sugeng Nugroho
Institut Seni Indonesia Surakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

GARAP PERTUNJUKAN WAYANG KULIT JAWA TIMURAN sugeng Nugroho; S Sunardi; I Nyoman Murtana
Acintya Vol 10, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indoensia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.245 KB) | DOI: 10.33153/acy.v10i2.2278

Abstract

This research is meant to prove the result of aesthetic aspect in wayang kulit performance of Jawa Timur style categorized as ‘kerakyatan (folk)’ pakeliran. The problem is analyzed based on the concept of ‘garap pakeliran’ offered by Sugeng Nugroho (2012) and the theory belongs to Umar Kayam (1981) concerning arts categorization. The method used is qualitative method with descriptive analysis. The data is collected through library study, documentation studies, interview, and field observation. The research finding shows that the current wayang kulit performance of Jawa Timur style cannot be categorized as folk art but rather to be kitsch. It represents a performing art that always change and move on along the time. It is attempted to be more interesting supposed to be survived and to earn money.Keywords: wayang kulit, Jawa Timuran, performance treatment.
REVITALISASI SENI TRADISI DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT JAWA Sarwanto Sarwanto; Sri Rochana Widyastutieningrum; sugeng nugroho; N.R. Ardi Candra Dwi Atmaja
PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT No 2 (2017): Seni, Teknologi, dan Masyarakat #2
Publisher : LP2MP3M, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Jawa memiliki tradisi menyelenggarakan perayaan pernikahan sebagai tanda memasuki kehidupan berkeluarga. Masyarakat menganggap upacara pernikahan menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Masing-masing daerah memiliki bentuk upacara pernikahan yang berbeda-beda, yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan sosial yang berlaku pada masyarakat itu. Di Jawa dikenal ada beberapa tradisi pernikahan yang sering dilakukan oleh masyarakatnya, di antaranya: upacara pernikahan adat Yogyakarta, upacara pernikahan adat Surakarta, upacara pernikahan adat Sunda, upacara pernikahan adat Banyumas, upacara pernikahan adat Madura, upacara pernikahan adat pesisir. Masyarakat Jawa yang sudah tersebar di seluruh pelosok tanah air sering melaksanakan perkawinan dengan upacara pernikahan adat Jawa. Akan tetapi bentuk upacara yang dilakukan telah mengalami perubahan, baik dalam urutan upacara maupun rangkaian upacaranya. Perubahan di dalam upacara pernikahan adat Jawa tidak dapat dihindari karena pengaruh berbagai kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Hal ini juga dipengaruhi oleh pandangan hidup dan jiwa yang berbeda. Perubahan pernikahan adat Jawa ini juga berakibat pada perubahan bentuk seni yang biasanya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upacara, yaitu karawitan dan tari. Perubahan juga tampak pada instrumen musik untuk menyertai upacara, antara lain dengan menggunakan organelektrik atau keyboard saja. Perubahan ini bagi anak-anak muda tidak menjadi masalah, tetapi bagi orang tua menjadi hal yang memprihatinkan, karena beberapa rangkaian upacara adat yang memiliki makna filosofis dan simbolis yang mendalam sertadoa yang penting untuk pengantin atau keluarga baru yang melangsungkan pernikahan telah ditinggalkan. Dengan ditinggalkannya rangkaian adat tersebut di atas, maka berbagai nilai luhur atau nilai kearifan lokal menjadi hilang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, ada upaya untuk merevitalisasi upacara adat pernikahan Jawa itu dengan merubah beberapa rangkaian adat denganmenciptakan beberapa karya tari, karya musik atau karawitan yang baru untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai tradisi yang melekat pada upaccara pernikahan adat Jawa.
GARAP PERTUNJUKAN WAYANG KULIT JAWA TIMURAN sugeng Nugroho; Sunardi Sunardi; I Nyoman Murtana
PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT No 2 (2017): Seni, Teknologi, dan Masyarakat #2
Publisher : LP2MP3M, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research is meant to prove the result of aesthetic aspect in wayang kulit performance of Jawa Timur style categorized as ‘kerakyatan (folk)’ pakeliran. The problem is analyzed based on the concept of ‘garap pakeliran’ offered by Sugeng Nugroho (2012) and the theory belongs to Umar Kayam (1981) concerning arts categoriza-tion. The method used is qualitative method with descriptive analysis. The data is collected through library study, documentation studies, interview, and field observation. The research finding shows that the current wayang kulit performance of Jawa Timur style cannot be categorized as folk art but rather to be kitsch. It represents a performing art that always change and move on along the time. It is attempted to be more interesting supposed to be survived and to earn money.
Pola Karya Konvensi pada Film Sekuel Studi Kasus Film Ada Apa Dengan Cinta? 2 Danissa Dyah Oktaviani; Sugeng Nugroho
Jurnal Kajian Seni Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Kajian Seni Vol 3 No 1 November 2016
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.151 KB) | DOI: 10.22146/jksks.29875

Abstract

Film Ada Apa dengan Cinta? 2 is a romance drama genre fi lm that was released in 2016. This study will identify the characteristics of the genre of the fi lm Ada Apa Dengan Cinta? 2 as drama romance. Dilakuakan identifi cation process using the basic scheme of the genre. The analysis aims to look at the depth of a movie as a genre film drama romance. The theory used is a genre theory drama by Jane Stokes as the main genre and romance as a sub-genre. The results of the research will be found pieces of pictures depicting scenes drama become romance film characteristics are becoming a common convention in the fi lm Ada Apa Dengan Cinta? 2. Characteristics of the setting and location diantanya is commonly used in everyday life, using the iconography in the form of specifi c causal fashion, narrative events culinary journey, locations and adventurous vacation, the whole character is the protagonist, and the structure of the plot told a farewell and an encounter back in love triangle. As a sequel, the film has differences with its predecessor