Saiful Hakam, Saiful
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HALAL BI HALAL, A FESTIVAL OF IDUL FITRI AND IT’S RELATION WITH THE HISTORY OF ISLAMIZATION IN JAVA Hakam, Saiful
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 10, No 2 (2015)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2015.10.2.385-404

Abstract

Dalam artikel ini saya akan membahas tiga topik: Idul Fitri, tradisi halal bi halal dan sejarah islamisasi di Jawa. Berdasarkan gagasan Robert Redfied tentang tradisi besar dan kecil, saya ingin mengatakan bahwa festival Idul Fitri di Jawa lebih menyenangkan, ceria dan menggembirakan daripada di negara asal karena di masa lalu para intelektual yang menyebarkan Islam tidak mencoba untuk mengubah secara radikal tradisi lokal, namun mereka memilih untuk melanjutkan-tradisi kuno dengan agama baru dari tradisi besar Islam. Itu adalah gerakan yang sangat halus dan pintar sebab mereka menghidupkan kembali tradisi kuno dengan memadukannya dengan Islam. In this paper I will discuss three topic: the origin of Idul Fitri, the halal bi halal tradition and the history of Islamization in Java. Based on Robert Redfied’s notion of great tradition and little tradition, I want to argue that the festival of Idul Fitri in Java is more happy, cheery, and merry rather than in the origin country because in the past the intellectuals who propagated Islam did not try to change radically the local traditions, however they preferred to recontinue the ancient traditions with a new religion from great tradition, Islam. It was a very smooth and smart movement because they revive the ancient traditions by Islamizing the ancient tradition.
Chinese Maritime Politics in the 13th Century, Malay States and Javanese Imperium Hakam, Saiful
DINIKA : Academic Journal of Islamic Studies Vol 2, No 3 (2017): Inter-Religious Dialogue in the Local Context
Publisher : IAIN Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/dinika.v2i3.1082

Abstract

This study aims to explain about the rise of the Chinese trading culture, which is considered original at first then change progressively based on the internal process, and become damaged after making contacts with the native civilizations, is completely dissatisfying, though part of the truth is explained. Based on the critical analysis approach from the historical facts written by some scholars, the result of this study shows that the political and cultural changes were absolutely a sign of remarkable shock. Mongol conquests were contributed to these changes, though indirectly. Indian civilization was accepted by the native people, which then also influenced by the native culture. While the Islamic Nuance in Indian Ocean had been colored by Islamic nuance for approximately two centuries, wherein the trades in the middle and Chinese oceans were united naturally. Meanwhile Southeast Asia had grown rapidly after being involved in the hectic trading traffic. There were new social groups with the wealth of mobile capital, with a new spirit as the trades, in which in its development, there was a new form of state which was called as sultanate. One of the most important facts of that period is the rise of Java as a great sea power. Keywords:Chinese politic, Trading, Civilization
The Light History of Protestantism and the Emerging of Nationalism and Protestantism in South Korea Hakam, Saiful
Religió: Jurnal Studi Agama-agama Vol 3 No 2 (2013): September
Publisher : Program Studi Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.531 KB)

Abstract

Artikel ini mengulas kebangkitan Kristen Protestan di Korea untuk mengukur sejauh mana hubungan antara agama dan nasionalisme di Korea, serta mencoba untuk mengkaji hubungan kuat antara agama dan nasionalismnasionalisme. Untuk mengulas hal tersebut, artikel ini memfokuskan diri pada telaah historis masa pendudukan Jepang, yakni pada rentang waktu antara tahun 1910 hingga 1945. ArikelArtikel ini berusaha untuk menjawab pertanyaan sederhana: mengapa Kristen Protestan berhasil menjadi agama yang kuat dan penting di Korea? Jawaban atas pertanyaan tersebut juga akan mengantarkan kita untuk bisa memahami nasionalisme Korea. Dengan kata lain, jelas bahwa perkembangan Protestan di Korea adalah sangat terkait dengan ketidakpuasan yang mendalam dan keputusasaan yang dirasakan oleh orang-orang Korea diakibatkan oleh masa pendudukan Jepang. Selain dikarenakan faktor nasionalisme, berkembangnya agama Protestan di Korea juga sangat terkait dengan pendidikan. Para misionaris bertindak cepat untuk melibatkan diri dalam pendidikan. Hal tersebut dikarenakan mereka memahami tentang semangat Korea dalam hal pendidikan dan juga keterbukaan mereka terhadap ide-ide Barat. Selain itu, artikel ini juga mengkaji mengenai dampak dari adanya para missionarismisionaris untuk menyebarkan agama protestanProtestan. Salah satunya adalah dalam hal ekonomi. Beberapa orang di Korea menegaskan bahwa konversi ke Protestan menyebabkan peningkatan ekonomi. Mereka percaya bahwa peningkatan ini disebabkan penolakan mereka terhadap kebiasaan merokok dan minum, judi, serta hal yang berbau kemewahan