Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

REHABILITASI BENDUNG SINOMAN DI KALI BRANGKAL UNTUK MENGATASI BANJIR DI DESA SOOKO, KOTA MOJOKERTO Sulomo, Iwan Joko; Sobriyah, Sobriyah; Soeprapto, Mamok
Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakBanjir merupakan permasalahan umum yang sering melanda sebagian besar wilayahIndonesia.Salah satunya terjadi di Kali Brangkal yang berada di Kota Mojokerto. Pada Tahun 2004 terjadibanjir di Kota Mojokerto, karena luapan Kali Brangkal. Banjir tersebut disebabkan karena adanya tanggulyang putus dibeberapa ruas hulu Bendung Sinoman. Akibatnya, timbul genangan air di Desa Sooko,KotaMojokerto. Selain itu, ada dugaan bahwa penyebab jebolnya tanggul akibat dari dampak pembendunganpada Bendung Sinoman. Untuk itu permasalahan banjir perlu segera diatasi sebab daerah yang banjirmerupakan daerah pemukiman pendudukPenelitian ini dilakukan dengan pendekatan sederhana untuk mencari kesesuaian debit puncak danbentuk hidrograf aliran antara hidrograf terukur dan hidrograf satuan sintetis pada daerah aliran KaliBrangkal, beberapa metode seperti metode Gama I,Nakayasu,Snyder, ITB-1 dan ITB-2 digunakan untukmenghitung debit puncak. Untuk memperoleh profil muka air dilakukan simulasi dengan bantuan softwareHec-ras, dan konsep yang direncanakan dalam rangka pengendalian banjir tersebut yaitu dengan modifikasiBendung Sinoman dengan mengurangi tinggi mercu bendung dengan tujuan untuk menurunkan tinggi mukaair dihulu bendung yang menyebabkan banjirHasil dari penelitian ini, menunjukan bahwa hidrograf yang paling sesuai dengan hidrografterukur adalah hidrograf sintetik Nakayasu. Debit puncak pada hidrograf kala ulang 100 tahunan adalahsebesar 636,25 m3/s. Hasil simulasi dengan input debit kala ulang 100 tahunan pada kondisi bendung eksisitingterjadi banjir. Dan dilakukan modifikasi Bendung Sinoman dengan mengurangi tingggi mercu 3mhasilnya masih terjadi banjir. Sehingga dengan mengurangi tinggi mercu belum dapat mengatasi banjir dihulu Bendung Sinoman. Untuk mengatasi hal itu perlu peninggian tanggul 1 m di tanggul sebelah kiri dan1.5 m di tanggul sebelah kanan. Hasil simulasi dengan peninggian tanggul, banjir di hulu bendung dapatteratasi.Kata kunci: Debit Banjir, Mercu bendung, Hec-ras,Tanggul,Tinggi Muka Air.
Performance Evaluation of Dimoro Irrigation Area Based on Rating Scale Methods Dian Retno Anugrah; Sobriyah Sobriyah; Dewi Handayani
International Journal of Science and Applied Science: Conference Series Vol 2, No 1 (2018): International Journal of Science and Applied Science: Conference Series
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (819.499 KB) | DOI: 10.20961/ijsascs.v2i1.16684

Abstract

Sustainable operation and maintenance activities determine durability and success level of irrigation infrastructure. Success indicator of irrigation such as increasing of water usage efficiency, increasing of plant intensity, decreasing of water distribution conflict, increasing of agricultural production result and decreasing of dryness of plant. Therefore, it is necessary to have research to determine the performance of irrigation operation that had been carried out from 2013 – 2106 at Dimoro Irrigation Area. The Dimoro operational data records 2013 - 2016 were analyzed by simple weighting for each indicator, then analyzed to obtain performance for each year. The results showed that the operation irrigation at Dimoro Irrigation Area tend to succeed if seen from its performance that rises.
PENGARUH BIOPORI TERHADAP INFILTRASI DAN LIMPASAN PADA TANAH LEMPUNG BERLANAU Umbu Damar Yudhistira; Siti Qomariyah; Sobriyah Sobriyah
Matriks Teknik Sipil Vol 2, No 4 (2014): Desember 2014
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.741 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v2i4.37379

Abstract

Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah suatu proses yang berkaitan, dimana air diangkut dari lautan ke atmosfer (udara), ke darat dan kembali lagi ke laut. Siklus hidrologi ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Pesatnya pembangunan menyebabkan tutupan lahan meningkat yang akan menyebabkan berkurangnya resapan air hujan ke dalam tanah dan bertambah besarnya aliran permukaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan bentuk penanganan lingkungan yang dapat dilakukan dengan mudah. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan teknologi yang telah ada seperti Lubang Resapan Biopori (LRB). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biopori terhadap infiltrasi dan limpasan pada tanah lempung berlanau dengan peubah intensitas hujan, jumlah biopori, dan kemiringan lahan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental di laboratorium dengan menggunakan alat rainfall simulator. Peubah yang digunakan adalah intensitas hujan yang bervariasi (deras merata, deras di hulu, deras di hilir), jumlah biopori (0, 6, 12) dan kemiringan yang digunakan (0o, 3o). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan volume infiltrasi terbanyak pada jumlah biopori 12, kemiringan 0o, dan intensitas hujan deras di hulu. Volume limpasan terbanyak pada jumlah biopori 0, kemiringan 3o, dan intensitas hujan deras di hilir. Variasi jumlah biopori berpengaruh lebih dominan daripada variasi kemiringan dan intensitas hujan.
PENGARUH LUBANG RESAPAN BIOPORI TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN Edho Victorianto; Siti Qomariyah; Sobriyah Sobriyah
Matriks Teknik Sipil Vol 2, No 3 (2014): September 2014
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.82 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v2i3.37411

Abstract

Lubang resapan biopori adalah fasilitas resapan air yang digunakan untuk mengatasi banjir dengan mempercepat peresapan air ke dalam tanah. Penambahan resapan air belum diketahui sehingga menarik untuk diteliti. Lokasi penelitian berada di depan gedung V Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan 2 buah, 3 buah, dan 4 buah lubang resapan biopori diameter 15 cm dan kedalaman 100 cm. Area yang tidak diberi lubang ditutup beton agar air tidak meresap. Limpasan permukaan yang dapat direduksi pada Qmasuk 0,0647 l/det oleh 2 lubang biopori sebanyak 75,04%, Qmasuk 0,523 l/det oleh 3 lubang sebanyak 93,42%, Qmasuk 0,0494 l/det oleh 4 lubang sebanyak 96,51%. Pada Qmasuk 0,0840 l/det oleh 2 lubang biopori sebanyak 67,93%, Qmasuk 0,1032 l/det oleh 3 lubang sebanyak 88,15%, Qmasuk 0,0889 l/det oleh 4 lubang sebanyak 97,20%. Pada Qmasuk 0,1275 l/det oleh 2 lubang sebanyak 78,10%, Qmasuk 0,1205 l/det oleh 3 lubang sebanyak 82,04%, Qmasuk 0,01477 l/det oleh 4 lubang sebanyak 91,25%. Jumlah lubang biopori berpengaruh terhadap besar reduksi limpasan permukaan selama kondisi tanah belum jenuh. Ketika tanah jenuh air yang meresap kecil. Hal ini sesuai dengan koefisien permeabilitas tanah di area penelitian sebesar 2,308x10-8 cm/detik yang dihasilkan dari uji tanah di Laboratorium Mekanika Tanah FT UNS. Kata Kunci : Biopori, Infiltrasi, Limpasan Permukaan, Lubang Resapan.
DESAIN KRITERIA PENILAIAN KONDISI SUNGAI BERDASARKAN ASPEK STRUKTUR BANGUNAN (STUDI KASUS SUNGAI PEPE BARU SURAKARTA) Bagas Mahadika; Sobriyah Sobriyah; Agus Hari Wahyudi
Matriks Teknik Sipil Vol 5, No 2 (2017): Juni 2017
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v5i2.36854

Abstract

Sungai sebagai sarana pengaliran air alami merupakan salah satu sumber air yang berpengaruh dalam kehidupan manusia. Manusia membangun berbagai macam struktur prasarana sungai untuk memaksimalkan pemanfaatan air sungai. Kebutuhan akan pembangunan, perawatan serta perbaikan prasarana sungai tidak selalu sejalan dengan sumber daya yang ada, sehingga diperlukan suatu skala prioritas untuk menentukan tindakan yang harus dilaksanakan segera. Oleh karena itu penting untuk dibuat suatu desain kriteria penilaian kondisi sungai berdasarkan aspek struktur bangunan prasarana sungai. Hasil desain kriteria kemudian diterapkan pada Sungai Pepe Baru untuk mendapatkan kondisi sungai sebagai pertimbangan untuk peningkatan kualitas Sungai Pepe Baru. Tahapan dari penelitian ini adalah: (1) Menentukan komponen bangunan prasarana sungai. (2) Menyusun indikator bangunan prasarana sungai. (3) Menyusun kriteria bangunan sungai berdasarkan strukturnya. (4) Membuat teknik penilaian kondisi bangunan berdasarkan strukturnya. (5) Menghitung distribusi bobot antar komponen sungai. (6) Menerapkan desain penilaian struktur bangunan sungai pada Sungai Pepe Baru. Komponen bangunan sungai yang digunakan dalam penyusunan kriteria dapat dikelompokkan menjadi bangunan pelindung, bangunan pengaturan, dan bangunan pendukung. Distribusi bobot yang dihitung menggunakan metode Analytic Hierarchy Process dan menghasilkan bobot 33.3% untuk bangunan pelindung, 37% untuk bangunan pengaturan dan 29.6% untuk bangunan pendukung. Desain kriteria kemudian diterapkan pada Sungai Pepe Baru, dan menghasilkan nilai 83,71 yang termasuk kategori BAIK, dengan kondisi bangunan pelindung 85,82, bangunan pengaturan 78,49 dan bangunan pendukung 87,66.
PERBANDINGAN HASIL PREDIKSI LAJU EROSI DENGAN METODE USLE,MUSLE,RUSLE DI DAS KEDUANG Aprillya Nugraheni; Sobriyah Sobriyah; Susilowati Susilowati
Matriks Teknik Sipil Vol 1, No 3 (2013): September 2013
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v1i3.37537

Abstract

Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo merupakan salah satu DAS superprioritas di Indonesia yang segera memerlukan penanganan (Joko Sutrisno,2011). Kategori superprioritas diberikan dengan pertimbangan bahwa kondisi daerah aliran sungainya sudah memprihatinkan, terutama besarnya laju erosi yang cukup tinggi serta produktivitas lahan yang dinilai semakin menurun.Kondisi demikian terjadi baik di wilayah hulu maupun di hilir. DAS Keduang yang berlokasi di muara Sungai Keduang berada di dekat tempat pengambilan air (intake) Waduk Gajah Mungkur, dinilai menyumbang sedimentasi terbesar yang akan sangat mengganggu operasional waduk. Selain menyebabkan sedimentasi, erosi juga akan menyebabkan berkurangnya ketebalan tanah (solum) dan berkurangnya tingkat kesuburan tanah di wilayah hulu.Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan nilai laju erosi lahan berdasarkan peta tata guna lahan, mengetahui bagaimana perbandingan hasil dalam perhitungan hasil erosi di DAS Keduang dengan menggunakan metode USLE, MUSLE, RUSLE dan perbandingan hasil prediksi dengan penelitian sebelumnya.Hasil dari analisis kehilangan tanah dengan menggunakan metode USLE adalah 3.227.963,73 ton/th, metode MUSLE 4.391.623,44 ton/th dan RUSLE 6.909.830,72 ton/th. Laju erosi menggunakan metode USLE sebesar 76,68 ton/ha/th, metode MUSLE sebesar 104,32 ton/ha/th dan metode RUSLE sebesar 164,14 ton/ha/th dengan rasio perbandingan laju erosi ketiga metode sebesar 1 : 1,36 : 2,14 dan rasio perbandingan dengan penelitian sebelumya sebesar 1 : 0,94 : 0,96.
DESAIN KRITERIA PENILAIAN KINERJA SUNGAI BERDASARKAN ASPEK FUNGSI BANGUNAN (STUDI KASUS SUNGAI PEPE BARU SURAKARTA) Idham Yunanto; Sobriyah Sobriyah; Agus Hari Wahyudi
Matriks Teknik Sipil Vol 4, No 4 (2016): Desember 2016
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v4i4.37041

Abstract

Sungai merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Kurang terpeliharanya sungai dengan baik dapat menjadikan bencana dan menurunkan fungsi sungai. Permasalahan utama dari suatu sistem sungai adalah kurangnya deteksi dini terhadap penurunan kinerja sungai secara menyeluruh. Untuk itu penting dilakukan suatu penyusunan desain kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja sungai yang ditinjau dari segi fungsi bangunan sebagai pematus banjir. Penelitian ini dilakukan di Sungai Pepe Baru, Surakarta dengan metode deskriptif kuantitatif. Tahapan dari penelitian ini antara lain (1) Menentukan komponen bangunan sungai pengendali banjir. (2) Menyusun indikator bangunan sungai dalam pengendalian banjir. (3) Menyusun kriteria bangunan berdasarkan fungsinya sebagai pematus banjir. (4) Menghitung distribusi bobot antar komponen sungai. (5) Mengujicobakan teknik penilaian fungsi bangunan pada Sungai Pepe Baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen penting sungai adalah bangunan pelindung, bangunan pengaturan, dan bangunan pendukung. Bobot untuk setiap komponen sungai dihitung berdasarkan fungsi sungai sebagai pematus banjir. Distribusi bobot pada setiap komponen sungai adalah bangunan pelindung 44%, bangunan pengaturan 39%, dan bangunan pendukung 17%. Hasil penilaian yang diterapkan di Sungai Pepe Baru yaitu bangunan pelindung 71,089% dengan kategori CUKUP, bangunan pengaturan 68,583% dengan kategori CUKUP, dan bangunan pendukung 90,499% dengan kategori BAIK. Hasil penilaian kinerja fungsi Sungai Pepe Baru secara keseluruhan sebagai pematus banjir adalah 73,9% dengan kategori CUKUP.
ANALISIS HIDROGRAF ALIRAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG DENGAN BEBERAPA METODE HIDROGRAF SATUAN SINTETIS Muhamad Iqbal Tias Pratomo; Sobriyah Sobriyah; Agus Hari Wahyudi
Matriks Teknik Sipil Vol 2, No 3 (2014): September 2014
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v2i3.37403

Abstract

Kontribusi air dari DAS Keduang terhadap Waduk Wonogiri belum dapat diketahui cara yang tepat untuk digunakan. Salah satu cara untuk mengetahui besarnya debit banjir di DAS Keduang adalah dengan memprediksi besarnya aliran dari data hujan yang ada, oleh karena itu data hujan sebagai masukan utama proses pengalihragaman hujan menjadi aliran menjadi suatu hal yang sangat penting dan harus memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Penelitian ini menyajikan suatu pendekatan sederhana untuk membandingkan debit puncak dan bentuk hidrograf aliran antara hidrograf terukur dan hidrograf satuan sintetis pada DAS Keduang. Beberapa metoda hidrograf satuan sinteteis seperti cara GAMA I, ITB-1, ITB-2, Limantara, Nakayasu, dan Snyder digunakan untuk menghitung debit puncak dan bentuk hidrograf. Dari hasil kalibrasi model didapatkan model hidrograf satuan sintetis yang sesuai dan mendekati karakteristik hidrograf terukur untuk mendapatkan HSS yang tepat untuk karakteristik DAS Keduang. Hasil analisis menunjukan bahwa debit puncak dari hasil perhitungan hidrograf terukur pada tanggal 14-15 Pebruari 2011, 25 April 2011, 28 Nopember 2011 dan 15 Desember 2011 berturut-turut yaitu 111,38 m3/dt, 271,62 m3/dt, 56,31 m3/dt dan 152,74 m3/dt. Hasil perhitungan dari setiap metode HSS tidak bisa diputuskan yang paling sesuai dengan hidrograf terukur pada DAS Keduang, karena setiap metode HSS memiliki keunggulan berbeda-beda dari debit puncak, waktu puncak, dan volume pada tiap kejadian hujan.
ANALISIS PENINGKATAN LAYANAN PDAM TIRTO NEGORO UNIT SAMBUNGMACAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN Fredi Irawan; Sobriyah Sobriyah; Agus Hari Wahyudi
Matriks Teknik Sipil Vol 3, No 3 (2015): September 2015
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v3i3.37298

Abstract

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah, kebutuhan air bersih baik diperkotaan maupun dipedesaan semakin meningkat. PDAM Tirto Negoro Unit Sambungmacan yang bertugas dan bertanggung jawab atas penyediaan air bersih di Kecamatan Sambungmacan. Perlu dilakukan analisis untuk mengetahui peningkatan layanan PDAM Tirto Negoro Unit Sambungmacan dalam memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah Kecamatan Sambungmacan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu pengumpulan data yang kemudian dianalisis datanya untuk diambil kesimpulan, dengan melakukan analisis pola distribusi tekanan meter air, pertambahan pelanggan sampai tahun 2025, kapasitas produksi pada tahun 2025. Berdasarkan diadakannya program audit NRW (Non Revenue Water) dan pembentukan DMA (Distrik Meter Area) oleh PDAM Tirto Negero Unit Sambungmacan, diperoleh data sekunder hasil pengukuran debit dan tekanan meter air selama 1x24 jam dengan interval pencatatan 15 menit yang membentuk pola siklikal untuk debit dan tekanan meter sedangkan untuk distribusi air bersih membentuk pola cabang (Branch pattern). Berdasarkan analisis menggunakan rumus proyeksi jumlah pelanggan dan MDG (Millennium Development Goals), jumlah pelanggan mengalami peningkatan yaitu dari 2195 SR ditahun 2015 menjadi 4785 SR ditahun 2025 mengakibatkan bertambahnya kebutuhan air bersih. Dari analisis terhadap pertambahan pelanggan tersebut dapat diketahui bahwa kebutuhan air bersih dari tahun 2015 untuk domestik 12,339 lt/dt, non domestic 0,215 lt/dt,sosial 0,382 lt/dt dan total kebutuhan air bersih 16,245 lt/dt meningkat menjadi domestik 27,126 lt/dt, non domestic 0,4022 lt/dt,sosial 0,712 lt/dt dan total kebutuhan air bersih 35,5 lt/dt pada tahun 2025. Berdasarkan analisis mengunakan rumus regresi linier untuk kapasitas produksi air bersih mengalami penurunan dari 22,5 lt/dt tahun 2015 menjadi 16,5 lt/dt tahun 2025, berbanding terbalik dengan debit yang dibutuhkan dari 24,4 lt/dt tahun 2015 menjadi 53 lt/dt tahun 2025. Diperlukan pertambahan 1 sumur produksi kapaitas 20 lt/dt kurun waktu 2014 - 2020 dan 2 sumur produksi kapasitas masing-masing 20 lt/dt kurun waktu 2020 - 2025 untuk menunjang kinerja pendistribusian air bersih oleh PDAM Tirto Negoro Unit Sambungmacan lancar.
ANALISIS RESAPAN LIMPASAN PERMUKAAN DENGAN LUBANG BIOPORI DAN KOLAM RETENSI DI FAKULTAS TEKNIK UNS Mochamad Zakky Yulianto; Sobriyah Sobriyah; Siti Qomariyah
Matriks Teknik Sipil Vol 3, No 4 (2015): Desember 2015
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v3i4.37254

Abstract

Perubahan tata guna lahan berakibat pada limpasan permukaan yang semakin besar , dan resapan air hujan sebagai suplai air tanah juga berkurang. Beberapa upaya untuk meresapkan air limpasan hujan antara lain dengan lubang biopori dan kolam retensi. Penelitian ini membahas kondisi resapan limpasan hujan di Fakultas Teknik UNS serta kondisi resapan setelah penambahan lubang biopori dan kolam retensi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Analisis kepanggahan data hujan dilakukan menggunakan uji RAPS. Analisis dilakukan dengan panjang data hujan 24 tahun dengan 5 stasiun hujan. Pengujian validitas distribusi hujan menggunakan Metode Smirnov Kolmogorov. Pembuatan lubang biopori pada saluran drainase dengan jarak antar lubang 1 m dengan diameter ± 10 cm dan kedalaman ± 1 meter. Kolam retensi dibuat pada hilir saluran drainase Fakultas Teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limpasan hujan yang meresap ke tanah di Fakultas Teknik pada kondisi existing sebesar 1155,217 m3/hari. Pembuatan lubang biopori dapat meresapkan limpasan permukaan di Fakultas Teknik sebesar 1426,35 m3/hari.Terjadi peningkatan resapan setelah pembuatan lubang biopori 23,41 % dari resapan kondisi existing. Pembuatan kolam retensi dapat meresapkan limpasan hujan di Fakultas Teknik sebesar 1151,59 m3/dtk. Terjadi penurunan resapan setelah pembuatan kolam retensi 0,314 % dari resapan kondisi existing. Kolam retensi tidak efektif dibuat di Fakultas Teknik UNS, karena jenis tanah lempung di Fakultas Teknik UNS yang telah jenuh memiliki infiltrasi konstan yang sangat kecil (1,411 x 10-7 m3/dtk).