. 8 No. 2 (2015): Fikroh: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Al Azhar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37812/fikroh.v8i2.5

Abstract

Kajian hadis-hadis bertentangan telah dimulai sejak sebelum masa al-Syafi’i. Namun, baru di tangan al-Syafi’i, kajian ini menemukan bentuk teoretisnya terutama melalui karya yang berjudul Ikhtilâf al-Hadîts. Karya ini muncul sebagai bagian dari usaha al-Syafi’i dalam mengkonstruksi bangunan fikih, terutama aliran ahli hadis dengan memberikan penguatan pada basis teoretisnya untuk menghadapi serangan ahli ra’yu, inkar al-Sunnah, dan kelompok Kalam. Al-Syafi’i merasa berkepentingan meneguhkan eksistensi sunnah dengan segala variannya. Secara intern, al-Syafi’i harus menghadapi dan menyelesaikan problem hadis-hadis yang saling bertentangan yang merupakan celah yang dapat dimanfaatkan kaum yang menolak hadis sebagai bagian dari syariah. Di sinilah perlunya mengetahui perjalanan awal Mukhtalif al-Hadîts. Kata Kunci: Mukhtalif, Ikhtilaf, Hadis, al-Syafi’i
Islamisme dan Post-Islamisme Kyai: Memantapkan Nalar dan Sikap Islamisme Ala Intelektual Pesantren Atmari Atmari
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars No Series 1 (2018): AnCoMS 2018: Book Series 1
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.667 KB) | DOI: 10.36835/ancoms.v0iSeries 1.109

Abstract

This paper is more inclined to the side of conception: how exactly Islamism and Post-Islamism is firmly held by the kyai as intellectual pesantren, not the only pesantren leader. Islamism and Post-Islamism are very consistent, transmitted, and transmitted to all communities around the pesantren, or exemplified and taught to the students in the pesantren environment. This paper also wants to highlight and describe some views of pesantren leaders who have works / ideas that are disseminated, rewritten, and can be read as intellectual products. This paper will be approached using phenomenological theory and symbolic interactionism, and the ethical procedures contained in qualitative research. As a result, based on this series of research, it is found that there is a consistent and changing pattern in the context of pesantren Islamic thought. The consistent thing is how the nationalist-religious epistemology construct that is held tehuh as the derivative legacy of the previous kyai. While that is changing is the way and the process of packaging a more modern pesantren-based scholarship study.
Jalan Keluar Dari Politik Identitas; Studi Antropologi Struktural Atmari Atmari
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 3 No 1 (2019): AnCoMS 2019
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.402 KB) | DOI: 10.36835/ancoms.v3i1.246

Abstract

Tulisan ini akan merespon pelbagai fenomena yang terjadi belakangan terkait dengan model politik identitas yang ada di Indonesia, termasuk di dalamnya bagaimana jalan keluar yang ditawarkan Islam untuk mengatasi fenomena tersebut. Secara pendekatan tulisan ini akan didekati menggunakan paradigma antropologi structural, yang berarti, proses pengkajian berdasarkan pada laman symbol-simbol yang digunakan untuk meningkatkan eskalasi politik identitas tersebut. Pada kesimpulannya, tulisan ini menemukan model politik bernama politik kebijaksanaan. Sebuah politik yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad di dalam membangun sistem nilai dan kenegaraan yang ada di Kota Madinah waktu itu. Nabi Muhammad menggunakan piagam madinah sebagai simpul dan symbol persatuan dan kesatuan yang disepakati bersama. Sama halnya dengan negara Indonesia yang meyakini sistem ideology Pancasila sebagai nilai tak tergantikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kontribusi Al-Syafi’i Dalam Masalah Ikhtilaf Al-Hadits Atmari Atmari
Fikroh: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam Vol. 8 No. 2 (2015): Fikroh: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Al Azhar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37812/fikroh.v8i2.5

Abstract

Kajian hadis-hadis bertentangan telah dimulai sejak sebelum masa al-Syafi’i. Namun, baru di tangan al-Syafi’i, kajian ini menemukan bentuk teoretisnya terutama melalui karya yang berjudul Ikhtilâf al-Hadîts. Karya ini muncul sebagai bagian dari usaha al-Syafi’i dalam mengkonstruksi bangunan fikih, terutama aliran ahli hadis dengan memberikan penguatan pada basis teoretisnya untuk menghadapi serangan ahli ra’yu, inkar al-Sunnah, dan kelompok Kalam. Al-Syafi’i merasa berkepentingan meneguhkan eksistensi sunnah dengan segala variannya. Secara intern, al-Syafi’i harus menghadapi dan menyelesaikan problem hadis-hadis yang saling bertentangan yang merupakan celah yang dapat dimanfaatkan kaum yang menolak hadis sebagai bagian dari syariah. Di sinilah perlunya mengetahui perjalanan awal Mukhtalif al-Hadîts. Kata Kunci: Mukhtalif, Ikhtilaf, Hadis, al-Syafi’i