Kenconoviyati Kenconoviyati, Kenconoviyati
Department of Histology, Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI Jakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Teh Hijau Terhadap Konsentrasi dan Kecepatan Spermatozoa Tikus (Rattus norvegicus) Setelah Paparan Asap Rokok Susmiarsih, Tri Panjiasih; Kenconoviyati, Kenconoviyati; Kuslestari, Kuslestari
Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi Vol 4, No 2: September 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/bioeksperimen.v4i2.6886

Abstract

Merokok dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan, asap rokok mengandung bahan kimia berbahaya dan radikal bebas yang berpotensi menimbulkan infertilitas. Teh (Camelia sinensis) merupakan tumbuhan yang banyak mengandung polifenol flavonoid katekin (sekitar 30%-40%),senyawa ini berpotensi sebagai antioksidan kuat untuk menetralisir efek toksik radikal bebas.Tujuanpenelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun teh hijau terhadap konsentrasi dan kecepatan spermatozoa tikus (Rattus norvegicus) setelah paparan asap rokok. Subjek penelitian menggunakan 24 ekor tikus putih. Perlakuan terbagi atas: kelompok kontrol (K1 dan K2), kelompok paparan asap rokok dan pemberian ekstrak teh hijau (P1 dan P5), kelompok paparan asap rokok (P2 dan P5) dan kelompok pemberian ekstrak teh hijau (P3 dan P6). Periode perlakuan selama 30 hari (K1,P1,P2,P3) dan 45 hari (K2,P4,P5,P6). Dosis paparan asap rokok sebanyak 1 batang per hari dan ekstrak daun teh hijau sebanyak 200 mg/kg bb. Semen diperoleh dari epididimis bagian kaudal tikus. Analisis data konsentrasi dan kecepatan spermatozoa menggunakan uji ANOVA dan uji perbandingan LSD.Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun teh hijau mampu mempertahankan kecepatan gerak spermatozoa tikus setelah paparan asap rokok, namun pemberian ekstrak daun teh hijau tidak dapat memperbaiki konsentrasi spermatozoa setelah paparan asap rokok. Ekstrak daun teh hijau diindikasikan dapat memperbaiki kualitas spermatozoa.
Potensi Ekstrak Daun Teh Hijau terhadap Morfologi dan Motilitas Spermatozoa Tikus Putih (Rattus norvegicus ) setelah Paparan Asap Rokok Panjiasih Susmiarsih, Tri; Kenconoviyati, Kenconoviyati; Kuslestari, Kuslestari
Majalah Kesehatan Pharmamedika Vol 10, No 1 (2018): JUNI 2018
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/mkp.v10i1.682

Abstract

Asap rokok mengandung bahan kimia berbahaya dan radikal bebas yang berpotensimenimbulkan infertilitas. Radikal bebas dapat dinetralisir dengan pemberian antioksidan alami seperti Teh (Camelia sinensis)karena daun teh hijau banyak mengandung polifenol flavonoid katekin yang diduga senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi ekstrak daun teh hijau terhadap morfologi dan motilitas spermatozoa tikus (Rattus norvegicus) setelah paparan asap rokok. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih yang terbagi atas 8 kelompok (K1,P1,P2,P3, K2,P4,P5,P6 dengan waktu paparan 30 dan 45 hari. K1 dan K2 adalah kontrol, P1 dan P5 adalah kelompok yang terpapar asap rokok (1 batang per hari)dan diberi ekstrak teh hijau (200mg/kg bb). P2 dan P5 adalah kelompok yang dipapar asap rokok. P3 dan P6 adalah kelompok yang diberi ekstrak teh hijau. Spermatozoa diambil dari kauda epididimis. Analisis data menggunakan uji ANOVA dan uji perbandingan LSD. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun teh hijau secara bermakna (p 0.05)dapat meningkatkan motilitas spermatozoa tikus setelah paparan asap rokok, sedang ekstrak daun teh hijau tidak dapat meningkatkan morfologi normal spermatozoa setelah paparan asap rokok.
Perbandingan Pengaruh Indeks Massa Tubuh (IMT ) Perokok dengan Bukan Perokok Pasien Penyakit Jantung di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi Tahun 2016 Dwi Rahmawati, Santi; Kenconoviyati, Kenconoviyati
Majalah Kesehatan Pharmamedika Vol 9, No 2 (2017): DESEMBER 2017
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/mkp.v9i2.679

Abstract

Indeks massa tubuh (IMT²) adalah berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m²) Indeks massa tubuh merupakan suatu parameter obesitas yang dapat memperkirakan risiko seseorang dapat terkena penyakit penyerta obesitas atau tidak. Makin tinggi nilai IMT, makin tinggi pula risiko terkena penyakit penyerta obesitas. Indeks massa tubuh berlebih atau obesitas mengundang potensi terserang penyakit diabetes dan hipertensi yang nantinya juga akan berdampak pada jantung. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan pengaruh indeks massa tubuh perokok dengan bukan perokok pasien penyakit jantung di RSUD Kota Bekasi Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan jenis data kuantitatif. Teknik penetapan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin. Total responden penelitian sebanyak 160 responden, dengan kriteria yaitu pasien yang berkunjung dan berobat ke poli jantung RSUD Kota Bekasi pada tahun 2016. Pengambilan data menggunakan kuesioner dengan analisa statistika Chi-square. Hasil analisis uji statistik chi-square didapatkan indeks massa tubuh pasien perokok penyakit jantung memiliki p-value 0.03 yang dikatakan terdapat hubungan antara indeks masa tubuh perokok dengan penyakit jantung. Berbanding terbalik dengan pasien bukan perokok yang memiliki p-value 0,05 dikatakan tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan penyakit jantung. Indeks massa tubuh perokok pasien penyakit jantung lebih banyak memiliki indeks massa tubuh yang lebih. Sedangkan untuk bukan perokok lebih banyak memiliki indeks massa tubuh normal
DETEKSI MUTASI LANGKA, DELESI 619 BP, PADA GEN BETA-GLOBIN DARI ETNIS MELAYU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI Kenconoviyati, Kenconoviyati; Prayuni, Kinasih; Susilowati, RW; Yuliwulandari, Rika; Salam M. Sofro, Abdul
Jurnal Kedokteran YARSI Vol 23, No 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.228 KB) | DOI: 10.33476/jky.v23i2.98

Abstract

Beta-thalassemia merupakan gangguan hematologis autosomal yang secara genetis mengakibatkan berkurangnya sintesis beta-globin di hemoglobin. Beta-talasemia sebagian besar disebabkan oleh mutasi titik, insersi atau delesi dalam gen beta-globin yang terletak pada lengan pendek kromosom 11. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 1,5% dari populasi global (80-90 juta orang) adalah pembawa ?-thalassemia. Tidak ada studi komprehensif untuk mendeteksi pembawa beta-thalassemia di Indonesia, terutama untuk mutasi delesi 619 bp, yang mencakup ekson 3 dan memiliki prevalensi yang tinggi. Kami menggunakan metode gap-PCR yang di-kombinasikan dengan metode elektroforesis gel untuk memper-kirakan adanya mutasi delesi 619 bp pada 48 siswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dengan etnis Melayu. Analisis Blast hasil sekuensing dari ketiga sampel menunjukkan bahwa terdapat similaritas 98% antara hasil amplifikasi dengan ke daerah gen beta-globin pada kromosom 11 (No. Aksesi U01317.1). Berdasarkan hasil visualisasi elektroforesis gel, semua produk PCR dari 48 sampel, menunjukkan bahwa semua sampel tidak membawa mutasi delesi 619 bp yang ditunjukkan dengan ukuran produk PCR yang sama dari semua sampel, yaitu berukuran 1.457 bp dan 2.291 bp dari PCR I dan 1.212 bp dari PCR II.Beta-thalassaemia is an autosomal haematological disorder resulting in a genetically deficient synthesis of the ?-globin chain in haemoglobin. It is mostly caused by point mutations, a small deletions or insertions within the beta-globin gene which is located as a cluster on the short arm of chromosome 11. The World Health Organization has estimated that about 1.5% of the global population (80 to 90 million people) were carriers of ?-thalassemia. There are no comprehensive study to detect carrier of ?-thalassemia in Indonesia especially for 619 bp deletion mutation, which encompasses exon 3, that has greater prevalence. We used gap-PCR combined with gel electrophoresis methods to roughly screen the presence of major indel mutation in 48 Medical Faculty, Universitas YARSI students with Malay ethnic. To validate whether the PCR product obtained is the beta-globin gene, a direct sequencing of 3 PCR products were performed. The Blast analysis of the sequence was also done using NCBI database. The result showed that the PCR products obtained in this study showed 98% identity to human beta-globin gene region on chromosome 11 (No. Acc. U01317.1). In the electrophoresis of all PCR products of 48 samples, the result showed that all the samples did not carry any major indel mutation showing by the presence of similar length of PCR products in gel electrophoresis, which has 1.457 bp and 2.291 bp product from PCR I and 1.212 bp product from PCR II. 
Pengembangan Metode In-House HLA-Typing Gen HLA Kelas I (HLA A, HLA B, dan HLA C) Menggunakan Next Generation Sequencing Illumina MiSeq Yuliwulandari, Rika; Prayuni, Kinasih; Kenconoviyati, Kenconoviyati; Susilowati, R. W.; M. Sofro, Abdul Salam
Majalah Kedokteran Bandung Vol 47, No 3 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Human leucocyte antigen (HLA) adalah protein penyaji antigen yang lokus genetiknya berada di kromosom 6p21 dengan ukuran sebesar 3,8 Mb dan berasosiasi dengan lebih dari 100 penyakit berbeda yang  kebanyakan merupakan penyakit autoimun. Proses HLA-typing menggunakan sekuensing Sanger masih memberikan ambiguitas terhadap determinasi alel, low-throughput, dan membutuhkan biaya besar untuk sampel dalam jumlah besar. Next generation sequencing (NGS) menjadi metode yang dapat mengatasi kelemahan sekuensing Sanger. MiSeq dari Illumina merupakan salah satu NGS yang digunakan untuk HLA-typing. MiSeq memberikan kemudahan preparasi dan fleksibilitas metode yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan laboratorium penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Molekular Genetik, Laboratorium Terpadu Universitas YARSI pada empat orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI etnik Melayu selama periode Mei–Desember 2014. Hasil menunjukkan terdapat total 546 SNP heterozygous, 888 SNP homozygous, 25 insersi, dan 23 delesi dari keseluruhan 11 sampel amplikon dengan coverage 2.106,536x dengan 2x25 siklus pembacaan. Optimasi metode HLA-typing dapat dikatakan berhasil dengan mengombinasikan long-range PCR dan pemilihan ukuran library 300–600 bp. [MKB. 2015;47(3):152–159]Kata kunci: HLA Kelas I, MiSeq, next generation sequencingDevelopment of Class I HLA Gene In-House HLA-Typing Methods (HLA A, HLA B, and HLA C) using Next Generation Sequencing Illumina MiSeqAbstractHuman leukocyte antigen (HLA) is a 3.8 Mb protein presenting antigen whose genetic locus is located in chromosome 6p21 area and have association with more than 100 different diseases that are mostly autoimmune diseases. HLA-typing process using Sanger sequencing still  creates ambiguity in the  determination of  alleles, low-throughput, and costly as it requires a large quantity of sample. Next generation sequencing (NGS) is a method that can overcome the drawbacks of Sanger sequencing. MiSeq Illumina is one of the NGSs that are used for HLA-typing. This study was conducted at the Laboratory of Molecular, Universitas YARSI in a period from May to December 2014. MiSeq provides convenience and flexibility in the preparation methods that can be developed according to the needs of the research laboratory. The results showed that there were a total of 546 SNPs that were heterozygous, 888homozygous SNP, 25 insertions and 23 deletions from the overall 11 amplicon samples with an average coverage with 2x25 read length of  2,106,536x. Our protocol generates good result as we combined long PCR amplicon and size selection method to 300–600 bp fragment.  [MKB. 2015;47(3):152–159]Key words: HLA Class I, MiSeq, next generation sequencing DOI: 10.15395/mkb.v47n3.389