Pendahuluan: Fistula tracheoesophageal (TEF) merupakan kasus yang jarang terjadi, tetapi banyak penyebab termasuk imunosupresi akibat infeksi HIV. Human immunodeficiency virus (HIV) dapat menyebabkan peningkatan insidennya. Pemahaman mengenai kondisi HIV ini memungkinkan kita untuk dapat menegakkan diagnosis yang cepat dan akurat, sehingga dapat memberikan pengobatan yang tepat. Laporan kasus: Laki-laki berusia 30 tahun dengan HIV diantar ke RS dengan rasa sakit saat menelan, batuk terus-menerus dengan dahak kuning kecoklatan, dan tersedak saat menelan. Foto toraks menunjukkan atelektasis paru kiri dan bronkiektasis. Endoskopi menunjukkan 2 fistula pada dinding anterior 20 cm dari gigi seri. Bronkoskopi mengkonfirmasi fistula pada trakea posterior pada cincin ke-4 dengan semburan nanah. Jaringan ikat fibrosa dengan sel inflamasi kronis ditemukan pada biopsi trakea. ART, penutupan fistula, dan gastrostomi dilakukan, ditutup 1 tahun kemudian. Setelah itu dilakukan torakotomi pro pneumektomi. Nyeri saat menelan, batuk terus-menerus, dan dahak berwarna kuning kecoklatan merupakan manifestasi dari TEF. Diagnosis dipastikan melalui bronkoskopi yang menunjukkan fistula pada trakea posterior setinggi ring 4 disertai pecahnya sputum. Penatalaksanaan TEF meliputi terapi konservatif atau persiapan pra operasi (TPN, ART, NGT, dan / atau PEG) serta pembedahan. Pembedahan dilakukan untuk menutup fistula dan gastronomi akibat infeksi sebagai etiologinya. Kesimpulan: TEF merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada pasien HIV, prognosisnya tidak baik.