Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Penggunaan Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) sebagai Agen Biokontrol pada Polikultur Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) untuk Mencegah Infeksi Vibrio harveyi Ardana Kurniaji; Anton Anton; Yunarty Yunarty
Jurnal Airaha Vol 9 No 02: December 2020
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.524 KB) | DOI: 10.15578/ja.v9i02.170

Abstract

This study aimed to examine polyculture of seaweed and vaname shrimp in laboratory scale to prevent V. harveyi infection. Study was conducted with a completely randomized design by 3 treatments and 3 repetations. Application of seaweed were 800 grams (P8), 400 grams (P4) and without seaweed (control). Challenge test was carried out for 10 days with bacteria concentration of 106 cfu/ml/ind in 10 shrimp using aquarium containing 100 liters of sea water. The result showed that polyculture of seaweed and shrimp could not maintain the survival rate of shrimp significantly but could suppress the population of V. harveyi in waters. Survival rate respectively from control, P4 and P8 were 60.0%, 73.3%, 76.7%. Population of bacteria in treatment was lower than control on 10th days after seaweed stocking until challenge test. Aplication of seaweed could also accelerate shrimp recovery time from bacterial infections observed in clinical symptoms that return to normal on 9th days after challenge test. Total hemocyte count (THC) were better observed in shrimp cultured seaweed on 10th days after challenge test, and differential hemocytes count (DHC) were better on 5th days after challenge test. Polyculture of seaweed and shrimp has potential to improve shrimp health status.
Studi Monitoring Kualitas Air pada Tambak Intensif Budidaya Udang Vaname, Situbondo Diana Putri Renitasari; Yunarty Yunarty; Siti Asma
Jurnal Airaha Vol 10 No 02: December 2021
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.63 KB) | DOI: 10.15578/ja.v10i02.237

Abstract

The purpose of this study was to monitor water quality in white leg shrimp ponds. The study method used was descriptive with quantitative descriptive analysis. The descriptive method was carried out by taking samples and direct observation at the research site. The results observations of salinity in the ponds of pond 3, pond 4, and pond 5 decreased during the maintenance period because there was an addition of fresh water in the ponds. Monitoring of TOM, alkalinity and pH levels during the maintenance period in the pond were still at optimum levels for the growth of white leg shrimp. Measurements of green and yellow vibrio bacteria ranged from 102 until 103. The plankton types were Nannochloropsis sp, Tetraselmis sp, Chlorella sp, Chetocero sp., Coscinodiscus sp, Oscilatoria sp, and Isochrysis most commonly found in ponds. These plankton was among those that shrimp-like.
Gejala Klinis Dan Perubahan Tingkah Laku Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Terinfeksi Koi Herpesvirus (KHV) Ardana Kurniaji; Diana Putri Renitasari; Yunarty Yunarty; Anton Anton
Jurnal Salamata Vol 3, No 1 (2021): Juni
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (856.317 KB) | DOI: 10.15578/salamata.v3i1.11258

Abstract

Ikan mas merupakan komoditas penting air tawar yang banyak dibudidayakan diberbagai lapisan masyarakat. Salah satu penyakit ikan mas yang sering dijumpai dalam kegiatan budidaya adalah Koi Herpesvirus (KHV). Pengetahuan terhadap perubahan morfologi dan tingkah laku dari ikan yang terinfeksi KHV sangat penting untuk mencegah kerugian kegiatan budidaya sejak dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati gejala klinis ikan mas yang diinfeksi KHV skala laboratorium. Pengamatan gejala klinis ikan yang terinfeksi KHV diamati setiap jam selama 7-14 hari setelah infeksi. Pengamatan dilakukan pada perubahan morfologi (clinical signs) dan tingkah laku ikan (behaviour signs). Konfirmasi kematian ikan mas akibat KHV dilakukan dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Hasil penelitian menujukkan bahwa perubahan morfologi (clinical signs) ikan terinfeksi KHV berupa nekrosis pada insang, geripis pada bagian sirip caudal, terdapat luka (ulcer) pada operculum, pendarahan (septicemia) pada bagian pinggir (operculum) dan mulut, serta mata cekung ke dalam dan memutih. Adapun perubahan tingkah laku berupa ikan tampak lemas, nafsu makan menurun, berenang tidak stabil, posisi ikan miring di dasar wadah, selalu berada disudut wadah, sering ke permukaan atau titik aerasi, berenang tidak teratur (posisi kepala diatas dan caudal pada bagian bawah), sirip dorsal menutup dan pergerakan mulut lebih cepat. Hasil konfrimasi PCR menunjukkan bahwa ikan yang menujukkan gejala klinis dan mati disebabkan KHV. Munculnya gejala klinis menjadi indikator untuk segera memberikan treatment mencegah kematian ikan.
GROWTH AND FEED CONVERSION RATIO OF OREOCROMIS NILOTICUS FEEDED MAGGOT AND NATURAL INGREDIENTS IN CULTIVATION BASED ON BUDIKDAMRUM TECHNOLOGY Budiyati Budiyati; Ardana Kurniaji; Diana Putri Renitasari; Yunarty Yunarty; Anton Anton
Aurelia Journal Vol 5, No 1 (2023): April
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/aj.v5i1.11475

Abstract

Tilapia fish Oreochromis niloticus is one type of freshwater fish that is widely cultivated by farmers. Cultivation of tilapia in drums (budikdamrum) has the potential to be carried out on limited land by feeding maggot. This research was conducted to evaluate the feeding of maggot (Hermetia illucens) combined with natural ingredients on the growth and feed conversion ratio of tilapia based on budikdamrum technology. The study was carried out with 2 treatments, namely DP (fish fed with maggot 10 g/day + natural ingredients in the form of Moringa leaf flour (Moringa oleifera), garlic flour (Allium sativum), tapioca flour), and DK (fish fed pellets of 10% biomass/day without natural ingredients). Kale plants were grown in 5 cups filled with foam and activated carbon mounted on the top of the drum. Fish were kept for 25 days, and sampling was done every 3 days. The results showed that the growth of tilapia in DK was higher than DP (P<0.05). Specific growth of fish weight 6.01±0.13 – 7.13±0.04% and length 1.90±0.06 – 2.42±0.32 cm. absolute growth of fish weight 4.67±0.03 – 6.62±0.89 g and length 2.85±0.10 – 3.73±0.44 cm. The feed conversion ratio did not show any difference between DP and DK (P>0.05), namely 1.26±0.08 – 1.38±0.19. The survival rate of tilapia treated with DP was higher than DK (P<0.05) with a range of 89±4.90 - 98±2.83%. The water quality obtained in this study was included in the category of requirements for tilapia cultivation. The application of the budikdamrum technology is recommended for rearing tilapia with maggot feed as additional feed mixed with natural ingredients.
Penggunaan Daun Sente (Alocasia macrosrhitia) Sebagai Pakan Tambahan pada Pembenihan Ikan Gurami (Osphronemus goramy Lac.) dengan Kepadatan Telur yang Berbeda Zainal Usman; Ardana Kurniaji; Yunarty Yunarty; Supryady Supryady; Diana Putri Renitasari; Karina Prisilia
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 18 No. 1 (2023): Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan
Publisher : University of PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/jipbp.v18i1.8337

Abstract

Kendala utama yang ditemukan dalam budidaya ikan gurami adalah pertumbuhan yang lambat baik pada pemeliharaan benih maupun pembesaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh pemberian pakan tambahan berupa daun sente pada kinerja reproduksi dan pertumbuhan larva ikan gurami. Metode penelitian meliputi persiapan bak, pengelolaan induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva. Pemberian daun sente dilakukan pada tahap pengelolaan induk. Telur yang dihasilkan kemudian ditebar pada akuarium dengan kepadatan berbeda 7 butir/L (P-A), 16 butir/L (P-B), 20 butir/L (P-C). Hasil penelitian menunjukkan induk yang diberi pakan tambahan daun sente memiliki fekunditas sebanyak 1.106 butir telur, FR 96% (P-A), 95% (P-B) dan 92% (P-C). HR diperoleh 82% (P-A), 83% (P-B) dan 83% (P-C). SR yang dihasilkan dari induk ikan gurami 85% (P-A), 83% (P-B) dan 80% (P-C). SGR yang dihasilkan adalah 4,93% (P-A), 4,27% (P-B) dan 3,86% (P-C). Daun sente dapat dijadikan sebagai pakan tambahan untuk induk ikan gurami.
APLIKASI PADAT TEBAR BERBEDA PADA PEMBESARAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) DENGAN SISTEM AIR MENGALIR Fitria Nawir; Asep Akmal Aonullah; Yunarty Yunarty
Media Akuakultur Vol 18, No 1 (2023): Juni, 2023
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/ma.18.1.2023.9-14

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat tebar optimal terhadap pertumbuhan ikan sidat dengan sistem air mengalir pada fase pembesaran. Ikan uji yang digunakan yaitu ikan sidat (Anguilla bicolor) dengan bobot ±59 g dan keseragaman ukuran ±80% yang diperoleh dari hasil tangkapan alam di daerah Cilacap. Metode uji yang digunakan adalah eksperimental skala lapang dengan padat tebar yang digunakan yaitu B1 (3,41 g L-1 atau 34 ekor m-2) dan B2 (3,62 g L-1 atau 36 ekor m-2). Pemeliharaan dilakukan selama enam bulan pada bak fiber persegi panjang berukuran 5,8 m × 0,85 m × 1,12 m. Respon yang diamati meliputi laju pertumbuhan spesifik (LPS), tingkat kelangsungan hidup (TKH) dan rasio konversi pakan (RKP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B2 (3,62 g L-1) menghasilkan nilai LPS dan RKP yang lebih baik dibandingkan perlakuan B1 (3,41 g L-1), dimana nilai LPS dan RKP yang diperoleh yaitu sebesar 0,42% hari-1 dan 4,64. Perbedaan padat tebar tidak memberikan pengaruh terhadap TKH ikan sidat, dimana nilai TKH untuk semua perlakuan mencapai 100%.This study aims to determine the optimal stocking densities of eel (Anguilla bicolor) with a running water system in the grower stage. The test fish used were eels with a weight of ±59 g and size homogeneity of ±80% obtained from natural catches in the Cilacap area. The test method used was field-scale experimental with stocking densities used as B1 (3,41 g L-1 or 34 fish m-2) and B2 (3,62 g L-1 or 36 fish m-2). The rearing was conducted for six months in rectangular fiber tanks measuring 5,8 m × 0,85 m × 1,12 m. Responses observed included specific growth rate, survival rate, and feed conversion ratio. The results showed that treatment B2 (3,62 g L-1) with higher stocking density produced higher SGR and FCR than treatment B1 (3,41 g L-1) at 0,42% day-1; 4,64 and 0,37% day-1; 5,84, respectively. Differences in stocking density in this study are also known to have no effect on eel survival, in which SR values during the rearing of all treatments reached 100%.
Pengaruh pemberian bioimun® terhadap pertumbuhan dan status kesehatan ikan nila (Oreochromis niloticus) Najli Najli; Ardana Kurniaji; Supryady Supryady; Yunarty Yunarty; Diana Putri Renitasari; Esti Handayani Hardi
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 8, No 1 (2024): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v8i1.21618

Abstract

Ikan nila telah menjadi komditas budidaya air tawar yang produksinya terus meningkat. Kendala yang dihadapi budidaya ikan nila adalah serangan penyakit. Bioimun® adalah salah satu produk komersial imunostimulan yang dapat digunakan dalam budidaya ikan. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pengaruh Bioimun® terhadap pertumbuhan dan status kesehatan ikan nila. Aplikasi Bioimun® melalui pakan dosis 40 mL/Kg pakan. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 60 hari. Rancangan penelitian adalah ikan nila yang dipelihara dan diberikan produk Bioimun® (K1) dan ikan nila yang dipelihara tanpa pemberian Bioimun® atau kontrol (K2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang dan berat ikan nila terus meningkat selama masa pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian ikan K1 cenderung lebih tinggi dibandingkan K2 (kontrol). Jumlah ertirosit dan leukosit meningkat selama pemeliharaan mengindikasikan bahwa Bioimun® dapat menstimulasi sistem imun ikan. FCR berada pada kisaran 1,2-1,4. FCR pada K1 (Bioimun®) cenderung lebih rendah dibandingkan K2 (kontrol). Populasi bakteri pada kisaran 101-109 CFU/mL yang secara fluktuatif berbeda pada K1 dan K2 (kontrol). Populasi bakteri pada K1 relatif lebih rendah dibandingkan K2. Aplikasi Bioimun® dapat meningkatkan pertumbuhan dan status kesehatan ikan ikan nila (O. niloticus).
EVALUASI KEGIATAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SECARA INTENSIF DI PT. DEWI LAUT AQUACULTURE GARUT, JAWA BARAT Ardana Kurniaji; Irzal Effendi; Diana Putri Renitasari; Supryady Supryady; Yunarty Yunarty; Muhammad Iswan Awaluddin
Jurnal Perikanan Vol 13 No 4 (2023): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v13i4.654

Abstract

PT. Dewi Laut Aquaculture (DLA) adalah salah satu perusahaan yang menjalankan produksi udang vaname menggunakan teknologi terbarukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem produksi budidaya udang vaname di PT. DLA pada aspek ekologi, biologi, ekonomi dan sosiologi. Metode penelitian dilakukan dengan observasi kegiatan produksi dan wawancara pada karyawan perusahaan. Analisis data dikerjakan secara deskriptif dengan menggunakan referensi sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan budidaya udang vaname di PT. Dewi Laut Aquaculture telah dilaksanakan sesuai SNI 8008-2014 terutama pada persiapan wadah, pengelolaan air, lama pemeliharaan dan kondisi kualitas air. Secara ekologi, pengolahan kualitas air perlu diefektifkan dengan redesain IPAL, monitoring kualitas air berbasis website dan penambahan lahan hijau. Pada aspek biologi perlu optimasi padat tebar dan penerapan prinsip teknis sesuai BAP-GAA. Pada aspek ekonomi perlu menjaga kestabilan produktivitas > 6 siklus. Pada aspek sosiologi perlu optimasi waktu dan upah kerja, serta meningkatkan pelatihan karyawan dan membentuk sistem evaluasi kinerja.