Ratna Farida Soenarto
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penggunaan Milrinon pada Pasien dengan Sindrom Eisenmenger yang Menjalani Operasi Seksio Sesarea Anggara Gilang Dwiputra; Ratna Farida Soenarto
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 39 No 1 (2021): Februari
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.289 KB) | DOI: 10.55497/majanestcricar.v39i1.218

Abstract

Sindrom Eisenmeger adalah kelainan jantung dengan karakteristik hipertensi pulmonal yang disertai pirau kanan ke kiri ataupun dua arah, akibat jangka panjang defek septum interventrikel atau patent ductus arteriosus (PDA) yang tidak diterapi. Kehamilan sulit ditoleransi pada pasien dengan sindrom Eisenmenger dimana mortalitas ibu mencapai 30-50%. Perubahan fisiologis menurunkan tahanan vaskular sistemik yang memperburuk pirau. Seksio Sesarea merupakan pilihan teknik persalinan pada kondisi tersebut. Kami melaporkan dua pasien dengan sindrom Eisenmenger yang berhasil menjalani seksio sesarea dengan anestesi umum. Anestesi umum dilakukan dengan teknik titrasi dan menggunakan obat dengan pengaruh minimal terhadap sistem kardiovaskular. Selama operasi pasien diberikan milrinon yang dikombinasikan dengan agen katekolamin. Pascaoperasi pasien dirawat di ICU. Selama perawatan di ICU tidak ada komplikasi signifikan yang terjadi. Pasien pertama berhasil pindah ke ruang rawat pada hari ke-3 pascaoperasi, sedangkan pasien ke-2 pindah pada hari ke-7 pascaoperasi. Tujuan manajemen anestesi pada pasien sindrom Eisenmenger adalah mempertahankan SVR, menjaga kecukupan volume intravaskular dan mencegah peningkatan lebih jauh PVR. Penggunaan milrinon yang dikombinasikan dengan agen katekolamin dapat membantu tercapainya tujuan tersebut sehingga dapat memperbaiki oksigenasi dan mempertahankan hemodinamik pasien. Walaupun kehamilan pada pasien Eisenmenger tidak dianjurkan, namun persalinan melalui seksio Sesarea masih dapat dilakukan dengan manajemen yang baik.
Rotasi Kepala dan Posisi Tubuh Mengubah Tekanan Balon Pipa Endotrakeal Ratna Farida Soenarto; Eddy Harijanto; Bintang Pramodana; Kustenti Prima
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 40 No 1 (2022): Februari
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.904 KB) | DOI: 10.55497/majanestcricar.v40i1.236

Abstract

Latar Belakang : Intubasi endotrakeal merupakan salah satu upaya dalam menjaga patensi jalan napas disertai dengan pengendalian oksigenasi dan ventilasi. Intubasi endotrakeal menggunakan sebuah pipa endotrakeal yang dilengkapi dengan balon yang berfungsi sebagai alat fiksasi dan mencegah terjadinya aspirasi jalan napas. Balon pipa endotrakeal dikembangkan umumnya berkisar 20-30 cmH2O sesuai rekomendasi. Tekanan ini dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti diameter balon, daya regang, edema pada mukosa trakea, serta perubahan posisi kepala pasien. Perubahan tekanan endotrakeal ini dapat menyebabkan komplikasi mulai dari ringan hingga berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perbedaan perubahan tekanan bola pipa endotrakeal pada beberapa posisi sehingga dapat meminimalisasi komplikasi. Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis dilakukan di RSCM dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018 pada total 36 subjek yang menjalani anestesia umum dan diintubasi. Tekanan balon pipa endotrakeal ditentukan sebesar 25 cmH2O, pada posisi supinasi dan kepala lurus. Dilakukan perubahan posisi dari supinasi ke lateral dekubitus serta rotasi kepala 15°, 45° dan 60° dari garis tengah. Kemudian dilakukan pengukuran kembali tekanan balon pipa endotrakeal setelah perubahan posisi kepala dan tubuh pasien. Analisis dilakukan dengan melakukan uji komparatif Friedman dan hasil dianggap bermakna jika nilai p 0,05. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna tekanan bola pipa endotrakeal antara posisi supinasi dengan rotasi kepala 15°, 45°, 60° dan lateral dekubitus kanan secara statistik. (p<0,001) Namun secara klinis, didapatkan bahwa hanya posisi lateral dekubitus kanan yang memiliki perbedaan yang bermakna dengan nilai perbedaan tekanan 7 (2 - 25) mmH2O. Simpulan: Perubahan posisi supinasi dengan rotasi kepala 15°, 45°, 60° dan posisi lateral dekubitus kanan menyebabkan perubahan tekanan bola pipa endotrakeal. Posisi lateral dekubitus kanan memiliki perbedaan tekanan bola pipa endotrakeal yang bermakna secara klinis.
Blok Subarahnoid Dosis Rendah dan Epidural pada Pasien Hamil dengan Gagal Jantung dan Komorbid Lain yang Menjalani Seksio Sesarea: Sebuah Laporan Kasus Ratna Farida Soenarto; Arky Kurniati Alexandra; Andi Ade Wijaya Ramlan; Anas Alatas
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 40 No 1 (2022): Februari
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.716 KB) | DOI: 10.55497/majanestcricar.v40i1.238

Abstract

Latar Belakang: Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab signifikan pada mortalitas ibu di negara-negara berkembang. Komorbid yang mempengaruhi ini mencakupi obesitas, hipertensi dan kehamilan tua yang memperberat kinerja jantung sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung. Ini menjadi tantangan untuk tatalaksana anestesi dengan tujuan utama mencegah luaran buruk kepada ibu dan neonatusnya. Ilustrasi Kasus: Pada kasus ini kami melaporkan wanita, 28 tahun, G4P3A1 hamil 28 minggu, ASA 3 dengan gagal jantung kongestif, superimposed pereklampsia, serta obesitas morbid. Pasien direncanakan untuk seksio sesarea dengan kombinasi anestesi menggunakan penggunaan blok subarahnoid dosis rendah dan epidural (Combined Spinal Epidural Anesthesia/CSE), serta pertimbangan tatalaksana anestesi pada ibu hamil dengan gagal jantung atau komorbid lainnya. Simpulan: Anestesi dengan blok subarakhnoid dosis rendah memiliki efek yang minimal terhadap hemodinamik, dan dapat digunakan pada selektif pasien yang mengalami gagal jantung dan komorbid lainnya.