Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Cateter Double Lumen pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis di RS X Jakarta Ni Luh Widani; Henni Suryandari
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 3 No 3 (2021): Agustus 2021, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v3i3.522

Abstract

Pasien gagal ginjal kronis stadium akhir membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal melalui hemodialisa. Prosedur hemodialisa membutuhkan akses keluar masukkan darah ke tubuh pasien yang diawali dengan pemasangan Cateter double lumen (CDL). Pasien terpasang CDL rentan mangalami infeksi karena azotemia. Infeksi dapat mempengaruhi kualitas dyalisis dan meningkatkan mortalitas. Tujuan penelitian untuk menganalisa faktor – faktor yang berhubungandengan kejadian infeksi pada pasien dengan pemasangan cateter double lumen (CDL ) di Instalasi dialisis RS X Jakarta. Desain penelitian kuantitatif, retrospective study, jumlah sample 151 dengan total sampling dari rekam medis Bulan Mei 2019 - Juni 2020. Pengumpulan data melalui lembar observasi karakteritik responden dan pemantauan adanya infeksi CDL dengan tanda hipertermi dan adanya pus lokasi tusukan. Hasil analisis bivariate dengan Phi Cramer didapatkan secara statistik ada hubungan antara riwayat diabetes mellitus p-value:0,028, lokasi insersi p-value: 0,005, dan lama pemasangan p-value :0,003 dengan kejadian infeksi cateter double lumen( CDL ) ; p<0,05. Tidak ada hubungan antara usia p-value 0,642, jenis kelamin p-value 0,389 dan kadar hemoglobin p-value 0,467. Disimpulkan lama pemasangan, lokasi inserti dan diabetes mellitus berpengaruh terhadap kejadian infeksi pada pasien dengan pemasangan cateter double lumen (CDL).
ANALISIS PENGARUH PENGGANTIAN RUTIN PENUSUKAN KATETER INTRAVENA DAN PENGGANTIAN SET INFUSE TERHADAP TERJADINYA PLEBITIS DI RS SINT CAROLUS JAKARTA Niluh Widani
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v3i1.48

Abstract

ABSTRAKPemasangan infus adalah prosedur  umum  pada pasien di rumah sakit dimana komplikasi yang umum terjadi adalah plebitis. Tujuan penelitian untuk menganalisa pengaruh penggantian rutin penusukan dan penggantian set infuse terhadap kejadian phlebitis. Metoda  penelitian   kuntitatif, desain Kohort, sample pasien dewasa diambil secara purposif sebanyak 247 sample, dilakukan pengamatan  tusukan infuse sejak pemasangan sampai   pencabutan. Data dikumpulkan menggunakan lebar observasi dan VIP score (Visual infusion phlebitis score). Hasil analisa mayoritas responden perempuan 140 (56.7%), rata-rata berusia 48.9 tahun, penyakit noninfeksi 151 (61.1%), nomor kateter iv 22: 193 (78.1%), lokasi penusukan di tangan 173 (70%), pemberian cairan isotonik 181 (73.3%), pemberian terapi bolus satu jenis 89 (36%), mendapat terapi drip 142 (57.5%), lama pemasangan 4 hari 63 (25.5%), tidak ada penggantian tusukan iv 169 (68.4%), set infuse drip diganti setiap pemberian 91 (36.8%) dan skala plebitis satu 12,6%. Analisa bivariateKendal’s tau C ada hubungan  pemberian terapi iv bolus (p=0.03), lama pemasangan kateter iv (p=0.00) terhadap terjadinya plebitis (p<0.05). Uji   Regresi logistik  didapatkan variabel independen  memberikan kontribusi kejadian plebitis sebesar 24.5%. Uji probabilitas disimpulkan responden yang tidak diganti tusukan infuse  rutin dan set drip secara rutin berisiko plebitis sebesar 100%. Diskusi: Hasil penelitian ini menyimpulkan pentingnya penggantian kateter intravena perifer  dan penggantian set infuse untuk pemberian terapi drip secara rutin untuk mencegah terjadinya plebitis. Kesimpulan: penelitian lebih lanjut menganalisa faktor risiko plebitis diluar faktor yang telah diteliti seperti faktor tetesan dan ketrampilan perawat dalam pemasangan infuse. Kata kunci :Penggantian Kateter Intravena, Set Infus, Plebitis ABSTRACTThe insertion of peripheral intravenous catheters  is a common practice in hospitals, where Phlebitis is the main local complication. This study attempts to analyze relationship of routine replacement Intravenous catheter insertion and routine replacement Intravenous infusion set to phlebitis. A quantitative-cohort design was used in this study.  Purposive sampling was utilized involving 247 adult patients.  The observation was conducted from insertion until intravenous catheters was retracted and the data was assessed using observation tool and VIP score (Visual infusion phlebitis score). The results found that the majority respondents were female (56.7%),  average age of 48.9 years old, diagnosed with noninfectious diseases (61.1%), utilized intravenous catheter number 22 (78.1%), hand insertion location  (70%), received isotones fluid (73.3%) with single bolus therapy (36%), received drip infusion (57.5%), duration of intravenous catheter of 4 days (25.5%), no intravenous replacement (68.4%), infusion drip replaced after therapy  (36.8%) and a  phlebitis scale of 12.6%. Kendal’s tau C statistical analysis revealed that there issignificant relationship between phlebitis  and intravenous therapy (p = 0.03), duration of intravenous catheter  (p = 0.00).  Logistic regression test showed that independent variable contributed 24.5% to phlebitis. The probability test concluded that respondents who were not replacing Intravenous catheter insertion and Intravenous infusion setregularly may develop phlebitis risk of 100%. It is implied the importance of replacement intravenous catheter and Intravenous infusion setroutinely to prevent phlebitis. For further research, it is suggested to analyze the risk factors of phlebitis such as nurse skills for intravenous catheter insertion.Keyword:  replacement Intravenous catheter insertion,  infusion set, Phlebitis
EFEK TERAPI MUSIK & DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN NYERI, FREKUENSI NADI, FREKUENSI PERNAPASAN PADA PASIEN KANKER PARU Aprillia Veranita; Ni Luh Widani; Wilhelmus Hary Susilo
Jurnal Mitra Kesehatan Vol. 1 No. 1 (2018): Jurnal Mitra Kesehatan
Publisher : STIKes Mitra Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47522/jmk.v1i1.7

Abstract

Pendahuluan: Kanker paru adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada paru-paru yang sering menimbulkan nyeri dan sesak napas. Manajemen nyeri yang tepat diperlukan untuk menangani respon nyeri.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik & Deep Breathing Exercise (DBE) terhadap penurunan nyeri, frekuensi nadi dan pernapasan pada pasien kanker paru. Metode: Penelitian ini merupakan studi  quasi experimental pre-post test with control group dengan teknik purposive sampling ,terdiri dari 86 responden kelompok intervensi dan 22 kelompok kontrol di RSUP Persahabatan. Nyeri diukur dengan Numeric Rating Scale (NRS). Analisis yang digunakan adalah Uji regresi linear berganda, Paired sampel t-test,  Independent t-test. Hasil: Hasil penelitian menunjukan perbedaan bermakna nilai skala nyeri, frekuensi pernapasan dan nadi  sebelum dan sesudah intervensi terapi musik dan Deep Breathing Exercise (DBE) (p=0,000). Kesimpulan: Penurunan skala nyeri, frekuensi pernapasan dan nadi kelompok intervensi lebih besar dari pada kelompok kontrol. Penelitian ini merekomendasikan terapi musik & DBE sebagai intervensi mandiri keperawatan untuk mengurangi nyeri kanker paru.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Cateter Double Lumen pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis di RS X Jakarta Ni Luh Widani; Henni Suryandari
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 3 No 3 (2021): Agustus 2021, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v3i3.522

Abstract

Pasien gagal ginjal kronis stadium akhir membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal melalui hemodialisa. Prosedur hemodialisa membutuhkan akses keluar masukkan darah ke tubuh pasien yang diawali dengan pemasangan Cateter double lumen (CDL). Pasien terpasang CDL rentan mangalami infeksi karena azotemia. Infeksi dapat mempengaruhi kualitas dyalisis dan meningkatkan mortalitas. Tujuan penelitian untuk menganalisa faktor – faktor yang berhubungandengan kejadian infeksi pada pasien dengan pemasangan cateter double lumen (CDL ) di Instalasi dialisis RS X Jakarta. Desain penelitian kuantitatif, retrospective study, jumlah sample 151 dengan total sampling dari rekam medis Bulan Mei 2019 - Juni 2020. Pengumpulan data melalui lembar observasi karakteritik responden dan pemantauan adanya infeksi CDL dengan tanda hipertermi dan adanya pus lokasi tusukan. Hasil analisis bivariate dengan Phi Cramer didapatkan secara statistik ada hubungan antara riwayat diabetes mellitus p-value:0,028, lokasi insersi p-value: 0,005, dan lama pemasangan p-value :0,003 dengan kejadian infeksi cateter double lumen( CDL ) ; p<0,05. Tidak ada hubungan antara usia p-value 0,642, jenis kelamin p-value 0,389 dan kadar hemoglobin p-value 0,467. Disimpulkan lama pemasangan, lokasi inserti dan diabetes mellitus berpengaruh terhadap kejadian infeksi pada pasien dengan pemasangan cateter double lumen (CDL).