Siti Sarah Aulia Amrullah
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan erupsi gigi permanen pada anak Siti Sarah Aulia Amrullah; Hendrastuti Handayani
Makassar Dental Journal Vol. 3 No. 1 (2014): Vol 3 No 1 Februari 2014
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.402 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v3i1.156

Abstract

Pada beberapa kasus, banyak ibu yang mengkhawatirkan jika gigi anak mengalami keterlambatan erupsi dibandingkan dengan gigi anak-anak pada umumnya. Gigi-geligi anak pada umumnya mulai erupsi pada usia sekitar 6-8 bulan dan lengkap sekitar pada usia 2 1 / 2 - 3 tahun. Selanjutnya, pada usia 6-12 tahun, gigi sulung mulai digantikan dengan gigi permanen. Gigi permanen lebih sering mengalami gangguan pada proses erupsi jika dibandingkan dengan gigi sulung. Gangguan proses tumbuh kembang baik gigi sulung maupun gigi permanen dapat mempengaruhi waktu erupsi. Variasi gangguan perkembangan gigi-geligi, biasanya baru dilihat bentuk kelainannya setelah erupsi. Keberagaman perkembangan gigi termasuk erupsi dapat berjalan normal, terlalu cepat, atau terlambat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lokal dan sistemik. Salah satu penyebab keterlambatan erupsi gigi permanen yaitu keterlambatan erupsi gigi sulung. Selain itu, keterlambatan erupsi juga dapat disebabkan karena ada gangguan pada proses tumbuh kembang, trauma, faktor nutrisi, atau pengaruh penyakit sistemik tertentu. Perbedaan waktu erupsi gigi permanen pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, hal ini penting untuk dipahami oleh seorang dokter gigi agar dapat menjelaskan kepada orang tua anak tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi setiap tahap perkembangan gigi.
Forsus: Sebuah alternatif peranti fungsional cekat untuk menangani maloklusi kelas II Siti Sarah Aulia Amrullah; Fika Anggreaningsi; Ashrifa Ismawahdani; Rika Damayanti Syarif
Makassar Dental Journal Vol. 3 No. 6 (2014): Vol 3 No 6 Desember 2014
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35856/mdj.v3i6.203

Abstract

Pada kondisi klinis, para ahli ortodontik sering mengalami dilema tentang cara terbaik dalam menangani kasus maloklusi kelas II yang ringan sampai sedang. Maloklusi kelas II merupakan tantangan utama dan paling umum yang dihadapi oleh para ahli ortodontik. Peranti fungsional sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan rahang bawah (RB) pada kondisi retrusi RB yang merupakan salah satu faktor penyebab kasus maloklusi kelas II. Peranti fungsional cekat merupakan pilihan terbaik jika pasien mulai dirawat setelah melewati masa pubertas atau selama akhir pubertas, dan hal ini juga meminimalisir tingkat kooperatif pasien. Pada sebagian besar kasus kelas II, retrusi fungsional RB perlu dipertimbangkan. Pencabutan merupakan tindakan yang kurang bijaksana dalam situasi tersebut. Forsus merupakan salah satu pilihan terbaik untuk koreksi maloklusi kelas II, terutama untuk pasien yang kurang kooperatif, dengan tingkat keberhasilan dalam jangka panjang yang stabil. Tujuan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan manfaat Forsus dalam menangani kasus maloklusi kelas II.