Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

ARTICULATING TAKFIR Saifudin Asrori; Amsal Bakhtiar
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 16 No 02 (2021)
Publisher : Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2021.16.02.145-165

Abstract

Takfir is an ideology of excommunicating fellow Muslims because of having different beliefs or expressing a different point of view. This article deals with the development of the takfir doctrine which separates some groups not only based on theological aspects but also on socio-political aspects, such as justifying the democratic system or collaborating with enemies of Islam. It particularly addresses the question of how Ayman al-Zawahiri globalized the takfir doctrine as a campaign against secularism, capitalism, human rights, and environmental crisis, in order to invite local jihadist groups to fight together in a global sphere.
MUTUAL AID IN SOCIAL REINTEGRATION OF FORMER TERRORIST PRISONER IN INDONESIA SAIFUDIN ASRORI; AHMAD SYAUQI
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 9, No 1 (2020): Empati Edisi Juni 2020
Publisher : Social Welfare Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/empati.v9i1.17020

Abstract

Abstract. The involvement of former terrorist prisoners in social and economic empowerment efforts, especially members or ex-convicts who disengage the terrorist groups is an interesting and unique phenomenon. This article aims to explore the empowerment of ex-terrorist convicted on de-radicalization and social reintegration disengaging terrorist back into society. Through interviews of several activists ex-Jihadist and observation of empowerment programs, this article conclude that the former terrorist prisoner’s engagement in the empowerment initiatives as an alternate of government deradicalization programs of former terrorist prisoner. This group became the ‘new community’ for ex-extremists to express various views and believe without concealment. The presence of this group is a potential asset in promoting narratives against radicalism and terrorism in Indonesia. Abstraks. Pelibatan mantan narapidana teroris dalam upaya pemberdayaan sosial dan ekonomi, khususnya anggota atau mantan narapidana yang memisahkan diri dari kelompok teroris merupakan fenomena yang menarik dan unik. Artikel ini bertujuan mengeksplorasi pemberdayaan eks narapidana teroris melalui deradikalisasi dan reintegrasi sosial untuk kembali ke masyarakat. Melalui wawancara beberapa mantan aktivis jihadis dan observasi program pemberdayaan, artikel ini berkesimpulan bahwa pelibatan mantan narapidana teroris di dalam upaya pemberdayaan sebagai program deradikalisasi alternatif dari pemerintah terhadap para eks napi teroris. Mereka bisa menjadi sebuah komunitas baru untuk para eks-ekstremis dalam mengungkapkan pandang dan keyakinan mereka secara terang-terangan. Kehadiran kelompok (mereka) ini menjadi aset penting dalam upaya mendorong narasi terhadap radikalisme dan terorisme di Indonesia.
Disengagement Dari Jebakan Terorisme; Analisis Proses Deradikalisasi Mantan Napi Teroris Saifudin Asrori
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam Vol 18, No 2 (2019): Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2755.257 KB) | DOI: 10.15408/kordinat.v18i2.11493

Abstract

Upaya Jihadis untuk memberdayakan mantan tahanan teroris sebagai fenomena yang menarik dan unik. Keterlibatan jihadis dalam reintegrasi Bekas Tahanan Teroris sebagai bantuan timbal balik bagi banyak ekstrimis Islam yang berjuang berjuang dengan transisi kembali ke masyarakat tanpa bantuan yang memadai. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi upaya para Jihadis pada pelepasan dan reintegrasi program-program inisiatif mantan ekstremis. Bagaimana mereka terlibat dalam pembatasan ideologi radikal melalui program pembangunan masyarakat dan ekonomi dan mengintegrasikan kembali ekstremis ke dalam masyarakat. Artikel ini menyimpulkan bahwa keterlibatan para pejihad dalam inisiatif pemberdayaan sebagai alternatif dari program deradikalisasi pemerintah dari mantan tahanan teroris. Kelompok ini menjadi ‘komunitas baru’ bagi mantan ekstremis untuk mengekspresikan berbagai pandangan dan kepercayaan tanpa penyembunyian. Kehadiran kelompok ini adalah aset potensial dalam mempromosikan narasi melawan radikalisme dan terorisme di Indonesia
NEGOSIASI RUANG PUBLIK: MODERNISASI DAN PENGUATAN CIVIL SOCIETY MODEL PESANTREN Saifudin Asrori
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam Vol 16, No 1 (2017): Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1486.475 KB) | DOI: 10.15408/kordinat.v16i1.6459

Abstract

Negosiasi Ruang Publik; Modernisasi dan Penguatan Civil Society Model Pesantren. Meski kontribusi pesantren dalam pembangunan sosial ekonomi telah banyak diakui berbagai kalangan, lembaga pendidikan Islam ini seringkali diasosiasikan sebagai lembaga yang mempromosikan pendidikan yang intoleran dan militan yang kemudian menjadi akar gerakan radikal dan terorisme di Indonesia. Artikel ini mencoba menjawab kemampuan pesantren dalam mempersiapkan santrinya agar mampu berpartisipasi di era masyarakat modern dan mendukung penguatan masyarakat sipil. Peran pesantren di era modernisasi dievaluasi melalui program-program pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan anti-kekerasan, toleransi antar keyakinan dan etnis, pluralisme, Hak Asasi Manusia (HAM), kesetaraan gender, demokrasi, serta keadilan politik dan sosial. Berdasarkan studi etnografi di Pondok Modern Gontor, artikel ini mengambarkan bahwa pesantren telah mengambil peran politik progresif dan berperan aktif dalam penguatan munculnya masyarakat sipil di Indonesia
Disengagement Dari Jebakan Terorisme; Analisis Proses Deradikalisasi Mantan Napi Teroris Saifudin Asrori
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam Vol 18, No 2 (2019): Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kordinat.v18i2.11493

Abstract

Upaya Jihadis untuk memberdayakan mantan tahanan teroris sebagai fenomena yang menarik dan unik. Keterlibatan jihadis dalam reintegrasi Bekas Tahanan Teroris sebagai bantuan timbal balik bagi banyak ekstrimis Islam yang berjuang berjuang dengan transisi kembali ke masyarakat tanpa bantuan yang memadai. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi upaya para Jihadis pada pelepasan dan reintegrasi program-program inisiatif mantan ekstremis. Bagaimana mereka terlibat dalam pembatasan ideologi radikal melalui program pembangunan masyarakat dan ekonomi dan mengintegrasikan kembali ekstremis ke dalam masyarakat. Artikel ini menyimpulkan bahwa keterlibatan para pejihad dalam inisiatif pemberdayaan sebagai alternatif dari program deradikalisasi pemerintah dari mantan tahanan teroris. Kelompok ini menjadi ‘komunitas baru’ bagi mantan ekstremis untuk mengekspresikan berbagai pandangan dan kepercayaan tanpa penyembunyian. Kehadiran kelompok ini adalah aset potensial dalam mempromosikan narasi melawan radikalisme dan terorisme di Indonesia
NEGOSIASI RUANG PUBLIK: MODERNISASI DAN PENGUATAN CIVIL SOCIETY MODEL PESANTREN Saifudin Asrori
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam Vol 16, No 1 (2017): Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kordinat.v16i1.6459

Abstract

Negosiasi Ruang Publik; Modernisasi dan Penguatan Civil Society Model Pesantren. Meski kontribusi pesantren dalam pembangunan sosial ekonomi telah banyak diakui berbagai kalangan, lembaga pendidikan Islam ini seringkali diasosiasikan sebagai lembaga yang mempromosikan pendidikan yang intoleran dan militan yang kemudian menjadi akar gerakan radikal dan terorisme di Indonesia. Artikel ini mencoba menjawab kemampuan pesantren dalam mempersiapkan santrinya agar mampu berpartisipasi di era masyarakat modern dan mendukung penguatan masyarakat sipil. Peran pesantren di era modernisasi dievaluasi melalui program-program pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan anti-kekerasan, toleransi antar keyakinan dan etnis, pluralisme, Hak Asasi Manusia (HAM), kesetaraan gender, demokrasi, serta keadilan politik dan sosial. Berdasarkan studi etnografi di Pondok Modern Gontor, artikel ini mengambarkan bahwa pesantren telah mengambil peran politik progresif dan berperan aktif dalam penguatan munculnya masyarakat sipil di Indonesia
MENGIKUTI PANGGILAN JIHAD; ARGUMENTASI RADIKALISME DAN EKSTREMISME DI INDONESIA Saifudin Asrori
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.223 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v4i1.911

Abstract

Abstract: Although government efforts on countering terrorism has been carried out, terrorist groups remain growing and developing. While traditional terrorism groups continue operating, new forms of terrorist movements have emerged. The act of radicalism and violence is largely a manifestation of a system of thought and belief that develops in individuals or groups. This article uses literature studies to overcome radicalism and violence in Indonesia. We conclude that some misinterpreted ideologies such as tawhid, aqidah, takfir, al wala wal-bara, and jihad have led to the radicalism. Based on these doctrines, the Jihadists built an unsatisfactory argument with the existing government. Islamic Sharia is not applied thoroughly; The hope of opening jihad fi sabilillah, the act of bombing as a form of obligation of jihad as ordered by religion is a retaliation against the atrocities and oppression of infidels against Muslims.Key Words: Radicalism, Terrorism, Jihadis, Indonesia Abstrak: Meski upaya pemberantasan terorisme terus dilakukan, kelompok teroris terus tumbuh dan berkembang.Sementara kelompok terorisme tradisional masih terus beroperasi, bentuk gerakan terorisme yang baru telah bermunculan. Aksi radikalisme dan kekerasam sebagian besar merupakan pengejawantahan dari suatu sistem pemikiran dan keyakinan yang berkembang dalam diri seorang individu atau kelompok. Artikel ini menggunakan metode studi pustaka dalam mengelobarasi argumentasi radikalisme dan kekerasan di Indonesia. Hasil dari pembahasan ini adalah bahwa aksi radikalisme dipicu olah doktrin keagamaan sepertitawhid, aqidah, takfir, al wala wal-bara, dan jihad. Berdasarkan doktrin tersebut, Jihadis membangun argumentasi bahwa ketidak puasan dengan terhadap pemerintahan yang ada. Syariat Islam tidak diterapkan secara menyeluruh; Harapan terbukanya jihad fi sabilillah, pengeboman itu sebagai bentuk kewajiban jihad sebagaimana diperintahkan oleh agama; membalas kekejian dan penindasan yang dilakukan kaum kafir terhadap umat Islam.Kata Kunci : Radikalisme, Terorisme, Jihadis, Indonesia
In the Making of Salafi-Based Islamic Schools in Indonesia Jamhari Makruf; Saifudin Asrori
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies Vol 60, No 1 (2022)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.2022.601.227-264

Abstract

The Salafi manhaj (method) is emerging as a new form of Islamic education, in addition to the existing pesantren (Islamic boarding school) and madrasah (Islamic school) education systems, both of which have long histories in Indonesia. The presence of these schools reflects Salafi efforts to achieve “purification of Islam” though adherence to the idea of returning to the ‘authentic Islam’ as practiced by the early generations of Muslim. Salafi manhaj schools are also part of a transnational Islamic movement that has purposely spread ideas and movements from the Middle East around the world, including to Indonesia. Over time, these schools have developed into two models: Integrated Islamic Schools and Salafi manhaj pesantrens. Both aim to instill Islamic tenets that comply with the Salafi manhaj and disseminate and incorporate such tenets in the religious practices of Indonesian Muslims, although the Integrated Islamic Schools are more inclusive and teach aspects of the conventional state curriculum too. This article challenges previous findings that the influence of Salafi education has faded in Indonesia as efforts to combat Islamist terrorism globally have increased, arguing that Salafi educators have been strategic and effective in promoting their approach to religious education.[Manhaj Salafi merupakan model pendidikan Islam yang baru muncul melengkapi keberadaan model lama, pendidikan pesantren dan madrasah yang keduanya mempunyai sejarah panjang di Indonesia. Kehadiran sekolah Salafi mencerminkan usaha untuk ‘pemurnian Islam’ melalui ketaatan pada konsep mengembalikan ‘Islam autentik’ yang dipraktikkan oleh generasi awal muslim. Sekolah manhaj Salafi merupakan bagian dari gerakan Islam transnasional yang bertujuan menyebarkan ide dan gerakan asal Timur Tengah ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sejauh ini mereka mengembangkan dua model yaitu sekolah Islam terpadu dan pesantren manhaj salafi. Keduanya menerapkan prinsip Islam yang selaras dengan manhaj Salafi serta menyebarluaskan prinsip tersebut dalam praktik keagamaan muslim di Indonesia, meski sekolah Islam terpadu tersebut juga lebih inklusif dan menerapkan kurikulum standar nasional. Artikel ini menantang tesis sebelumnya yang menyatakan bahwa pengaruh pendidikan Salafi di Indonesia luntur oleh peningkatan usaha memerangi teroris global. Namun pada kenyataannya adalah pendidik Salafi mempunyai strategi yang efektif dalam mempromosikan pendekatannya dalam pendidikan keagamaan.]
DIGITAL LEARNING RESOURCE AT MA’HAD ‘ALY IDRISIYYAH TASIKMALAYA: AVAILABILITY, ATTITUDE, AND UTILIZATION Husen Hasan Basri; Saifudin Asrori
Mimbar Agama Budaya Vol 38, No 2 (2021): Mimbar Agama Budaya
Publisher : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/mimbar.v38i2.25168

Abstract

Abstract. Ma’had ‘aly is the education of Islamic boarding school at state higher education organized by the Islamic boarding school and located in their environment with developing Islamic studies by the uniqueness of the Islamic boarding school based on the yellow book in stages and a structured manner. This article discussed the resource of digital learning at Ma’had ‘Aly Idrisiyyah, the availability, attitude, and utilization of digital learning resources. This article used qualitative studies and field observations. Then, this article concludes that the digital learning resource at Ma’had ‘Aly Idrisiyyah modified learning resource in the resource of digital learning, by digitalization from existing learning resources, that is from the attitudes of academic civitas at Ma’had Aly. The utilization of Ma’had ‘Aly Maktabah Idrisiyyah and references of Ma’had ‘Aly Iddrisiyyah.Abstrak. Ma’had ‘aly adalah pendidikan pesantren jenjang pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pesantren dan berada di lingkungan pesantren dengan mengembangkan kajian keislaman sesuai dengan kekhasan pesantren yang berbasis kitab kuning secara berjenjang dan terstruktur. Artikel ini membahas sumber belajar digital di Ma’had ‘Aly Idrisiyyah yaitu ketersediaan sumber belajar digital, Sikap terhadap sumber belajar digital; dan pemanfaatan sumber belajar digital. Melalui kajian kualitatif  dan observasi lapangan, artikel ini menyimpulkan bahwa sumber belajar digital di Ma’had ‘Aly Idrisiyyah, bahwa modifikasi sumber belajar menjadi  sumber belajar digital, melalui proses digitalisasi sumber-sumber belajar yang ada, yakni dari sikap para civitas akademi ma’had aly. Pemanfaatan warga Ma’had Aly Maktabah Idrisiyyah dan Pustaka Ma’had Aly Idirisiyyah.
PRISONISASI DAN PENYEBARAN IDEOLOGI RADIKAL DI LEMBAGA PEMASYARAKAT Saifudin Asrori
Mimbar Agama Budaya Vol 36, No 1 (2019): Mimbar Agama Budaya
Publisher : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5971.744 KB) | DOI: 10.15408/mimbar.v36i1.13184

Abstract

Abstract. Penitentiary becomes a conducive tool for the spread of radical ideology, member recruitment and the development of extremist groups. This article explores the influence of prison life on prisoners, especially the process of spreading radical ideologies. Knowing the basics of radicalization in prisons and conditions of prisoners' vulnerability to radical ideology. Based on data from interviews with former terrorist inmates in East Java and Jakarta. This article concludes that Lapas has an impact on the continued development of radical ideology based on several conditions, namely: a life characterized by a loss of freedom, being unable to fulfill sexual desires, a loss of security. Based on environmental conditions in the prison process the radicalization process takes a number of forms such as religious conversion, the growth of groups or gangs, and the emergence of various forms of resistance or violence.Abstrak. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) menjadi sarana yang kondusif bagi penyebaran ideologi radikal, rekrutmen anggota dan perkembangan kelompok ekstremis. Artikel ini mengeksplorasi pengaruh kehidupan Lapas terhadap narapidana, khususnya proses penyebaran ideologi radikal. Mengetahui dasar-dasar radikalisasi di Lapas dan kondisi kerentanan napidana terhadap ideologi radikal. Berdasarkan data wawancara dengan mantan narapidana teroris di Jawa Timur dan Jakarta. Artikel ini menyimpulkan bahwa Lapas memberikan dampak bagi tetap berkembangnya ideologi radikal berdasarkan beberapa kondisi, yaitu: kehidupan yang ditandai dengan hilangnya kebebasan, tidak bisa memenuhi hasrat seksual, hilangnya rasa aman.  Berdasakan kondisi lingkungan lapas proses radikalisasi mengambil berberapa bentuk seperti konversi agama, pertumbuhan kelompok atau geng, dan munculnya berbagai bentuk resistensi atau kekerasan.