Ni Luh Eka Yuli Anggreni
IAHN Gde Pudja Mataram

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Bunyi Gamelan Angklung Dalam Upacara Pitra Yadnya Di Kota Mataram (Ditinjau Dari Perspektif Sosiologi) Ni Luh Eka Yuli Anggreni
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 4 No 2 (2021): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.56 KB) | DOI: 10.53977/sd.v4i2.408

Abstract

Some Hindu communities in the city of Mataram know that Gamelan Angklung is only used and serves to accompany the Pitra Yadnya ceremony or cremation because the sound produced by the tone or blade on the Gamelan Angklung has an impression that creates a sense of emotion and an atmosphere of sadness, then the sound of gending The sound produced from the angklung gamelan instrument is considered to sound always the same or monotonous between one type of gending and another when accompanying the Pitra Yadnya ceremony procession. From the background above, there are several problems that are studied, including: 1) What is the perception of the people in the West Karang Medain Region towards the sound of gamelan angklung in the Pitra Yadnya ceremony in Mataram City, 2) What is the essence of the sound of gamelan angklung in the Pitra Yadnya ceremony in the City of Mataram is viewed from a sociological perspective. This study uses a qualitative research method with a phenomenological approach. The problems studied used two theories, namely the theory of taste, and the theory of symbolic interactionism. The results of this study are as follows: People's perception of the West Karang Medain region to the sound of the angklung gamelan in the Pitra Yadnya ceremony in Mataram City, namely: 1). In terms of context of use, 2). In terms of the type of percussion, 3). In terms of how to enjoy it. The essence of the sound of the angklung gamelan in the Pitra Yadnya ceremony in Mataram City is viewed from a sociological perspective, including that: 1). The sound of the angklung gamelan in the Pitra Yadnya ceremony is used to accompany the ceremony and as a medium of information about the existence of a ceremonial procession or a natural means of social communication. 2). The sound of gamelan angklung indirectly and scientifically as a means of interaction to establish togetherness, connect friendship and brotherhood, generate social emotions, generate atmosphere and feeling, and learn social ethics. 3). The sound of gamelan angklung as a means of creating harmonization of life, be it with God, humans with humans, or humans with the universe.
Eksistensi Seni Pertunjukan Fragmentari Pada Generasi Muda Hindu Ni Luh Eka Yuli Anggreni
Widya Sundaram : Jurnal Pendidikan Seni Dan Budaya Vol 1 No 02 (2023): September 2023
Publisher : Institut Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53977/jws.v1i02.1262

Abstract

Fragmentari merupakan sebuah pertunjukan yang didalamnya terdapat cerita atau peristiwa nyata yang telah terjadi pada waktu terdahulu, yang dibawakan oleh pelaku seni kemudian dikemas serta disajikan dengan menampilkan berbagai peran serta dalam kurun waktu lebih singkat dibandingkan dengan waktu yang terjadi pada cerita asli. Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dalam penelitian ini penulis akan berusaha menganalisis terkait eksistensi seni pertunjukan fragmentari pada Generasi Muda Hindu. Lokasi penelitian memfokuskan pada wilayah Kota Mataram karena di wilayah tersebut terlihat sangat banyak generasi muda Hindu yang ikut berpartisipasi dan antusias dalam setiap adanya sebuah pelaksanaan pementasan seni pertunjukan Fragmentari. Hasil penelitian menunjukan bahwa Eksistensi seni pertunjukan Fragmentari keberadaanya menjadi lebih eksis dibandingkan dengan sebelumnya, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya Generasi Muda Hindu yang mau semangat ikut berpartisipasi dalam membuat berbagai garapan Fragmentari, lalu melakukan pementasan baik itu pada saat adanya kegiatan khusus yang disengaja ataupun memanfaatkan Hari Raya umat Hindu sebagai waktu untuk menyuguhkan hiburan. Masyarakat umum juga mendukung dan sangat antusias dengan adanya pementasan Fragmentari yang dibuat oleh Generasi Muda Hindu. Struktur penyajian pementasan seni pertunjukan Fragmentari terdiri dari Prolog, pembabakan dan juga penutup serta instrumen penggiring. Instrumen yang digunakan dalam Fragmentari adalah Gong kebyar terdiri dari pelog 5 nada, nama instrumen musik dalam Gong Kebyar diantaranya terdiri dari Kendang lanang dan Kendang Wadon, 1 Petuk, 1 kecek, 1 Ugal, 4 Pemade, 2 Kantil, Cengceng, Suling, 1 reong, 2 gong, 1 kempul, 2 calung atau jublag, 2 jegogan.