Habibi Al Amin, Habibi
Sekolah Tinggi Agama Islam Madiun

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penciptaan Adam; Mendialogkan TafsiR Marah Labid dengan Teori Keadilan Gender Al Amin, Habibi
AN-NUHA: Jurnal Kajian Islam, Pendidikan, Budaya dan Sosial Vol 1 No 1 (2014): Juli
Publisher : LP2M Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2979.046 KB)

Abstract

Tulisan singkat ini mengupas pandangan Syekh Nawawi Banten dalam tafsirnya Marah} Labi>d yang ditulis pada abad ke 19 (selesai tahun 1888/ Rabo 5 Rabiul Akhir 1305 H) tentang penciptaan Adam. Tema tentang penciptaan Adam dipilih karena isu ini menjadi trend perbincangan kalangan feminis dan penggiat keadilan gender. Kajian dalam tulisan ini menitikberatkan pada sejauhmana pandangan Syekh Nawawi melalui Marah} Labi>d menjelaskan tentang relasi keadilan gender khusus dalam ayat penciptaan Adam dan manusia. Tulisan ini menggunakan pendekatan kritik tafsir berbasis keadilan gender. Data yang dipakai berupa data kepustakaan yaitu produk tafsir abad 19 karya Syekh Nawawi Banten. Kesimpulan tulisan ini mengerucut pada justifikasi adil dan tidaknya pandangan Syekh Nawawi tentang penciptaan Adam (manusia). Hasil yang didapatkan dari kajian ini bahwa pandangan Syekh Nawawi tentang citra perempuan dilihat dari penciptaan perempuan berseberangan dengan teori keadilan gender.
Membangun Epistemologi Tafsir Sufi; (Intervensi Psikologi Mufassir) al amin, habibi
AN-NUHA: Jurnal Kajian Islam, Pendidikan, Budaya dan Sosial Vol 2 No 2 (2015): Desember
Publisher : LP2M Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.737 KB)

Abstract

Jika kita telusuri literature – literature ‘ulu>m al-Qur’a>n maka kita sering mendapati bahwa epistemologi tafsir sufi lahir dari nafas sufisme. Namun demikian epistemologi sufi yang digunakan dalam penafsiran al-Qur’an tidak dapat lepas dari faktor kejiwaan. Hal Ini ditunjukkan dengan produk penafsiran yang berupa identitas perlambangan (alegorasi) ayat-ayat Al-Qur’an dalam bentuk metafora jiwa suci yang diorientasikan menuju eksistensi Yang Maha Suci. Pengembangan struktur jiwa dalam sufi terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang kemudian digunakan untuk mengelaborasi makna di balik teks. Menariknya, kejiwaan para sufi yang dikelola melalui latihan-latihan olah jiwa (riya>d}ah) kurang disentuh dan dikritisi sebagai sebuah bentuk epistemologi. Selain proses pengalaman kejiwaan, dalam memahami kalam ilahi para sufi tidak terlepas dari kaidah linguistik serta makna lahiriah dari ayat-ayat dan susunan gramatika. Mereka menjelaskan ayat dengan menembus batas-batas makna teks dan menyelami makna ayat dengan pengalaman dan doktrin mereka. Proses jelajah dan eksplorasi yang tertimbun dari makna lahir dalam studi ilmu tafsir masuk pada kajian takwil. Konsep umum tentang takwil dalam perspektif sufi merupakan pendekatan yang menanjak/transendensi/ s}u’u>di>, mengambil emanasi dari tanzi>l (ayat-ayat ilahiah) yang bercorak menukik (imanensi/nuzuli).