Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Teori Bigness S,M,L,XL pada Arsitektur Monumental Kota (Kasus: Paris, Dubai, dan Singapura) Marchelia Gupita Sari; Rachmat Taufick Hardi
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 3 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v3i1.106

Abstract

Sejarah perkembangan modernisme dalam arsitektur maupun urbanisme telah meninggalkan legasi berupa penekanan fungsional terhadap perancangan kota. Tipologi bangunan tinggi muncul karena perkembangan kebutuhan manusia sejak masa Chicago School hingga kini melanda kota-kota besar di seluruh dunia. Selain bangunan tinggi, skala bangunan atau kawasan yang didesain oleh para arsitek kerap kali sangat monumental hingga dapat dikatakan sebagai sesuatu yang terlepas dari konteks lingkungan sekitarnya. Rem Koolhaas menuangkan pikirannya mengenai keadaan deksriptif kota-kota saat ini ke dalam konsep yang diberi nama Bigness atau kemegahan. Bigness membicarakan bagaimana pengaruh skala bangunan terhadap konteks dari para arsitek dalam perancangan kota atau kawasan. Megaprojek maupun megabuilding menjadi fenomena kota di dunia dengan perwujudan bentuk beragam dalam variasinya karena menekankan kualitas sculptural. Koolhaas menggarisbawahi bahwa Generic City adalah kota tanpa identitas yang menjadi konsekusensi dari arus globalisasi, khususnya dalam arsitektur. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana konsep bigness diaplikasikan pada kota-kota global. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan content analysis. Kasus yang diambil untuk makalah ini adalah kota Paris, Dubai, dan Singapura. Hasil pembahasan adalah adanya pengembangan kota dari tabula rasa atau clean state terhadap Singapura dan Dubai. Baik dari Paris, Dubai,dan Singapura memiliki kesamaan tataruang , yaitu adanya cluster tematik di mana desain berasal dari sayembara maupun starchitect.
VERTICAL HOUSING DESIGN WITH BIOPHILIC APPROACH IN EAST JAKARTA Kevin Christian Immanuel; Rachmat Taufick Hardi; Hanugrah Adhi Buwono
Lakar: Jurnal Arsitektur Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/lja.v6i2.18477

Abstract

The city of Jakarta as the capital city of Indonesia is one of the areas that many people live in. The city of Jakarta is also the center of a rapidly growing economy in Indonesia, so that a large number of residents decide to settle there. This causes the issue of significant population growth every year. This population growth causes an increase in the need for a dwelling. With increasingly limited land in Jakarta, vertical housing such as apartments can be a solution to provide a residence with a large capacity on limited land. In addition, the location of the land to be discussed is in Jakarta Garden City, Cakung, East Jakarta. The East Jakarta area itself is an industrial area, this can be seen from the location of the Jakarta Garden City site which is surrounded by industrial buildings such as factories and warehouses. With the existence of industrial activities around the location causing the environment to be less good due to pollution. Therefore, the application of biophilic design as a design theme can be a solution to this environmental issue. Biophilic itself is a concept that focuses on the relationship between humans and nature or the surrounding environment. In the design process, a data search was conducted that focused on 14 biophilic patterns, which would become a reference for the design. The application of this biophilic concept is expected to reduce the negative impact of pollution produced by industrial areas around the site. The biophilic concept also implements greenery into its design so that it is hoped that this greenery can act as a filter that captures pollution and cools the surrounding air.