Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

MEKANISME KLORINASI EUGENOL MENGGUNAKAN KLORIN (CL2) DENGAN KATALIS FECL3 DALAM PELARUT DIKLOROMETANA Sayekti, Endah; Silalahi, Imelda H; Awalliah, Emy
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 1 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
Publisher : Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Chlorination of eugenol by chlorine with catalyst of FeCl3 in dichloromethane solvent had been performed. Chlorination was carried out at 2oC for 5 hours. The reaction produced dark brown clot which was soluble in methanol, acetone, ethyl acetate, dichloromethane and chloroform but insoluble in aquadest. An infrared analysis gave the chlorobenzene groups at 1095.57-1072.42 cm-1. The NMR1H showed the CHCl and CH2Cl groups at 3.2884-3.0185 ppm and NMR13C showed carbon as C-Cl at 100-20 ppm. GC-MS spectrum analysis showed there are four dominant products with the time retention at 28.650; 29.300; 32.383 and 37.242. Result of the spectroscopy analysis showed that the main coumpound of eugenol chlorination were 4-(2,3-dichloroprophyl)-2-methoxyphenol (24,67%); 4-(2-chloroprophyl)-6-chloro-2-methoxyphenol(20,57%); 4-(2,3-dichloroprophyl)-6-chloro-2-methoxyphenol (13,65%) and 3,6-dichloro-4-(2,3-dichloropropyl)-2-methoxyphenol or 5,6-dichloro-4-(2,3-dichloropropyl)-2-methoxyphenol  (9,92 %). Therefore, based on all analysis which were done, it can conclude that   chlorination of eugenol using chlorine catalyzed by FeCl3 in dichloromethane cause addition and aromatic electrofilic substitution. Key Word: Eugenol, Chlorination, FeCl3, Dichloromethane
Adsorption Capacity of Mercury Using Sargassum crassifolium Activated Adsorbent Silalahi, Imelda H; Zahara, Titin Anita; Tampubolon, Henry Martua
Biopropal Industri Vol 3, No 1 (2012)
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.335 KB)

Abstract

This study aims to determine the maximum adsorption capacity of Hg using activated Sargassum crassifolium adsorbent. Sargassum crassifolium was activated by protonation using sulfuric acid (H2SO4) 1 M followed by heating for 24 hours at 100OC. Optimum conditions of adsorption was discovered through various of pH and contact time to the Hg(II) concentration decrease. The analysis showed that the optimum pH was 7 and contact time was 60 minutes. Finally the maximum adsorption capacity of Hg(II) using activated Sargassum crassifolium adsorbent was 2,90 mmol/g determined by Langmuir Isotherm equation.
ADSORPSI Pb (II) MENGGUNAKAN BIOMASSA GENJER (Limnocharis flava) Imelda H.Silalahi, Nurlina, Miftah Husnul, Titin Anita Zahara,
SEMIRATA 2015 Prosiding Bidang Kimia
Publisher : SEMIRATA 2015

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.483 KB)

Abstract

Adsorpsi ion Pb (II) menggunakan Limnocharis flava teraktivasi dan Limnocharis flava tanpa aktivasi telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kapasitas adsorpsi maksimum, konstanta kesetimbangan dan energy adsorpsi ion Pb (II) dalam larutan menggunakan adsorben genjer (L. flava). Langkah pertama penelitian ini adalah optimasi pH dan waktu kontak adsorpsi, langkah selanjutnya adalah adsorpsi ion Pb (II) dengan variasi konsentrasi awal pada kondisi optimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorpsi berlangsung optimum pada pH 4 dan waktu kontak selama 60 menit. Adsorpsi ion Pb (II) menggunakan biomass L. Flava mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir dengan kapasitas adsorpsi sebesar 6,94 x 10-5mol/g, konstanta kesetimbangan 5586,59 L/mol dan energi adsorpsi 21,74019 kJ/mol. Kata kunci: adsorpsi, ion timbal (II), genjer (L. flava)  
ISOLASI DAN KARAKTERISASI PIGMEN BIXIN DARI TANAMAN KESUMBA (Bixa orellana L.) Septiani, Imelda H. Silalahi, Winda Rahmalia, Uray Amira Naselia,
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 8, No 3 (2020): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah dilakukan isolasi dan karakterisasi pigmen bixin dari biji tanaman kesumba (Bixa orellana L.). Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi dan purifikasi bixin dengan menggunakan metode flash chromatography. Bixin yang diperoleh dari hasil isolasi memiliki massa 125,5 mg (dengan rendemen hasil sebesar 0,17% terhadap berat kering biji kesumba dan 6,28% terhadap berat ekstrak kasar yang digunakan pada proses isolasi). Karakterisasi bixin menggunakan spektrofotometer UV-Vis menghasilkan tiga puncak serapan pada panjang gelombang 430, 458 dan 487 nm. Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan panjang gelombang maksimum yang dihasilkan untuk puncak karakteristik bixin dibandingkan dengan bixin standar. Hasil analisis menggunakan FTIR juga menunjukkan gugus fungsi yang sesuai dengan struktur bixin, yaitu pita pada 3183 cm-1 menunjukkan vibrasi stretching OH, 1689 cm-1 menunjukkan vibrasi stretching untuk C=O karboksilat, 1716 cm-1 menunjukkan vibrasi untuk C=O ester, dan 1161 cm-1 dan 1255 cm-1 menunjukkan vibrasi simetrik dan asimetrik gugus ester C?O?C. Hasil analisis menggunakan KLT menunjukkan penampakan noda tunggal dengan nilai Rf yang sama dengan bixin standar.Kata Kunci : Bixa orellana L., bixin, flash chromatography, spektrofotometri UV-Vis, FTIR
PENGARUH VARIASI MASSA NATRIUM HIDROKSIDA PADA PEMBUATAN ZIRKONIUM OKSIDA DARI PASIR MINERAL ZIRKON ASAL MANDOR KABUPATEN LANDAK Harlia, Hermanus Senyan, Imelda H. Silalahi,
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 2, No 3 (2013): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembuatan zirkonium oksida (ZrO2) telah dilakukan dengan variasi massa natrium hidroksida (NaOH) terhadap perbandingan massa pasir mineral zirkon (ZrSiO4) yakni 1:2, 2:2, 3:2, dan 4:2. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan natrium hidroksida untuk mendestruksi pasir zirkon pada temperatur 900 0C selama 2 jam. Fasa padat hasil destruksi yang telah digerus ditambahkan aquademineral untuk memisahkan natrium silikat dengan natrium zirkonat. Filtrat (natrium silikat) dan residu (natrium zirkonat) dipisahkan dengan penyaringan. Residu ditambahkan HCl pekat dalam kondisi panas pada suhu 80 0C untuk mengkonversi natrium zirkonat menjadi zirkonoksi klorida. Larutan zirkonoksi klorida diendapkan menggunakan larutan ammonium hidroksida (NH4OH) 12,5%. Pemisahan endapan dilakukan dengan penyaringan. Endapan yang dihasilkan dicuci dengan aquademineral panas, lalu dikeringkan, kemudian dikalsinasi pada suhu 900 0C selama 1 jam. Zirkonium oksida yang dihasilkan dikarakterisasi dengan X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengetahui komposisi struktur dan bentuk kristal. Hasil karakterisasi zirkonium oksida dengan intensitas tertinggi dan bentuk kristal terbaik adalah untuk perbandingan massa natrium hidroksida terhadap pasir mineral zirkon yakni 4:2, dengan intensitas = 971,88 pada sudut 2? = 30,27 O dan bentuk kristal yakni 100% tetragonal. Kata kunci : zirkon, zirkonium oksida, destruksi, kristalisasi, XRD
OPTIMASI REAKSI PERENGKAHAN MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT/NIKEL Endah Sayekti, Aladin Sianipar, Andrianus Imelda H.Silalahi
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 2, No 1 (2013): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Optimasi reaksi perengkahan katalitik minyak jelantah dengan sistem batch menggunakan katalis zeolit/nikel melalui variasi rasio katalis/umpan telah dilakukan. Zeolit alam hasil preparasi terlebih dahulu dimodifikasi melalui proses demineralisasi, dealuminasi, dan aktivasi yang dilanjutkan dengan impregnasi zeolit alam dengan NiCl2 0,4 M. Penentuan rasio optimal didasarkan pada produk perengkahan minyak jelantah dengan variasi katalis/umpan 10:30 w/w, 10:40 w/w, dan 10:50 w/w. Produk perengkahan adalah berupa cairan berwarna kuning muda, berbau menyengat dengan densitas dan viskositas kinematik (320C) setiap rasio katalis/umpan berturut-turut sebesar 0,7950 g/mL dan 2,6 cSt ; 0,7905 g/mL dan 2,315 cSt, serta 0,8057 g/mL dan 2,927 cSt. Analisis GC-MS menunjukkan bahwa komposisi produk perengkahan masing-masing katalis/umpan didominasi oleh senyawa hidrokarbon fraksi C9-C15. Konversi optimal ditunjukkan oleh produk perengkahan katalis/umpan 10:40 w/w dengan komposisi senyawa pentadekana (C15H32) sebesar 44,60 % dan senyawa nonana (C9H20) sebesar 4,47 % .
ADSORPSI ION LOGAM Cu(II) MENGGUNAKAN BIOMASSA ALGA COKLAT (Sargassum crassifolium) YANG TERENKAPSULASI AQUA-GEL SILIKA Nelly Wahyuni, Ronaldo, Imelda H. Silalahi,
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 2, No 3 (2013): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alga coklat merupakan biosorben yang dapat digunakan untuk mengadsorpsi logam berat. Salah satu diantara alga coklat adalah Sargassum crassifolium yang memiliki kemampuan adsorpsi cukup baik, dikarenakan adanya gugus karboksilat. Gugus aktif yang terdapat dalam Sargassum crassifolium sangat dipengaruhi oleh pH, sehingga diperlukan teknik enkapsulasi. Enkapsulasi bertujuan untuk meningkatkan gugus aktif, kualitas sifat fisik maupun sifat kimia dari adsorben untuk proses adsorpsi. Enkapsulasi alga coklat menggunakan aqua-gel silika yang diperoleh dari larutan sol gel yang berasal dari serbuk kaca.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kapasitas adsorpsi maksimum dan kondisi optimum adsorpsi ion Cu(II) dalam larutan menggunakan Sargassum crassifolium yang terenkapsulasi aqua-gel silika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa S. crassifolium mampu mengadsorpsi ion logam Cu pada pH=7 dengan qe rata-rata 99,03 mg/g, waktu kontak optimum adsorpsi adalah 20 menit dengan qe rata-rata 41,43 mg/g, konsentrasi adsorpsi diperoleh pada konsentrasi 351,08 ppm dengan qe rata-rata 254,16 mg/g dan qmaks ion Cu(II) adalah 0,75 mmol/g. Kata kunci: logam berat, alga coklat, adsorpsi, enkapsulasi, Sargassum crassifolium
KARAKTERISASI KATALIS ZEOLIT-Ni REGENERASI DAN TANPA REGENERASI DALAM REAKSI PERENGKAHAN KATALITIK Endah Sayekti1, Aladin Sianipar, Astro Tadeus Imelda H. Silalahi
Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol 2, No 1 (2013): Jurnal Kimia Khatulistiwa
Publisher : Jurnal Kimia Khatulistiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karakterisasi katalis zeolit-Ni dengan perlakuan regenerasi dan tanpa regenerasi dalam reaksi perengkahan katalitik telah dilakukan. Tahapan-tahapan preparasi zeolit meliputi demineralisasi, dealuminasi, dan aktivasi. Tahapan selanjutnya yaitu impregnasi zeolit dengan logam Ni, kalsinasi, dan uji aktivitas katalis zeolit-Ni dengan menggunakan kembali katalis sebanyak tiga kali reaksi perengkahan tanpa perlakuan regenerasi katalis (disebut A) dan menggunakan katalis yang diregenerasi (disebut B). Perengkahan terhadap minyak jelantah sebagai umpan dilakukan pada suhu 310 320 0C dengan rasio O/C (oil/catalyst)=4 selama 6 jam. Hasil analisis XRD (X-Ray Diffraction) menunjukkan bahwa kuarsa dan mordenit tidak mengalami perubahan struktur dan masih merupakan penyusun utama katalis zeolit-Ni fresh, katalis bekas perengkahan ketiga tanpa perlakuan regenerasi (A-3), dan katalis bekas dengan perlakuan regenerasi (B-3). Keasaman katalis A-3 menurun hingga 98,85 % dan katalis bekas B-3 menurun hingga 84,35 %. Selanjutnya, luas permukaan spesifik katalis mengalami penurunan hingga 43,14 % (A-3) dan 15,97 % (B-3). Namun, rerata jari pori meningkat dari 1,579 nm pada katalis zeolit-Ni baru (fresh) menjadi 4,499 nm (A-3) dan 1,688 nm (B-3). Volume total pori katalis sebesar 9,181 x 10-2 cc/g (zeolit-Ni fresh); 1,487 x 10-1 cc/g (A-3); dan 8,247 x 10-2 cc/g (B-3).
ISOTERM ADSORPSI KROMIUM(III) OLEH BIOMASSA Sargassum sp. (Isoterm Adsorption of Cromium(III) by Non-Living Sargassum sp.) Nelly Wahyuni; Imelda Hotmarisi Silalahi; Nurlina Nurlina; Yossy Yossy
Biopropal Industri Vol 11, No 2 (2020)
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36974/jbi.v11i2.6030

Abstract

 Chromium (Cr) is one of the heavy metals with high toxicities and can be dangerous if it is thrown up directly into waters. One of the techniques to reduce heavy metal content with inexpensive, simple, effective and efficient is through adsorption process utilizing brown seaweed (algae) Sargassum sp. as adsorbent. The purpose of this study is to describe the isotherm adsorption and adsorption kinetics model of Sargassum sp. to Cr(III) by Sargassum sp. with various treatments. Adsorption treatments carried out in this research include treatment variations of the adsorbent Sargassum sp. without protonation, Sargassum sp. protonated with H2SO4 0.1 M and Sargassum sp. protonated with H2SO40.2 M; variations of contact time are 0.5, 1, 3, 6 and 12 hours; and variations of initial concentration of ion Cr(III) 50 mg/L, 100 mg/L, 300 mg/L, and 700 mg/L. The result showed that the adsorption model fitted with the Freundlich isotherm equation with coefficient correlation (R2) > 0.9. The adsorption capacity of protonated Sargassum sp. with sulfuric acid 0.1 M was 3.464 x 10-3 mol/g. It is higher than Sargassum sp. without protonation and Sargassum sp. protonated with sulfuric acid 0.2 M. The application of the Langmuir-Hinshelwood kinetics model yielded the constant of adsorption rate for each adsorbent were 1.1 x 10-3 min-1, 2.0 x 10-4 min-1 and 7.0 x 10-4 min-1, respectively.Keywords: adsorption, chromium, isoterm, kinetics, Sargassum sp.ABSTRAKKromium (Cr) merupakan salah satu jenis logam berat yang memiliki tingkat toksisitas yang sangat tinggi dan dapat menimbulkan bahaya apabila dibuang secara langsung ke perairan. Salah satu teknik untuk mengurangi kadar logam berat dengan proses yang relatif lebih murah, sederhana dan memberikan efektifitas serta efisiensi yang relatif tinggi adalah melalui proses adsorpsi dengan memanfaatkan rumput laut (alga cokelat Sargassum sp.) sebagai adsorben. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan model isotherm adsorpsi dan kinetika adsorpsi ion Cr(III) oleh Sargassum sp. dengan berbagai variasi perlakuan. Perlakuan adsorpsi yang dilakukan pada penelitian ini antara lain variasi perlakuan terhadap adsorben yang digunakan yaitu Sargassum sp. tanpa protonasi ,Sargassum sp. terprotonasi H2SO4 0,1 M dan Sargassum sp. terprotonasi H2SO4  0,2 M; variasi waktu kontak adsorpsi yaitu 0,5; 1, 3, 6 dan 12 jam, dan variasi konsentrasi awal ion Cr(III) yaitu 50 mg/L, 100mg/L, 300 mg/L, 500 mg/L dan 700 mg/L. Hasil penelitian menunjukan bahwa adsorpsi mengikuti persamaan isoterm Freundlich dengan  nilai koefisien korelasi (R2)> 0,9. Kapasitas adsorpsi ion Cr(III) oleh Sargassum sp. terprotonasi asam sulfat 0,1 M sebesar 3,464 x 10-3 mol/g. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan kapasitas adsorpsi ion Cr(III) oleh adsorben Sargassum sp. tanpa protonasi dan Sargassum sp. terprotonasi asam sulfat 0,2 M. Penerapan model kinetika Langmuir-Hinshelwood menghasilkan harga konstanta kinetika adsorpsi Cr(III) dari ketiga jenis adsorben  berturut-turut sebesar 1,1 x 10-3  menit -1, 2,0 x 10-4 menit -1 dan 7,0 x 10-4 menit -1.Kata kunci: adsorpsi, kinetika, kromium, isoterm, Sargassum sp.
Adsorption Capacity of Mercury Using Sargassum crassifolium Activated Adsorbent Imelda H Silalahi; Titin Anita Zahara; Henry Martua Tampubolon
Biopropal Industri Vol 3, No 1 (2012)
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.335 KB) | DOI: 10.36974/jbi.v3i1.736

Abstract

This study aims to determine the maximum adsorption capacity of Hg using activated Sargassum crassifolium adsorbent. Sargassum crassifolium was activated by protonation using sulfuric acid (H2SO4) 1 M followed by heating for 24 hours at 100OC. Optimum conditions of adsorption was discovered through various of pH and contact time to the Hg(II) concentration decrease. The analysis showed that the optimum pH was 7 and contact time was 60 minutes. Finally the maximum adsorption capacity of Hg(II) using activated Sargassum crassifolium adsorbent was 2,90 mmol/g determined by Langmuir Isotherm equation.