Catur Hermanto
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Eradikasi Tanaman Pisang Terinfeksi Fusarium Menggunakan Glifosat dan Minyak Tanah Catur Hermanto; - Eliza; Denny Emilda
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 4 (2009): Desember 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v19n4.2009.p%p

Abstract

Penyakit layu fusarium merupakan salah satu kendala utama produksi pisang di dunia, karenanyapengelolaan tanaman terinfeksi menjadi isu penting dalam pengendalian penyakit. Penelitian bertujuan untukmendapatkan informasi tentang perkembangan cendawan fusarium dari jaringan terinfeksi dan mencari metodeeradikasi tanaman yang terserang penyakit. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan KebunPercobaan Aripan, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika dari bulan Juli 2007 sampai Maret 2008, terdiri dari 3tahap kegiatan, yaitu (1) sporulasi cendawan Fusarium oxysporum f.sp. cubense pada jaringan pembuluh vaskularsecara in vitro, (2) sporulasi cendawan fusarium akibat pemotongan batang semu pada tanah steril, dan (3) eradikasitanaman terinfeksi secara kimiawi. Hasil penelitian menunjukkan (a) pemotongan jaringan terinfeksi merangsangpembentukan konidiofor, sporulasi, dan produksi konidia, (b) peningkatan luas permukaan jaringan yang terinfeksipenyakit yang terbuka sampai 4,5 kali yang dapat meningkatkan produksi konidia sampai 14,83 kali, (c) fitotoksispada tanaman pisang terserang penyakit layu fusarium yang dieradikasi dengan herbisida glifosat terjadi pada 3-4hari setelah aplikasi dan mencapai nekrotik pada 14-16 hari setelah aplikasi, dan (d) injeksi 10 ml glifosat merupakanmetode eradikasi yang paling baik terhadap tanaman yang terserang penyakit layu fusarium karena mengakibatkanintensitas dan insidensi nekrosis daun, serta kematian patogen yang paling tinggi. Hasil penelitian dapat digunakansebagai dasar dalam pengelolaan tanaman pisang yang terserang penyakit layu fusarium secara tepatABSTRACT. Hermanto, C., Eliza, and D. Emilda. 2009. Eradication of Fusarium Infected Banana PlantUsing Glyphosate and Kerosene. Fusarium wilt disease is one of the major constraints of world banana production.Management of diseased plants becomes a critical issue in disease control. Research was aimed to gain information offusarium development from infected tissue and method to eradicate dying-infected plant. The research was conductedin Plant Protection Laboratory and Aripan Experimental Farm, Indonesian Tropical Fruit Research Institute from July2007 to March 2008, consisting of 3 steps, namely (1) in vitro sporulation of fusarium from dying-infected tissue,(2) study of fusarium sporulation from dying-infected tissue on sterile soil, and (3) chemical eradication of fusariumwilt dying plants. The results showed that (a) cutting of dying-infected tissue stimulated conidiophore formation,sporulation, and conidial production, (b) increase of the surface of dying-infected tissue by 4.5 times resulted inincrease of conidial production until 14.83 times, (c) phytotoxic of banana plant started appearing on 3-4 days afterapplication of glyphosate herbicide, and reached total necrotic on 14-16 days, and (d) 10 ml glyphosate injectioncaused phytotoxis on leaves, petioles, pseudostem, and fruits, resulting in the best eradication method for fusariumwilt dying plant with highest severity and incidence of leaf necrosis, and pathogen mortality. The results can be usedto properly manage fusarium wilt dying-infected banana plant.
Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang di Provinsi NAD: Sebaran dan Identifikasi Isolat Berdasarkan Analisis Vegetative Compatibility Group Edison -; Riska -; Catur Hermanto
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n2.2012.p165-172

Abstract

ABSTRAK. Penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium  oxysporum f. sp. cubense (Foc) merupakan penyakit paling berbahaya pada tanaman pisang. Untuk mendapatkan teknik pengendalian yang tepat, maka informasi tentang distribusi dan karakter biologi patogen tersebut perlu diketahui. Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi penyakit layu Fusarium di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan varietas pisang yang diserangnya serta mengidentifikasi isolat  Foc berdasarkan analisis vegetative compatibility group (VCG). Survei dan pengumpulan sampel tanaman pisang terserang penyakit dilakukan pada bulan Januari 2007 dan Juli 2008. Isolasi dan pemurnian isolat dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika Solok pada bulan Februari 2007 dan Agustus 2008. Analisis VCG dilakukan di Departement of Primary Industry, Plant Pathology Section, Indooroopilli Australia dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika sejak bulan Juli 2007 sampai bulan Juli 2009. Tester VCG berjumlah 17 nomor yang berasal dari Department of Primary Industry, Plant Pathology Section, Indooroopilli Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit layu Fusarium ditemukan di semua lokasi pengamatan di Provinsi NAD pada empat varietas pisang, yaitu Barangan (AAA), Raja (AAB), Kepok (ABB/BBB), dan Siem (ABB). Dari 50 isolat Foc yang dikoleksi terkelompok ke dalam dua VCG, 37 isolat (74%) termasuk dalam VCG 01213/16 (Tropical Race 4), ditemukan pada tiga varietas (Barangan, Kepok, dan Raja), sembilan isolat masuk VCG 01218 (Ras 1) ditemukan hanya pada varietas Siem, sedangkan VCG empat isolat yang menyerang pisang varietas Siem belum ditemukan. Foc VCGs 01213/16 (TR4) paling dominan ditemukan di Provinsi NAD, baik dari jumlah, sebaran lokasi, maupun ragam varietas yang diserangnya. Data ini menginformasikan bahwa pengembangan tanaman pisang di Provinsi NAD harus dilakukan secara selektif serta mempertimbangkan langkah-langkah preventif dan pengendalian yang tepat.ABSTRACT. Jumjunidang, Edison, Riska, and Hermanto, C 2012. Fusarium Wilt Disease on Banana in NAD Province: Distribution and Identification of Isolates through Vegetative Compatibility Group Analysis. Wilt disease caused by Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) is the most dangerous pathogen on banana. Knowledge of the distribution and biological characters of the pathogen is very important to arrange an effective control technique. The objectives of this study were to reveal distribution of Fusarium wilt disease in Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Province and infected banana varieties as well as to identify of Foc isolates with vegetative compatibility group (VCG) analysis Survey and collection of samples of infected banana plants in NAD Province were carried out in January 2007 and July 2008. Isolation and purification of the isolates with single spore techniques were done at Plant Protection Laboratory of Indonesian Tropical Fruit Research Institute (ITFRI), Solok in February 2007 and August 2008. Vegetative compatibility group analysis was performed at Department of Primary Industry, Plant Pathology Section, Indooroopilli Australia and Plant Protection Laboratory of ITFRI from July 2007 to July 2009. Seventeen VCG testers were originated from Department of Primary Industry, Plant Pathology Section, Indooroopilli Australia. The results showed that Fusarium wilt disease was found in all surveyed locations in NAD Province on four banana varieties, i.e. Barangan (AAA), Raja (AAB), Kepok (ABB/BBB), and Siem (ABB). Fifty isolates of the pathogen Foc have been collected and grouped into two VCGs, 37 isolates (74%) were grouped into VCG 01213/16 (Tropical Race 4) attacking three varieties (Barangan, Kepok, and Raja), nine isolates were clustered into VCG 01218 (Race 1) attacking Siem variety only, and the other four isolates from Siem variety had not been identified yet.  Foc VCG 01213/16 (TR4) was very dominant in NAD Province, in terms of numbers, location, and distribution of attacked varieties. These findings inform that the development of banana plants in the NAD province should be done selectively and consider both preventive measures and appropriate controls.
Pengendalian Hayati Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang dengan Pseudomonas fluorescens dan Gliocladium sp. Ika Djatnika; Catur Hermanto; Eliza -
Jurnal Hortikultura Vol 13, No 3 (2003): SEPTEMBER 2003
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v13n3.2003.p205-211

Abstract

Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh F. oxysporum f.sp. cubense merupakan kendala yang amat besar dalam memproduksi pisang, bukan hanya di Indonesia tetapi hampir di seluruh pusat pertanaman pisang di dunia. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh P. fluorescens dan Gliocladium sp. terhadap perkembangan intensitas penyakit layu fusarium pada tanaman pisang, dan menentukan cara aplikasi agens hayati tersebut yang efektif. Percobaan dilakukan di lahan petani di Desa Selayo Kabupaten Solok yang dilaporkan sebagai lahan endemik layu fusarium, mulai April 2000 sampai dengan Maret 2001. Percobaan dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan P. fluorescens atau Gliocladium sp. yang  diaplikasikan dengan cara penyiraman pada tanah di sekitar bibit tanaman pisang dapat menekan perkembangan penyakit layu di lapang. Tampaknya penyiraman tanaman dengan mikrobe antagonis tersebut tidak cukup satu kali, melainkan perlu beberapa kali  supaya hasilnya lebih baik. Kata kunci: Pisang; Fusarium oxysporum; Pseudomonas fluorescens; Gliocladium sp.; Pengendalian hayati. ABSTRACT. Fusarium wilt caused by F. oxysporum f.sp. cubense is a main constrain in bananas plantation throughout the world, including in Indonesia. The objectives of this research were to study the effect of P. fluorescens and Gliocladium sp. in the development of wilt disease intensity on banana plants, and to know the application methods of the biological agents to control the disease. The experiment was conducted in the farmer’s area where the disease was reported in endemics level in Selayo district Solok country from April 2000 until March 2001. Randomized block design with seven treatments and three replications were used. The result showed that application by pour   P. fluorescens or Gliocladium sp. suspension to soil around banana seedling rhizosfeer reduced the diseased plants in the field. It seems that the antagonistic microbes should be applicated several times to reduce the diseased plants perfectly.
IDIOTIPA TANAMAN PISANG DAN SUMBERDAYA GENETIK PENDUKUNGNYA Catur Hermanto; Edison H. S.
Zuriat Vol 23, No 2 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i2.6870

Abstract

Indonesia merupakan salah satu asal persebaran dan pusat keragaman tanaman pisang. Pemanfaatan kekayaan genetik tersebut dalam perakitan varietas unggul harus dirancang secara terarah pada idiotipa yang diinginkan yang disusun dengan mempertimbangkan efisiensi produksi, kemudahan dalam pengelolaan tanaman, produktivitas tinggi, preferensi konsumen, kemudahan dalam distribusi buah serta tahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan informasi genetik yang diperoleh dari karakterisasi plasma nutfah, maka idiotipa tanaman pisang adalah sebagai berikut: bentuk tajuk tegak, tinggi tanaman < 2m, tangkai tandan panjang, posisi tandan menggantung vertikal, seludang bunga persisten, ujung buah membulat, tebal kulit buah > 3 mm, buah persisten, umur genjah (< 8 bulan), umur petik < 3 bulan, jumlah sisir > 14 sisir, bobot tandan > 18 kg, daging buah pulen (untuk buah meja) atau kenyal (untuk pisang olahan), ukuran buah 75-100 g/buah (untuk buah meja) atau > 200 g/buah (untuk pisang olahan), bentuk buah lurus dan kompak, daya simpan > 2 minggu, rasa manis, tahan terhadap organisme pengganggu tanaman, serta adaptif.  Karakter-karakter tersebut dapat diperoleh dari pisang Lilin, Jari Buaya, Kole, Calcuta, Barangan, Kluthuk, Randah, Blugu, Raja Kinalun, Ambon Hijau, Ketan, Pelipita, Mas, Kepok, Berlin, pisang Seribu, Raja Siem, Cavendish, Jawaka, Tanduk, Candi, Ambon Kuning, Yangambi Km 5, Ceylan, pisang Awak, dan beberapa  spesies liar pisang hutan.
Pemanfaatan Tumbuhan Penghasil Minyak Atsiri untuk Pengendalian Fusarium oxysporum f. sp. cubense Penyebab Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Pisang - Riska; - Jumjunidang; Catur Hermanto
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 4 (2011): DESEMBER 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v21n4.2011.p331-337

Abstract

Penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium  oxysporum f. sp. cubense (Foc) merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman pisang. Teknik pengendalian yang efektif dan berwawasan lingkungan perlu terus diupayakan, di antaranya melalui penggunaan pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian daun beberapa tumbuhan penghasil minyak atsiri terhadap jumlah propagul awal Foc dalam tanah dan pengendalian penyakit layu Fusarium pisang pada skala rumah kasa. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok mulai bulan Februari sampai dengan Juni 2009. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ialah acak kelompok dengan lima perlakuan dan empat ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas lima tanaman. Perlakuan tersebut adalah empat jenis daun tumbuhan penghasil minyak atsiri yaitu : (A) daun nilam, (B) serai, (C) daun kayu manis, (D) daun cengkeh, dan (E) tanpa perlakuan (kontrol). Tanaman uji adalah bibit pisang Ambon Hijau hasil perbanyakan kultur jaringan umur 2  bulan setelah aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian daun tumbuhan penghasil minyak atsiri mampu menekan jumlah propagul awal Foc di dalam media tanam. Persentase penurunan propagul Foc awal dalam media yang berumur 5 minggu setelah pemberian tumbuhan penghasil minyak atsiri berkisar antara 50,1-70,6%. Semua perlakuan, kecuali daun nilam, juga mampu memperlambat munculnya gejala atau masa inkubasi penyakit. Masa inkubasi penyakit paling lama terjadi pada perlakuan pemberian daun cengkeh, diikuti dengan perlakuan pemberian daun kayu manis dan daun serai dengan perpanjangan masa inkubasi masing-masing sampai 22 dan 15 hari dibandingkan dengan kontrol. Pemberian daun tumbuhan mengandung minyak atsiri belum berakibat pada penurunan persentase dan intensitas serangan penyakit, sehingga perlakuan pemberian tumbuhan penghasil minyak atsiri perlu dikombinasikan dengan metode pengendalian lain agar lebih efektif dalam menekan penyakit layu Fusarium.Fusarium wilt caused by Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) is the most important disease on banana. Effective and environmental friendly techniques in controlling the disease need to be effort continually, among of them are with application of biopesticide to suppres Foc. The objectives of the research were to know the effect of some plant producing essential oils on initial number of propagule of Foc in soil and disease development of Fusarium wilt of banana. The research was conducted at Indonesian Tropical Fruits Research Institute Solok from February to June 2009. A randomized block design with five treatments and four replications was used, whereas each treatment consisted of five plants. Four types of plant producing essential oils as treatments, namely (A) crude of patchouly leaves, (B) crude of lemon grass, (C) crude of cassia leaves, (D) crude of clove leaves, and (E) water as control treatment were used. Ambon Hijau cultivar derived from tissue culture propagation of 2 months after acclimatization was used as experiemental material. The result showed that application of leaves of plant producing essential oils decreased initial number of Foc propagules in the banana cultivation media. Percentage of reducing the number of initial propagule of Foc in medium after infestation of plant producing essential oils ranged between 50.1-70.6%. All application of plant producing essential oils, except crude of patchouly leaves, was effective to reduce the incidence of wilting or incubation period of the disease.  The longest disease incubation period was determined on treatment with clove leaves, followed by cassia and lemon grass leaf with extending incubation period up to 22 and 15 days respectively compared to control. Application of the plant producing essential oils was not successfully applied in suppressing the percentage of wilt and disease intensity on banana under screenhouse condition. Therefore combination treatments with other techniques in conjunction to improve the effectivity of the plants in controlling Fusarium wilt disease are suggested.
Hubungan antara Tingkat Konsentrasi Inokulum Fusarium oxysporum f. sp. cubense VCG 01213/16 dengan Perkembangan Penyakit Layu pada Kultivar Pisang Rentan - Riska; - Jumjumidang; Catur Hermanto
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n2.2012.p156-164

Abstract

ABSTRAK. Peran konsentrasi inokulum awal patogen Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) terhadap insidensi penyakit layu pada pisang perlu diteliti, mengingat patogen ini persisten di dalam tanah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi inokulum Foc VCG 01213/16 dengan laju perkembangan penyakit layu pada pisang. Bahan yang digunakan ialah kultivar pisang rentan (Kilita). Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika pada bulan Mei sampai dengan September 2009. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, perlakuan terdiri atas lima taraf konsentrasi inokulum Foc yaitu 0; 102; 104; 106; dan 108 sel konidia/ml dengan lima ulangan, masing-masing plot berisi lima tanaman. Analisis regresi dan korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi inokulum dengan perkembangan penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua taraf konsentrasi inokulum Foc VCG 01213/16 dapat menyebabkan 100% tanaman terserang. Perbedaan konsentrasi berpengaruh nyata terhadap masa inkubasi, intensitas, dan perkembangan penyakit pada pisang Kilita. Makin tinggi konsentrasi inokulum, maka makin cepat masa inkubasi penyakit serta makin tinggi intensitas dan perkembangan penyakit. Terdapat korelasi positif antara konsentrasi inokulum dengan intensitas penyakit pada daun dan bonggol pisang dan korelasi negatif antara masa inkubasi dengan intensitas penyakit pada daun dan bonggol pisang. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa pengendalian Foc harus diarahkan pada upaya penurunan konsentrasi inokulum awal di dalam tanah sampai pada tingkat serendah mungkin.ABSTRACT. Riska, Jumjunidang, and Hermanto, C 2012. Relation between Concentration Level of Fusarium oxysporum f. sp. cubense VCG 01213/16 and the Disease Development on Susceptible Banana. Initial inoculum of pathogen is the most important factor to be observed, due to persistent of F. oxysporum f.sp.cubense (Foc) in the soil. The research was aimed to ascertain the relation between concentration levels of Foc VCG 01213/16 and the disease development on susceptible banana. This research was conducted at the Indonesian Tropical Fruits Research Institute from May to September 2009. Kilita as banana variety wich susceptible to Foc was used in the study as plant material. The experiment was arranged in a randomized complete block design with five concentrations of inoculum i.e. 0; 102; 104; 106; and 108 conidia/ml and five replications. Regression analysis was performed to determine the relation between concentration levels of Foc VCG 01213/16 and the disease development on susceptible banana. The results showed that there was no significant difference observed among the concentration levels of Foc inoculums on the percentage of wilted plants.  All the concentrations caused 100% of Kilita bananas to be wilt. The inoculum concentrations of Foc VCG 01213/16 significantly affected incubation period, the disease intensity on leaves and corm and disease development on Kilita. The higher concentration of Foc inoculums, the shorter disease development and incubation period occurred, the higher levels of disease intensity observed. There was a positive correlation between the inocolum concentration and the disease intensity and a negative correlation between the incubation period and the disease intensity on banana leaves and corms of the banana. The result of study, it could be recommended that decreasing initial inoculums of Foc in the soil is important to be done to control the disease severity in the field.
The Effect of Level Farmers' Knowledge In Some Active Chemical Insecticides Resistance to Control Plutella Xylostella Scale Laboratory Catur Hermanto; Rasiska Tarigan; Fatiani Manik
JERAMI Indonesian Journal of Crop Science Vol 2 No 1 (2019): JIJCS
Publisher : Department of Crop Science, Faculty of Agriculture, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.69 KB) | DOI: 10.25077/jijcs.2.1.22-32.2019

Abstract

Pengaruh Tingkat Pengetahuan Petani Pada Resistensi Beberapa Bahan Aktif Insektisida Kimia Untuk Mengendalikan Ulat Plutella Xylostella Skala Laboratorium The Effect of Level Farmers' Knowledge In Some Active Chemical Insecticides Resistance to Control Plutella Xylostella Scale Laboratory Catur Hermanto, Rasiska Tarigan dan Fatiani Manik Balai Penelitian Tanaman Sayuran – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jln Tangkuban Perahu No 517, Lembang, Bandung Barat 40391; e-mail: mirasiskatarigan@gmail.com ABSTRAK Petani dan pestisida merupakan dua sisi yang saling berkaitan dalam mengendalikan serangan hama penyakit tanaman dilapangan Penggunaan pestisida oleh petani semakin hari kian meningkat khususnya didataran tinggi, namun peningkatan ini tidak diimbangi dengan pemahaman dalam menggunakan pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan dan resistensi insektisida yang digunakan petani kubis di kabupaten Karo. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kebun Percobaan Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 mdpl yang dilaksanakan dari bulan september sampai november 2015. Pelaksanaan dibagi 2(dua) tahap. Tahap Pertama mengumpulkan makalah melalui teknik diskusi kelompok petani dan pengencer dan wawancara menggunakan kuisioner. Total jumlah responden 10 orang per 4 kecamatana. Dari hasil kuisioner dipilih jenis insektisida yang sering digunakan petani untuk diuji kepekaan ulat plutella xylostella terhadap insektisida yang diuji pada skala dilaboratoium. Empat perlakuan dengan masing-masing terdiri atas 9 taraf konsentrasi menggunakan rancangan acak lengkap dan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan petani kubis dikabupaten karo melakukan pencampuran fungi dan insektisida > 2jenis dengan frekwensi penyemprotan 2 x 1 minggum serta dosis yang digunakan tidak sesuai dengan KF yang dianjurkan. Nilai LC 50 insektisida kimia dari bahan aktif klorantranilipro, prefenofos, sipemetrin dan kloropinofos berturut-turut 1,87 ml, 1,5 ml, 1,5 ml dan 2 ml. Dan waktu Waktu yang dibutuhkan untuk mematikan 50 % plutella xylostella (LT 50) dari keempat insektisida kimia berbahan aktif klorantranilipro, prefenofos, sipemetrin dan Kloropinfos berturut-turut adalah 39.20, 19.43, 23.57 dan 30.15 jam Kata kunci : Pengetahuan, Resistensi, Insektisida Kimia, Plutella xylostella , Laboratorium ABSTRACT. The Farmers and pesticides are important aspects that interrelated tocontroll pests in the field of plant diseases as well as opportunities occur resistensi. The use of pesticides by farmers is constantly increasing, especially in the highlands, but this increase is not offset by an understanding in the use of pesticides. The aimed of the research to find the knowledge and the use of insecticide resistance cabbage farmers in Karo District. The research was conducted at the laboratory of Berastagi experimental farm with altitude of 1,340 meters above sea level implemented from the month of September to November 2015. The implementation of divided by 2 (two) stages. The first is to collect issues by discussion technique of farmers group and diluent and interview using a questionnaire. Total number of respondents is ten peoples each four districts. From the questionnaire result so the selected types of insecticides often used by famers for the testing of sensitivity plutella xylostella to insecticides test at laboratory scale with four treatment. each consisting of 9 degree of concentration using a completely randomized design and repeated 3 times. each consisting of 9 degree of concentration using a completely randomized design and repeated 3 times. The results showed cabbage farmers in the county karo mixing fungi and insecticides> 2 types with spraying frequency of 2 x 1 week as well as the doses used did not correspond to the recommended KF. LC 50 value of the chemical insecticide active ingredient klorantranilipro, prefenofos, sipemetrin and kloropinofos successively 1.87 ml, 1.5 ml, 1.5 ml and 2 ml. Time and time required to shut down 50% of Plutella xylostella (LT 50) of the four chemical insecticide active ingredient klorantranilipro, prefenofos, sipemetrin and Kloropinfos are respectively 39.20, 19:43, 23:57 and 30.15 hours