AbstrakDongeng terjemahan adalah salah satu bentuk karya sastra yang mewarnai sastra Indonesia dewasa ini. Dalam penelitian ini, penulis mengangkat masalah motifeme dalam dongeng terjemahan 10 Korean Classic Tales ‘10 Kisah Klasik Korea’ yang diceritakan kembali oleh Mathilde May. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis data dan studi kepustakaan. Metode analisis yang digunakan adalah strukturalisme analisis dari Alan Dundes. Dalam dongeng Korea tersebut, kekurangan tokoh-tokoh dalam motifeme lack tergambar dalam keinginan untuk membahagiakan orang lain, anak yang tidak mematuhi orang tua, dan keinginan yang besar terpenuhi berkat kebaikan hati dan perjuangan keras yang pada akhirnya membawa akibat masing-masing dalam setiap dongeng. Akhir cerita dongeng dideskripsikan melalui motifeme akibat secara variatif dalam bentuk kebaikan, kematian, dan penyesalan. Kata kunci: motifeme, dongeng terjemahan, dongeng Korea AbstractTranslation of classic tales is one of literary works flourished in Indonesia lately. This study discusses motifemes in 10 Korean Classic Tales ‘10 Kisah Klasik Korea’ retold by Mathilde May. It uses data analysis method and library research. It also uses Alan Dundes’ structural analysis. The result shows that characters’ weaknesses in motifeme of lack are portrayed on the willing to make their parents happy, children who disobey their parents and the accomplished goal by performing act of kindness and struggling that bring consequences in every tale. Motifeme of “akibat” describes the ending of the tales differently in the form of kindness, death, and regret.Keyword: motifeme, translation of classic tales, Korean Classic Tales