This Author published in this journals
All Journal MUSTEK ANIM HA
Theresia Widi Asih Cahyanti, Theresia Widi Asih
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH EKSPANSIF TERHADAP NILAI KUAT TEKAN BEBAS GUNA PERKUATAN JALAN LINGKUNGAN DI KAMPUNG SOTA DISTRIK SOTA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA-PAPUA NEW GIINEA Hairullla, Hairulla; Paresa, Jeni; Cahyanti, Theresia Widi Asih
MUSTEK ANIM HA Vol 3 No 3 (2014): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Faculty of Engineering, Musamus University, Merauke, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jalan merupakan kebutuhan hidup hajat orang bayak, perkerasan jalan merupakan sistem yang memiliki jangka waktu dimana sering kali kerusakan terjadi sebelum umur rencana. Umumnya kerusakan tanah dasar diliputi oleh tanah lempung dengan pengembangan yang cukup besar (plastisitas tinggi), yaitu akan berubah volumenya (mengembang) bila bertambah kadar airnya. Tanah lempung ekspansif adalah tanah yang mempunyai potensi kembang yang besar. ASTM memberi batasan bahwa secara fisik ukuran lempung adalah lolos saringan No. 200. Untuk menentukan jenis lempung tidak cukup hanya dilihat dari ukuran butirannya saja tetapi perlu diketahui mineral pembentuknya. Mineral lempung terdiri dari tiga komponen penting, yaitu; montmorillonite, illite dan kaolinite. Mineral montmorillonite mempunyai luas permukaan lebih besar dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah banyak bila dibandingkan dengan mineral lainnya, sehingga tanah yang mempunyai kepekaan terhadap pengaruh air ini sangat mudah mengembang. Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran semen, pasir, kerikil, dan air. Semen merupakan bubuk halus yang bila dicampur dengan air akan menjadi ikatan yang akan mengeras, karena terjadi reaksi kimia sehingga membentuk suatu massa yang kuat dan keras yang disebut hydraulic cement. Nilai UCS / kuat tekan bebas mengalami peningkatan sebesar 85,18% berdasarkan dengan bertambahnya kadar limbah beton yang digunakan sebagai bahan stabilisasi. Nilai UCS tertinggi diperoleh pada penambahan 40% limbah beton.Peningkatan nilai UCS tanah ekspansif yang terstabilisasi dengan limbah beton sangat dipengaruhi oleh lamanya masa curing (perawatan/pemeraman) yang diberikan. Nilai UCS tertinggi diperoleh pada masa curing 28 hari dengan kadar limbah beton 40%.Nilai Modulus Elastisitas dari hasil pengujian kuat tekan juga mengalami peningkatan sesuai dengan perbaikan nilai qu pada tanah lempung ekspansif yang terstabilisasi dengan limbah beton.
PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI 19-3964-1994 (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) Lolo, Dina Pasa; Cahyanti, Theresia Widi Asih
MUSTEK ANIM HA Vol 2 No 3 (2013): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Faculty of Engineering, Musamus University, Merauke, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah persampahan merupakan masalah penting yang tumbuh dan meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk. Peningkatan volume sampah yang tidak diikuti dengan perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah, mengakibatkan permasalahan sampah menjadi kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur volume timbulan sampah dan untuk mengetahui komposisi sampah yang ada di kampus Unmus sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk mengolah sampah yang ada di kampus Unmus.Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik untuk menghitung laju volume timbulan sampah serta membuat rancangan alat pengukur volume timbulan sampah. Pengambilan contoh timbulan sampah dilakukan berdasarkan SNI 19-3964-1994. Pengambilan sampel timbulan dan komposisi sampah dilakukan dengan mengumpulkan sampah yang volumenya diukur menggunakan wadah pengukur 40 liter kemudian beratnya ditimbang; dan atau sampah terkumpul diukur dalam bak pengukur 500 liter dan ditimbang beratnya, kemudian dipisahkan berdasarkan komposisi sampah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah-sampah yang ada di Lingkungan Kampus Unmus terdiri dari beberapa komposisi, diantaranya sampah kertas 24%, sampah dari bahan bangunan 22%, sampah plastik 18%, sampah kaca 8%, sampah organik 11%, dan lain-lain 7%.
DEDAK PADI SEBAGAI ADDITIVE SERAT SELULOSA SINTETIS SEBAGAI CAMPURAN SPLITMASTIK ASPAL Lolo, Dina Pasa; Cahyanti, Theresia Widi Asih
MUSTEK ANIM HA Vol 4 No 3 (2015): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Faculty of Engineering, Musamus University, Merauke, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35724/mustek.v4i3.478

Abstract

Split mastik aspal merupakan salah satu dari sekian banyak jenis lapisan permukaan jalan dan merupakan campuran beton aspal panas yang bergradasi terbuka dengan kandungan agregat kasar dan aspal yang tinggi. Karena memiliki kandungan aspal yang tinggi, maka diperlukan suatu bahan tambah untuk menstabilkan aspal serta memberi perkuatan. Bahan tambah yang sering digunakan pada campuran split mastik aspal merupakan bahan tambah yang berasal dari serat selulosa sintetis seperti arbocel, dimana harga serat selulosa sintetis tersebut relatif mahal.Kota Merauke merupakan salah satu kota yang memiliki lahan pertanian yang luas, dimana salah satu hasil pertanian yang terkenal yaitu padi. Hasil dari proses penggilingan padi yaitu dedak padi, selama ini belum dimanfaatkan secara efisien oleh masyarakat. Pemanfaatan dedak padi oleh masyarakat hanya digunakan sebagai bahan makanan ternak. Oleh karena itu,  dalam penelitian ini dicoba untuk menggunakan dedak padi sebagai pengganti serat selulosa sintetis. Penggunaan dedak padi diharapkan dapat menggantikan fungsi dari serat selulosa sintetis, yaitu meningkatkan stabilitas serta memberikan perkuatan pada campuran split mastik aspal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dedak padi dapat digunakan sebagai additive pada perkerasan jalan split mastic aspal dengan kadar dedak optimum sebesar 6 %, dimana nilai stabilitas yang diperoleh sebesar 861,42 kg dengan indeks perendaman sebesar 99,98 %.
ANALISIS AKSESIBILITAS TRANSPORTASI INTERNAL & EKSTERNAL KABUPATEN MERAUKE SEBAGAI SALAH SATU WILAYAH PERBATASAN NKRI – PNG Agustan, Agustan; Cahyanti, Theresia Widi Asih
MUSTEK ANIM HA Vol 7 No 2 (2018): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Faculty of Engineering, Musamus University, Merauke, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35724/mustek.v7i2.911

Abstract

Cita-cita menuju kesejahteraan bangsa yang dibebankan pada wilayah Kabupaten Merauke sebagai satu kesatuan wilayah koridor ekonomi Papua – Kep. Maluku adalah sangat berat tetapi harus dilaksanakan. Untuk mencapai cita-cita MP3EI 2011-2025, maka dibutuhkan informasi yang sifatnya mendasar dan terukur terkait sejauh mana kemampuan lokal merauke melayani aksesibilitas penduduknya dalam melakukan aktifitas sosial ekonominya. Penelitian ini bertujan untuk mengukur variasi aksesibilitas fisik internal Merauke dan eksternalnya, dengan melakukan observasi, survey, dan wawancara serta dilakukan analisa pemetaan dan persamaan Hansen. Nilai aksesibilitas internal urutan pertama adalah Distrik Merauke, kedua Tanah Miring, ketiga Semangga. Kelompok tertinggi ini posisinya sebagai pusat ibukota kabupaten dan sekitarnya. Menyusul urutan ke empat adalah distrik Kurik. Secara terpisah Distrik Kurik membentuk pusat kegiatan di sebelah barat utara kota Merauke. Distrik aksesibilitas terendah adalah Distrik Waan, Kaptel, Ilwayab, Tubang, dan Tabonji. Jangkauan akses eksternal 31 kabupapten meliputi: Mappi, Asmat, Bovendigoel , Jayapura, Sorong, Makassar, Jakarta, Ambon, Yogyakarta, Mimika, Kaimana, Tual, Morotai, Fak-Fak, Manggarai Barat, Cirebon, Semarang, Kota Waringin Timur, Tanah Bumbu, Bima, Flores Timur, Kupang, Alor, Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Maluku Tengah, Badung. 31 kabupaten terkoneksi dalam 17 wilayah provinsi berikut : Papua, Papua Barat, Sulawesi selatan, Jawa timur, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, NTT, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, NTB, Bali. 17 propinsi berada pada 8 lingkup kepulauan sebagai berikut : Papua, Sulawesi, Jawa, Maluku, Kalimantan, Halmahera, Sunda Kecil, Banda. Kata Kunci : Aksesibilitas, Transportasi, Wilayah, Distrik, Merauke, Papua